web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Tekad ISKA Merawat Kebangsaan

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM– IKATAN Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) menegaskan komitmennya berada di  garda terdepan mengawal serta merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Komitmen kebangsaan ini  harus melibatkan seluruh segenap anak bangsa  serta merupakan harga yang tidak bisa ditawar.

Ketua Presidium Pusat ISKA V. Hargo Mandirahardjo  menegaskan ini dalam sambutannya  pada  Dies Natalis ISKA ke-59 di Gedung Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Jalan Cut Mutiah Menteng, Jakarta Pusat, pada Senin, 29/05/2017.

Ketua Presidium Pusat ISKA terpilih V. Hargo Mandirahardjo -HIDUP/ Yusti H. Wuarmanuk

Dies Natalis  atau  ulang tahun ISKA  kali ini sekaligus menandai Pengurus Presidium Pusat ISKA Periode 2017-2021.  Pengukuhan  akan dilaksanakan  oleh Ketua Presidium Konferensi Waligereja  Indonesia  – yang juga Uskup Agung Jakarta –   Mgr. Ignatius Suharyo Harjoatmodjo.   Uskup Agung Ende sekaligus Ketua Komisi Kerasulan Awam KWI Mgr. V. Sensi Potokota, akan mendampingi  Mgr. Suharyo dalam upacara ini.

Turut hadir dalam acara pengukuhan ini Menteri ESDM RI Ignasius Jonan, Direktur Jenderal Bimas Katolik Kementerian Agama RI Eusabius Binsasi. Menyusul  pengukuhan dalam misa konselebrasi  –  Kapolri Jenderal  Polisi Tito Karnavian  akan menyampaikan  orasi  kebangsaan yang dibacakan  oleh  Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian Ijen Polisi Dr. Remigus Sigid Tri Hardjanto.

Dalam orasinya, Kapolri Tito Karnavian  mengapresiasi komitmen ISKA  dalam merawat kebangsaan serta menjunjung  Pancasila sebagai  dasar  negara  Indonesia. Sejarah membuktikan ,  selama hampir 72 tahun  perjalanan Indonesia, Pancasila telah menunjukkan keampuhannya mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tito menekankan bahwa  rasa cinta dan semangat kebangsaan ini  tidak muncul tiba-tiba.  Sikap nasionalisme ini lahir dari  konstruksi emosional, intelektual, serta  idiologis, yang diwujudkan oleh anggota BPUPKI. Mereka terdiri dari berbagai suku, ras, golongan, dan agama.

Hargo Mandirahardjo, dalam sambutannya menekankan  pula pentingnya  memelihara kemajemukan Indonesia yang telah dibangun sejak  awal  oleh  para bapa bangsa, founding fahers,  kita.  Itu sebabnya  Ketua Presidum ISKA  ini menyerukan keprihatinan bersama atas munculnya polarisasi  suku, agama dan ras (SARA)   yang  kembali menguat belakangan ini seiring dengan penyelenggaraan Pilkada Serentak 2017 di sejumlah daerah.

Bahkan di DKI Jakarta, nuansa politisasi  SARA  ini sangat kental terjadi. Akibatnya, polarisasi di tengah masyarakat tak terhindarkan. “Terlalu mahal harga yang harus dibayar bila kita membiarkan tumbuhnya polarisasi demi sekedar mencapai kepentingan kekuasaan” ujarnya.

Kedepan, Hargo berharap politisasi SARA ini tidak boleh dibiarkan. Sebab, hal tersebut menggangu kohesi sosial yang selama ini terawat dengan baik. Untuk itu, ISKA bertekad menjadi garda terdepan yang senantiasa merawat kebangsaan serta keindonesiaannya. “Kemajemukan Indonesia sudah final. Oleh karena itu, semua warga negara apapun suku, agama, ras dan golongannya memiliki hak yang sama untuk hidup di Indonesia,” tegasnya.

Para pengurus ISKA Pusat-HIDUP/ Yusti H. Wuarmanuk

Untuk merefleksikan permasalahan kebangsaan saat ini, hajatan Dies Natalis ISKA periode ini mengambil tema “Merawat Komitmen Kebangsaan”. Menurutnya, pengejawantahan nilai-nilai Pancasila menjadi penting bagi para cendekiawan Katolik untuk merawat persatuan dan kesatuan bangsa dengan berlandaskan keberagaman. “Prinsip-prinsip itulah yang selalu menjadi perhatian ISKA sejak berdiri pada tahun 1964. Merawat Pancasila dan keutuhan negara sebagai bentuk komitmen berkebangsaan,” ujar Hargo.

Kepengurusan ISKA dimulai dari Loo Siang Hien (1958-1960). Sejak itu ketua ISKA silih berganti, dari C. Sindhunatha (1960-1961), Que Sian Koen (1961- 1963), Jakob Oetama (1963-1985), J. Riberu (1985-1991), Djoko Wiyono (1991-1997), Charles Mangun (1997-2000), A. Sandiwan Suharto (2000-2003), Paulus Harli (2003-2009), Muliawan Margadana (2010-2017) dan V. Hargo Mandirahardjo (2017-2021).

Nama ISKA baru mulai digunakan setelah Munas di Bandungan, Jawa Tengah, tahun 1964. Sejak itu ISKA kemudian bersifat nasional dan berbentuk federasi. Dalam Munas itu disusun Anggaran Dasar dan Angaran Rumah Tangga (AD/ART). Salah satu tujuan ISKA adalah mengawal Pancasila dari aksi-aksi yang bertujuan distegrasi bangsa.

Oleh karena itu, melalui Dies Natalis ke-59, ISKA ingin kembali mengukuhkan semangat untuk merawat komitmen berkebangsaan yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.

Misa Konselebrasi Dies Natalis Ikatan Sarjana Indonesia (ISKA) ke-59 dan Pengukuhan Presidium Pusat ISKA 2017 – 2021 — dipersembahkan oleh (Dari kiri ke kanan) Uskup Agung Ende Mgr Sensi Potokota, Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo dan Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawam Konferensi Wali Gereja Indonesia Romo Guido Suprapto. (Dok. ISKA)

Editor: Yusti H. Wuarmanuk

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles