web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ Ketua Pengurus Karitas Indonesia (Karina KWI): BELASKASIH TANPA SEKAT

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM Caritas mempromosikan kita hidup dalam bumi yang sama sehingga semestinya saling memperhatikan dan saling menolong apalagi dalam situasi pandemi Covid-19.

CARITAS adalah satu dari tiga dimensi tugas Gereja Katolik: mewartakan Kabar Sukacita, merayakan sakramen-sakramen, dan melayani sesama. Caritas merupakan dimensi pelayanan Gereja yang bertindak melanjutkan solidaritas ka­sih dengan mendengarkan jeritan kaum miskin dan jeritan bumi (Laudato ‘Si art.53). Dalam pelayanannya, Caritas se­lalu mengedepankan gerakan belarasa.Gerakan ini dilakukan secara tersistem dan terorganisir agar karya amal kasih berjalan efektif mulai dari pusat hingga ke keuskupan dan paroki-paroki.

Bukan Proyek

Caritas Indonesia dalam merespons Covid-19, bekerja bersama dengan Caritas-PSE di setiap keuskupan untuk melakukan tindakan nyata. Setiap keuskupan telah merespons untuk membantu masyarakat melalui Caritas-PSE, atau lembaga yang diberi mandat oleh uskup setempat. Untuk mewujudkan solidaritas kasih ini, Caritas Indonesia berperan sebagai animator, fa­silitator, dan koordinator, bagi Caritas-PSE di Indonesia selama masa pandemi.

Caritas itu sendiri adalah gerakan dan bukan pekerjaan semata (proyek). Ca­ritas bagian dari misi sosial pastoral Gereja Katolik, yang bertugas melayani, menemani, dan membela mereka yang menderita. Melayani berarti membantu apa yang dibutuhkan segera dalam situa­si tanggap darurat. Menemani berarti mem­berdayakan komunitas hingga da­pat memenuhi kebutuhannya sendiri. Membela berarti berusaha mengubah struktur yang tidak adil dan mengatasi akar penyebab kemiskinan.

Selama pandemi Covid-19 ini, Caritas Indonesia mendorong, agar gerakan ini di­lakukan bersama-sama, mulai dari Caritas Indonesia dan akhirnya sam­pai di umat dan masyarakat. Caritas In­donesia melakukan gerakan mulai de­ngan panduan-panduan kegiatan dan  ba­han-bahan edukasi, sampai dengan membuka akses pendanaan dari Dana Da­rurat Caritas Indonesia dan be­ker­jasama dengan Komisi PSE KWI, untuk menggunakan dana APP Nasional bagi keuskupan yang membutuhkan­nya. Se­­mua mekanisme pendanaan ini di­per­gu­nakan sebagai langkah awal, untuk membantu masyarakat dari kelompok yang rentan.

Caritas Indonesia juga menggerakkan solidaritas bersama dengan meneri­ma uluran kasih dari pribadi-pribadi, kelom­pok, komunitas bahkan organisasi lain. Caritas Indonesia bisa juga menyalurkan donasi masyarakat berupa Alat Pelindung Diri (APD) bagi para tenaga medis dan sejumlah bantuan lain yang disalurkan ke sejumlah keuskupan, khususnya ke rumah sakit/klinik yang tidak menjadi rujukan. Sampai minggu ini sudah dikirimkan ­bantuan APD ke 96 rumah sakit/klinik di 28 keuskupan Indonesia. 

Baca Juga:  Buah-buah Sinode III Keuskupan Sibolga Harus Menjadi Milik Seluruh Umat

Caritas adalah sebuah gerakan soli­da­ritas yang bekerja bersama dalam se­mangat persaudaraan dengan semua pi­hak dan menjunjung tinggi martabat ma­nusia dengan kodrat sosialnya. Ni­lai-­nilai keadilan, kebaikan bersama, pengembangan manusia yang integral, belarasa, pilihan istimewa pada dan ber­sama dengan yang miskin dan tertindas, serta solidaritas menjadi dasar untuk ber­tindak.

Ukuran keberhasilan dari gerakan Ca­ritas tidak terletak pada jumlah pem­berian, dalam bentuk dana dan barang atau fasilitas, tetapi terutama pada adanya gerakan belaskasih persaudaraan, yang membuat setiap orang bisa menolong se­samanya yang sangat membutuhkan. Se­bagaimana kisah Orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37), kita harus me­ngedepankan kasih, solidaritas, dan persaudaraan.

Caritas berada pada jantung Gereja (Straplan CI, 2019). Caritas sesuai de­ngan mandatnya harus memprioritaskan yang lemah dari yang paling lemah da­lam pemberian bantuan sehingga, ban­tuan yang tidak seberapa ini bisa di­berikan secara tepat sasaran. Gereja Ka­­tolik melalui Caritas Indonesia dan Ja­ringan Caritas-PSE Keuskupan di In­donesia juga mengimbau umat untuk te­tap memperlakukan para penderita dan dokter, tenaga medis yang terjangkit Covid-19 dengan baik dan penuh kasih. Hal ini penting supaya mereka menerima dukungan dan kebaikan dari semua orang untuk memulihkan dirinya.

Akhirnya dalam peristiwa ini, Caritas mendorong setiap orang melihat orang lain sebagai sesama, sebagai saudara. Caritas mempromosikan kita hidup da­lam bumi yang sama, sehingga semes­tinya saling memperhatikan dan saling menolong, apalagi dalam situasi seper­ti ini. Caritas menekankan semangat, one human family, one common home. “Pada saat pandemi ini, kita juga perlu menularkan semangat kasih karena “ka­sih itu masih mungkin kita bagikan” (Deus Caritas Est art. 39).

