HIDUPKATOLIK.COM – Sebagai orang yang sudah pensiun dan lanjut usia, saya hanya di rumah berdua dengan isteri. Terkadang saya merasa kesepian. Dulu saya seorang direktur dengan banyak anak buah yang bisa saya minta untuk melakukan apa saja. Setelah pensiun, saya benar-benar merasa kehilangan semuanya. Secara pribadi, hati saya belum sungguh siap. Apalagi ditambah perasaan sepi karena anak cucu semuanya tinggal di tempat yang jauh. Setiap hari, saya hanya membaca, makan, tidur, dan setelah itu tinggal di rumah saja. Entah kenapa, saya merasa kehilangan harapan. Bagaimana saya bisa produktif di masa tua?
Alfons Djebouri
Jakarta
Bapak Alfons Djebouri yang baik, terima kasih atas pertanyaan yang merupakan pengalaman pribadi. Barangkali apa yang Bapak tanyakan juga merupakan pengalaman banyak orang yang telah memasuki usia pensiun. Lalu apa yang bisa dilakukan agar tetap produktif di masa tua? Berikut ini beberapa tanggapan saya.
Pertama, produktivitas mereka yang menjalani masa pensiun dan memasuki usia lanjut ditentukan oleh kekayaan batinnya. Yang dimaksud dengan kekayaan batin ialah tetap berpegang teguh pada kasih Allah yang tanpa batas mengasihi manusia. Kekayaan batin ini memampukan semua manusia melewati tahap-tahap dalam perjalanan hidupnya. Memasuki usia pensiun dan pelan-pelan menjadi lanjut usia adalah tahap alami dari perjalanan hidup manusia. Berkurangnya produktivitas, melemahnya kekuatan fisik, adanya kesepian, perasaan tidak siap memasuki masa pensiun dan berbagai perasaan lainnya adalah sesuatu yang sangat manusiawi. Maka perlu menjaga kekayaan batin yang terus hidup. Kekayaan batin itulah yang menjadi sumber kebahagiaan, sumber hidup yang tenang dan damai juga ketika orang memasuki masa pensiun atau memasuki usia lanjut.
Kedua, mereka yang berpegang teguh pada kasih Allah akan selalu produktif secara rohani. Salah satu contoh konkret dari produkvitas secara rohani ialah bertekun dalam doa. Doa tidak hanya memberikan kekuatan tetapi membimbing semua manusia kembali kepada Allah sumber kehidupan dan kedamaian. Mengenai doa, Bapak bisa baca Paulus kepada jemaat di Filipi 4:6-7.
Ketiga, menjalani masa pensiun dan memasuki usia lanjut adalah kesempatan untuk makin produktif dalam kebijaksanaan. Masa kanak-kanak dan masa dewasa adalah waktu dalam kehidupan manusia untuk merencanakan berbagai hal dalam hidup. Masa pensiun dan memasuki usia lanjut adalah waktu mensyukuri hidup dan makin produktif dalam kebijaksanaan. Kebijaksanaan usia lanjut membawa banyak nasihat yang bermakna bagi kehidupan. Masa pensiun dan memasuki usia lanjut dalam arti tertentu merupakan masa dalam kehidupan manusia untuk makin bijaksana. Dari pengalaman yang telah dilewati, mereka dapat mewariskan kepada anak cucu mereka nilai-nilai seperti kasih, kebijaksanaan, kesabaran, kesetiaan, pengampunan, doa yang mendalam dan berbagai kesaksian hidup.
Keempat, menjalani masa pensiun dan memasuki usia lanjut dengan memberikan kontribusi dalam doa dan pelayanan Gereja. Kenyataan memperlihatkan, bahwa para lansia, dengan umur dan pengalaman panjang mereka, telah memberikan kontribusi dalam doa dan pelayanan Gereja selama bertahun-tahun. Pengalaman di sebuah Gereja Paroki menunjukkan, bahwa orang-orang yang menghadiri misa pagi harian sebagian besar mereka yang sudah pensiun dan merupakan orang-orang lanjut usia. Pengalaman ini bukanlah suatu hal yang menyedihkan, tetapi sebuah fakta yang harus disyukuri. Anugerah umur panjang dan partisipasi terus-menerus dalam doa dan pelayanan komunitas Gerejani adalah sesuatu yang sangat berarti.
Kelima, mengusahakan dan menjaga kedekatan dengan sesama lansia. Banyak orang yang menjalani masa pensiun dan memasuki masa lanjut usia, hidup dalam situasi penderitaan dan kemiskinan. Bahkan orang yang kaya secara materi di antara mereka pun, sering mengalami salah satu bentuk dari kemiskinan yaitu kesepian karena ketidakhadiran sesama dalam hidup. Perlahan-lahan muncul perasaan tidak berarti. Kehidupan seakan sia-sia dan tidak ada gunanya. Kedekatan dengan sesama manusia yaitu kedekatan dengan sesama yang memasuki usia lanjut adalah obat mujarab yang dapat diberikan dalam situasi seperti itu. Barangkali kedekatan dengan sesama adalah obat paling manjur yang dimiliki umat manusia sebagai gambar Allah.
Pastor Ignas Tari, MSF
Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Banjarmasin
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 13, Tahun Ke-79, Minggu, 30 Maret 2025