web page hit counter
Sabtu, 12 April 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Ketua Lembaga Biblika Indonesia Pastor Albertus Purnomo, OFM: Melepaskan Dosa Masa Lampau

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 6 April 2025. Hari Minggu Prapaskah V. Yes.43:16-21; Mzm.126:1-2b, 2c-2, 4-55, 6; Flp.3:8-14; Yoh.8:1-11

DALAM suatu Doa Angelus (13 Maret 2016), Paus Fransiskus memberikan khotbah singkat tentang kisah perempuan yang tertangkap ketika berzina (Yoh 8:1-11). Dalam bagian penutup khotbah itu, Paus mengatakan demikian, “Saudara dan saudari yang terkasih, perempuan itu mewakili kita semua. Kita adalah orang-orang berdosa, yang berarti para pezinah di hadapan Allah, para pengkhianat kesetiaan-Nya. Pengalamannya memperlihatkan kehendak Allah bagi kita masing-masing: bukan penghukuman kita, tetapi keselamatan kita melalui Yesus. Yesus adalah kasih karunia yang menyelamatkan dari dosa dan kematian… Allah tidak memakukan kita pada dosa kita. Dia tidak mengidentifikasi kita dengan kejahatan yang telah kita lakukan…Dia ingin membebaskan kita, dan menghendaki agar kita juga ingin bersama dengan-Nya. Dia menghendaki kita bebas supaya dapat berbalik dari kejahatan menuju kebaikan, dan hal ini dimungkinkan – itu mungkin! – dengan kasih karunia-Nya.” Kata kunci dari khotbah Paus Fransiskus ini adalah “bebas”. Orang dibebaskan dari dosa supaya ia bebas untuk melangkah dalam jalan Allah.

Baca Juga:  Produktif di Masa Tua, Bagaimana Caranya

Kisah tentang Yesus dan perempuan yang tertangkap karena berzina dalam Injil Yohanes ini begitu populer. Meskipun para ahli memperdebatkan apakah kisah ini asli dari penginjil Yohanes ataukah disisipkan kemudian oleh penyalin ke dalam Injil Yohanes yang asli, kisah ini tetaplah sebuah kabar gembira (Injil) tentang Allah yang hadir dalam diri Yesus. Ini adalah kabar gembira tentang belas kasih Allah, yang tidak pernah menginginkan pendosa supaya mati, tetapi supaya bertobat dan memiliki hidup baru.

Dalam kisah ini, di Bait Allah, Yesus dihadapkan pada persoalan pelik. Beberapa ahli Taurat dan orang Farisi membawa kepadanya perempuan yang tertangkap ketika sedang berzina. Meskipun mereka tampaknya ingin menguji kualitas Yesus sebagai Rabi ketika berhadapan dengan kasus pelanggaran hukum Taurat, mereka sebenarnya ingin menjebak Yesus. Jika Yesus mengikuti hukum yang ketat, yaitu menyetujui agar perempuan itu dirajam, Dia akan kehilangan reputasinya sebagai guru yang lemah lembut dan baik, yang membuat orang-orang tertarik mengikuti-Nya. Namun, jika dia berbelas kasihan, ini berarti, Dia meremehkan hukum Taurat dan posisinya sebagai Rabi yang berpengaruh.

Baca Juga:  APA DENGAN RAMALAN

Yesus tidak terlalu menanggapi kasus ini. Ia diam sambil menulis dengan jari-Nya di tanah. Ini mungkin cara Yesus supaya setiap orang dapat menenangkan diri, tidak bertindak secara impulsif, dan lebih mencari keadilan Tuhan dalam ketenangan. Akan tetapi, karena desakan mereka, Yesus mengeluarkan kata-kata tajam yang membuat mereka meninggalkan perempuan itu satu per satu “Siapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Sama halnya, di hadapan perempuan itu, Yesus juga tidak menghukumnya ketika berkata  “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi”.

Dalam kisah ini, Yesus berada di antara dua pihak yang sama-sama berdosa: mereka yang sombong karena menganggap diri lebih baik, benar dan suci; dan perempuan yang memang berdosa. Keduanya sebenarnya sama-sama pantas dihukum. Namun, Yesus mengedepankan belas kasihan dan menawarkan kesempatan untuk menjadi lebih baik. Ketika ahli Taurat dan orang Farisi tidak semakin jatuh kepada dosa berat yaitu membunuh perempuan itu, Yesus meminta kepada perempuan itu supaya melepaskan dosa masa lampau dan mulai menjalani babak baru kehidupannya sebagai orang yang benar di hadapan Allah.

Baca Juga:  Saat Menerima Pengurus LP3KN, Meteri Agama, Nasaruddin Umar Menekankan Pentingnya Sisi Keimanan dalam Kegiatan Keagamaan

Sebagai pengikut Kristus, kita perlu memberi kesempatan kepada orang yang berdosa supaya mau bertobat dan menjadi lebih baik dari hari ke hari. Kita perlu memberikan semangat supaya berani melepaskan dosa di masa lalu agar ringan dalam melangkah ke depan. Jika perlu menegur, tegurlah dengan kasih supaya sadar akan dosa dan kesalahannya. Jika tidak bisa ditegur dan tetap dalam keadaan berdosa, itu adalah urusan Allah, yang pasti akan memberikan hukuman dengan cara-Nya sendiri. Keadilan hendaknya berjalan bersama dengan belaskasihan dan sebaliknya.

Orang dibebaskan dari dosa supaya ia bebas untuk melangkah dalam jalan Allah.”

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No.14, Minggu, 6 April 2025

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles