HIDUPKATOLIK.COM Caritas mempromosikan kita hidup dalam bumi yang sama sehingga semestinya saling memperhatikan dan saling menolong apalagi dalam situasi pandemi Covid-19.
CARITAS adalah satu dari tiga dimensi tugas Gereja Katolik: mewartakan Kabar Sukacita, merayakan sakramen-sakramen, dan melayani sesama. Caritas merupakan dimensi pelayanan Gereja yang bertindak melanjutkan solidaritas kasih dengan mendengarkan jeritan kaum miskin dan jeritan bumi (Laudato ‘Si art.53). Dalam pelayanannya, Caritas selalu mengedepankan gerakan belarasa.Gerakan ini dilakukan secara tersistem dan terorganisir agar karya amal kasih berjalan efektif mulai dari pusat hingga ke keuskupan dan paroki-paroki.
Bukan Proyek
Caritas Indonesia dalam merespons Covid-19, bekerja bersama dengan Caritas-PSE di setiap keuskupan untuk melakukan tindakan nyata. Setiap keuskupan telah merespons untuk membantu masyarakat melalui Caritas-PSE, atau lembaga yang diberi mandat oleh uskup setempat. Untuk mewujudkan solidaritas kasih ini, Caritas Indonesia berperan sebagai animator, fasilitator, dan koordinator, bagi Caritas-PSE di Indonesia selama masa pandemi.
Caritas itu sendiri adalah gerakan dan bukan pekerjaan semata (proyek). Caritas bagian dari misi sosial pastoral Gereja Katolik, yang bertugas melayani, menemani, dan membela mereka yang menderita. Melayani berarti membantu apa yang dibutuhkan segera dalam situasi tanggap darurat. Menemani berarti memberdayakan komunitas hingga dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Membela berarti berusaha mengubah struktur yang tidak adil dan mengatasi akar penyebab kemiskinan.
Selama pandemi Covid-19 ini, Caritas Indonesia mendorong, agar gerakan ini dilakukan bersama-sama, mulai dari Caritas Indonesia dan akhirnya sampai di umat dan masyarakat. Caritas Indonesia melakukan gerakan mulai dengan panduan-panduan kegiatan dan bahan-bahan edukasi, sampai dengan membuka akses pendanaan dari Dana Darurat Caritas Indonesia dan bekerjasama dengan Komisi PSE KWI, untuk menggunakan dana APP Nasional bagi keuskupan yang membutuhkannya. Semua mekanisme pendanaan ini dipergunakan sebagai langkah awal, untuk membantu masyarakat dari kelompok yang rentan.
Caritas Indonesia juga menggerakkan solidaritas bersama dengan menerima uluran kasih dari pribadi-pribadi, kelompok, komunitas bahkan organisasi lain. Caritas Indonesia bisa juga menyalurkan donasi masyarakat berupa Alat Pelindung Diri (APD) bagi para tenaga medis dan sejumlah bantuan lain yang disalurkan ke sejumlah keuskupan, khususnya ke rumah sakit/klinik yang tidak menjadi rujukan. Sampai minggu ini sudah dikirimkan bantuan APD ke 96 rumah sakit/klinik di 28 keuskupan Indonesia.
Caritas adalah sebuah gerakan solidaritas yang bekerja bersama dalam semangat persaudaraan dengan semua pihak dan menjunjung tinggi martabat manusia dengan kodrat sosialnya. Nilai-nilai keadilan, kebaikan bersama, pengembangan manusia yang integral, belarasa, pilihan istimewa pada dan bersama dengan yang miskin dan tertindas, serta solidaritas menjadi dasar untuk bertindak.
Ukuran keberhasilan dari gerakan Caritas tidak terletak pada jumlah pemberian, dalam bentuk dana dan barang atau fasilitas, tetapi terutama pada adanya gerakan belaskasih persaudaraan, yang membuat setiap orang bisa menolong sesamanya yang sangat membutuhkan. Sebagaimana kisah Orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37), kita harus mengedepankan kasih, solidaritas, dan persaudaraan.
Caritas berada pada jantung Gereja (Straplan CI, 2019). Caritas sesuai dengan mandatnya harus memprioritaskan yang lemah dari yang paling lemah dalam pemberian bantuan sehingga, bantuan yang tidak seberapa ini bisa diberikan secara tepat sasaran. Gereja Katolik melalui Caritas Indonesia dan Jaringan Caritas-PSE Keuskupan di Indonesia juga mengimbau umat untuk tetap memperlakukan para penderita dan dokter, tenaga medis yang terjangkit Covid-19 dengan baik dan penuh kasih. Hal ini penting supaya mereka menerima dukungan dan kebaikan dari semua orang untuk memulihkan dirinya.
Akhirnya dalam peristiwa ini, Caritas mendorong setiap orang melihat orang lain sebagai sesama, sebagai saudara. Caritas mempromosikan kita hidup dalam bumi yang sama, sehingga semestinya saling memperhatikan dan saling menolong, apalagi dalam situasi seperti ini. Caritas menekankan semangat, one human family, one common home. “Pada saat pandemi ini, kita juga perlu menularkan semangat kasih karena “kasih itu masih mungkin kita bagikan” (Deus Caritas Est art. 39).