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan
(Dok. Media Center Caritas Indonesia)

Pastor Fredy Rante Taruk Direktur Caritas Indonesia ( Karina KWI)

Totalitas Pelayanan

SEBAGAI yayasan publik, Caritas Indonesia sudah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM dan Kementerian Ketenagakerjaan. Karya kemanusiaan Caritas Indonesia berdasar pada gerakan solidaritas kasih yang terstruktur, mulai dari Caritas Internationalis yang berpusat di Roma, Italia.

Di Indonesia, Caritas telah ada sampai ke tingkat keuskupan. Apa saja wujud kon-kret pelayanan Cartias di masa pan-de-mi Covid-19 saat ini? Berikut petikan wa-wancara dengan Direktur Caritas Indo-nesia, Pastor Fredy Rante Taruk.

Apa artinya, Caritas menjadi animator, koordinator, dan fasilitator?

Sesuai mandat perutusannya, Cari-tas Indonesia menjalankan misi kemanu-siaan, khususnya untuk membantu para korban bencana alam maupun bencana yang di-sebabkan oleh tindakan manusia, seperti pe-langgaran hak asasi manusia (HAM), konflik dan kekerasan sosial, ke-tidakadilan gender dan berbagai tindak keadilan sosial.

Ada fungsi animasi Caritas Indonesia, yang dimaknai sebagai upaya untuk mendorong jaringan Caritas keuskupan, untuk terlibat dalam persoalan-persoalan di tengah masyarakat. Fungsi koordi–nasi dilakukan dalam upaya membangun ker-ja sama antarlembaga sosio–pasto-ral di Gereja dan lembaga-lembaga lain, yang peduli akan keutuhan ciptaan. Se-dangkan fungsi fasilitasi adalah mem-bantu memecahkan persoalan-persoalan yang menjadi hambatan dalam melakukan karya kemanusiaan, dengan mengembangkan semangat belarasa yang mengatasi batas agama, ras, suku, dan budaya.

Bisa dijabarkan, bagaimana kerja sama Caritas-PSE, dan kelompok kategorial lainnya?

Kerja sama antara Caritas Indonesia dengan Komisi PSE-KWI, dan kelompok kategorial lainnya dijalankan dengan be-be-rapa tahapan. Pertama, membangun me-dia center sebagai pusat komunikasi dan koordinasi Caritas di Indonesia, untuk menyediakan informasi kegiatan respons dan pembelajarannya. Kedua, memberikan prioritas bantuan jangka pendek, berupa sembako, makanan bergizi, multivitamin, sa-rana kesehatan, dan sanitasi, serta me-dia promosi, informasi, dan edukasi, ke-pa-da kelompok rentan. Pendekatan ini di-maksudkan untuk memperkuat respons awal, yang sudah diusahakan secara man-diri oleh keuskupan-keuskupan. Caritas juga mendorong Caritas-PSE Keuskupan berkolaborasi dengan berbagi pihak, ter-masuk masyarakat, dalam menjalankan ke-giatannya.

Baca Juga:  Buah-buah Sinode III Keuskupan Sibolga Harus Menjadi Milik Seluruh Umat

Bagaimana antisipasi dana yang terba-tas, sementara kebutuhan kemanusiaan semakin meningkat?

Sejak awal ada kesulitan karena barang-barang seperti masker dan hand sanitizer sangat sulit didapatkan. Untuk mengatasi langka dan mahalnya barang-barang dalam kategori Alat Pelindung Diri (APD) medis, maka Caritas Indonesia membuka donasi yang berasal dari individu, kelompok, or-ganisasi dan perusahaan yang mau mem-beri bantuan APD. Caritas Indonesia juga bekerja sama dengan lembaga lain dan para donatur berusaha mengimpor-nya dan membagikannya kepada beberapa rumah sa-kit–rumah sakit non rujukan, atau rumah sakit dan klinik yang sama sekali belum menerima bantuan dan sangat mem-bu-tuhkan.

Bila terjadi kesimpangsiuran dalam pe–nyaluran bantuan ini, apa respons Caritas?

Dengan struktur yang sudah dimiliki oleh Caritas Indonesia dan Komisi PSE-KWI, mulai dari tingkat nasional sampai ke keuskupan-keuskupan, maka kesimpangsiuran permohonan bantuan serta tumpang tindih pemberian bantuan dapat diminimalisir. Sejak awal respons, jalur koordinasi dibuat sejelas mungkin, untuk menghindari adanya penumpukan barang-barang bantuan.

Apakah ada program pemulihan pasca pandemi ini?

Merancang program pemulihan pas-ca pandemi akan fokus pada bidang pendidikan dan ketahanan pangan. Ran-cangan yang sudah disiapkan adalah bantuan kepada sekolah-sekolah atau siswa-siswi yang kurang mampu, agar tetap dapat bersekolah pasca pandemi ini berakhir. Untuk itu, Caritas Indonesia akan bekerja sama dengan Komisi Pen-didikan KWI. Sedangkan dalam hal ke-tahanan pangan, bekerja sama dengan Ko-misi PSE-KWI, mulai memikirkan ten-tang pengadaan lumbung-lumbung pangan, pemanfaatan lahan-lahan ko-song untuk tanaman pangan jangka pendek, dan membuat pola distribusi bahan pangan sebagai alternatif, untuk mengantisipasi dampak berkepanjangan dari pandemi ini. Strategi program-pro-gram di atas dirancang untuk memberikan akses dan ketersediaan suplai bahan pa-ngan kepada keluarga-keluarga miskin.

Yusti H. Wuarmanuk

HIDUP NO.19, 10 Mei 2020

ARTIKEL SEBELUMNYA
ARTIKEL SELANJUTNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles