HIDUPKATOLIK.COM– IKATAN Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) menegaskan komitmennya berada di garda terdepan mengawal serta merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Komitmen kebangsaan ini harus melibatkan seluruh segenap anak bangsa serta merupakan harga yang tidak bisa ditawar.
Ketua Presidium Pusat ISKA V. Hargo Mandirahardjo menegaskan ini dalam sambutannya pada Dies Natalis ISKA ke-59 di Gedung Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Jalan Cut Mutiah Menteng, Jakarta Pusat, pada Senin, 29/05/2017.
Dies Natalis atau ulang tahun ISKA kali ini sekaligus menandai Pengurus Presidium Pusat ISKA Periode 2017-2021. Pengukuhan akan dilaksanakan oleh Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia – yang juga Uskup Agung Jakarta –  Mgr. Ignatius Suharyo Harjoatmodjo.  Uskup Agung Ende sekaligus Ketua Komisi Kerasulan Awam KWI Mgr. V. Sensi Potokota, akan mendampingi Mgr. Suharyo dalam upacara ini.
Turut hadir dalam acara pengukuhan ini Menteri ESDM RI Ignasius Jonan, Direktur Jenderal Bimas Katolik Kementerian Agama RI Eusabius Binsasi. Menyusul pengukuhan dalam misa konselebrasi – Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian akan menyampaikan orasi kebangsaan yang dibacakan oleh Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian Ijen Polisi Dr. Remigus Sigid Tri Hardjanto.
Dalam orasinya, Kapolri Tito Karnavian mengapresiasi komitmen ISKA dalam merawat kebangsaan serta menjunjung Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Sejarah membuktikan , selama hampir 72 tahun perjalanan Indonesia, Pancasila telah menunjukkan keampuhannya mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tito menekankan bahwa rasa cinta dan semangat kebangsaan ini tidak muncul tiba-tiba. Sikap nasionalisme ini lahir dari konstruksi emosional, intelektual, serta idiologis, yang diwujudkan oleh anggota BPUPKI. Mereka terdiri dari berbagai suku, ras, golongan, dan agama.
Hargo Mandirahardjo, dalam sambutannya menekankan pula pentingnya memelihara kemajemukan Indonesia yang telah dibangun sejak awal oleh para bapa bangsa, founding fahers, kita. Itu sebabnya Ketua Presidum ISKA ini menyerukan keprihatinan bersama atas munculnya polarisasi suku, agama dan ras (SARA)  yang kembali menguat belakangan ini seiring dengan penyelenggaraan Pilkada Serentak 2017 di sejumlah daerah.
Bahkan di DKI Jakarta, nuansa politisasi  SARA  ini sangat kental terjadi. Akibatnya, polarisasi di tengah masyarakat tak terhindarkan. “Terlalu mahal harga yang harus dibayar bila kita membiarkan tumbuhnya polarisasi demi sekedar mencapai kepentingan kekuasaan†ujarnya.
Kedepan, Hargo berharap politisasi SARA ini tidak boleh dibiarkan. Sebab, hal tersebut menggangu kohesi sosial yang selama ini terawat dengan baik. Untuk itu, ISKA bertekad menjadi garda terdepan yang senantiasa merawat kebangsaan serta keindonesiaannya. “Kemajemukan Indonesia sudah final. Oleh karena itu, semua warga negara apapun suku, agama, ras dan golongannya memiliki hak yang sama untuk hidup di Indonesia,†tegasnya.
Untuk merefleksikan permasalahan kebangsaan saat ini, hajatan Dies Natalis ISKA periode ini mengambil tema “Merawat Komitmen Kebangsaanâ€. Menurutnya, pengejawantahan nilai-nilai Pancasila menjadi penting bagi para cendekiawan Katolik untuk merawat persatuan dan kesatuan bangsa dengan berlandaskan keberagaman. “Prinsip-prinsip itulah yang selalu menjadi perhatian ISKA sejak berdiri pada tahun 1964. Merawat Pancasila dan keutuhan negara sebagai bentuk komitmen berkebangsaan,†ujar Hargo.
Kepengurusan ISKA dimulai dari Loo Siang Hien (1958-1960). Sejak itu ketua ISKA silih berganti, dari C. Sindhunatha (1960-1961), Que Sian Koen (1961- 1963), Jakob Oetama (1963-1985), J. Riberu (1985-1991), Djoko Wiyono (1991-1997), Charles Mangun (1997-2000), A. Sandiwan Suharto (2000-2003), Paulus Harli (2003-2009), Muliawan Margadana (2010-2017) dan V. Hargo Mandirahardjo (2017-2021).
Nama ISKA baru mulai digunakan setelah Munas di Bandungan, Jawa Tengah, tahun 1964. Sejak itu ISKA kemudian bersifat nasional dan berbentuk federasi. Dalam Munas itu disusun Anggaran Dasar dan Angaran Rumah Tangga (AD/ART). Salah satu tujuan ISKA adalah mengawal Pancasila dari aksi-aksi yang bertujuan distegrasi bangsa.
Oleh karena itu, melalui Dies Natalis ke-59, ISKA ingin kembali mengukuhkan semangat untuk merawat komitmen berkebangsaan yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.
Editor: Yusti H. Wuarmanuk