Pastor Fredy Rante Taruk Direktur Caritas Indonesia ( Karina KWI)
Totalitas Pelayanan
SEBAGAI yayasan publik, Caritas Indonesia sudah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM dan Kementerian Ketenagakerjaan. Karya kemanusiaan Caritas Indonesia berdasar pada gerakan solidaritas kasih yang terstruktur, mulai dari Caritas Internationalis yang berpusat di Roma, Italia.
Di Indonesia, Caritas telah ada sampai ke tingkat keuskupan. Apa saja wujud kon-kret pelayanan Cartias di masa pan-de-mi Covid-19 saat ini? Berikut petikan wa-wancara dengan Direktur Caritas Indo-nesia, Pastor Fredy Rante Taruk.
Apa artinya, Caritas menjadi animator, koordinator, dan fasilitator?
Sesuai mandat perutusannya, Cari-tas Indonesia menjalankan misi kemanu-siaan, khususnya untuk membantu para korban bencana alam maupun bencana yang di-sebabkan oleh tindakan manusia, seperti pe-langgaran hak asasi manusia (HAM), konflik dan kekerasan sosial, ke-tidakadilan gender dan berbagai tindak keadilan sosial.
Ada fungsi animasi Caritas Indonesia, yang dimaknai sebagai upaya untuk mendorong jaringan Caritas keuskupan, untuk terlibat dalam persoalan-persoalan di tengah masyarakat. Fungsi koordi–nasi dilakukan dalam upaya membangun ker-ja sama antarlembaga sosio–pasto-ral di Gereja dan lembaga-lembaga lain, yang peduli akan keutuhan ciptaan. Se-dangkan fungsi fasilitasi adalah mem-bantu memecahkan persoalan-persoalan yang menjadi hambatan dalam melakukan karya kemanusiaan, dengan mengembangkan semangat belarasa yang mengatasi batas agama, ras, suku, dan budaya.
Bisa dijabarkan, bagaimana kerja sama Caritas-PSE, dan kelompok kategorial lainnya?
Kerja sama antara Caritas Indonesia dengan Komisi PSE-KWI, dan kelompok kategorial lainnya dijalankan dengan be-be-rapa tahapan. Pertama, membangun me-dia center sebagai pusat komunikasi dan koordinasi Caritas di Indonesia, untuk menyediakan informasi kegiatan respons dan pembelajarannya. Kedua, memberikan prioritas bantuan jangka pendek, berupa sembako, makanan bergizi, multivitamin, sa-rana kesehatan, dan sanitasi, serta me-dia promosi, informasi, dan edukasi, ke-pa-da kelompok rentan. Pendekatan ini di-maksudkan untuk memperkuat respons awal, yang sudah diusahakan secara man-diri oleh keuskupan-keuskupan. Caritas juga mendorong Caritas-PSE Keuskupan berkolaborasi dengan berbagi pihak, ter-masuk masyarakat, dalam menjalankan ke-giatannya.
Bagaimana antisipasi dana yang terba-tas, sementara kebutuhan kemanusiaan semakin meningkat?
Sejak awal ada kesulitan karena barang-barang seperti masker dan hand sanitizer sangat sulit didapatkan. Untuk mengatasi langka dan mahalnya barang-barang dalam kategori Alat Pelindung Diri (APD) medis, maka Caritas Indonesia membuka donasi yang berasal dari individu, kelompok, or-ganisasi dan perusahaan yang mau mem-beri bantuan APD. Caritas Indonesia juga bekerja sama dengan lembaga lain dan para donatur berusaha mengimpor-nya dan membagikannya kepada beberapa rumah sa-kit–rumah sakit non rujukan, atau rumah sakit dan klinik yang sama sekali belum menerima bantuan dan sangat mem-bu-tuhkan.
Bila terjadi kesimpangsiuran dalam pe–nyaluran bantuan ini, apa respons Caritas?
Dengan struktur yang sudah dimiliki oleh Caritas Indonesia dan Komisi PSE-KWI, mulai dari tingkat nasional sampai ke keuskupan-keuskupan, maka kesimpangsiuran permohonan bantuan serta tumpang tindih pemberian bantuan dapat diminimalisir. Sejak awal respons, jalur koordinasi dibuat sejelas mungkin, untuk menghindari adanya penumpukan barang-barang bantuan.
Apakah ada program pemulihan pasca pandemi ini?
Merancang program pemulihan pas-ca pandemi akan fokus pada bidang pendidikan dan ketahanan pangan. Ran-cangan yang sudah disiapkan adalah bantuan kepada sekolah-sekolah atau siswa-siswi yang kurang mampu, agar tetap dapat bersekolah pasca pandemi ini berakhir. Untuk itu, Caritas Indonesia akan bekerja sama dengan Komisi Pen-didikan KWI. Sedangkan dalam hal ke-tahanan pangan, bekerja sama dengan Ko-misi PSE-KWI, mulai memikirkan ten-tang pengadaan lumbung-lumbung pangan, pemanfaatan lahan-lahan ko-song untuk tanaman pangan jangka pendek, dan membuat pola distribusi bahan pangan sebagai alternatif, untuk mengantisipasi dampak berkepanjangan dari pandemi ini. Strategi program-pro-gram di atas dirancang untuk memberikan akses dan ketersediaan suplai bahan pa-ngan kepada keluarga-keluarga miskin.
Yusti H. Wuarmanuk
HIDUP NO.19, 10 Mei 2020