HIDUPKATOLIK.COM – Sejak akhir tahun 2024 umat Katolik seluruh dunia terfokus pada Tahun Yubileum dengan dibukanya Holly Door di Vatikan oleh Bapa Paus Fransiskus. Memasuki kuartal pertama tahun 2025 euforia Porta Sancta (Pintu Suci) telah menyatukan dan menggerakan umat melalui kunjungan berkelompok ke paroki-paroki. Kekuatan magnetik ini tak dapat lepas dari yang namanya strategi ke-PR-an. Apa itu PR (Public Relations)? Sebuah kegiatan komunikasi terpadu yang menyatukan elemen-elemen identitas, nilai dan budaya dalam sebuah organisasi atau perusahaan untuk membangun citra organisasi dan mempertemukan kepentingan organisasi dengan para pemangku kepentingannya (stakeholders).
Corpus
Teknik PR yang sekarang dikenal lebih spesifik sebagai strategi Komunikasi Korporasi (Corporate Communication) dilakukan pula guna memperkuat brand sebuah produk agar lebih dikenal dan membedakan dengan brand pesaingnya. Amerika yang dikenal sebagai asal dari strategi ke-PR-an memiliki banyak brand mendunia dari berbagai produk dan jasa.
Kita ingat film-film box office keluaran Amerika, katakanlah itu Spiderman, Lion King atau Avatar. Jauh sebelum film ini ditayangkan di bioskoo-bioskop, masyarakat sudah tak sabaran ingin menontonnya. Serangkaian kegiatan promosi telah dilakukan secara sistimatis untuk menggaungkan film yang akan beredar tersebut. Selain iklan, artikel, acara, berbagai gimmicks dikeluarkan untuk semakin memperkuat promosi mulai dari icon, kaos, tas, hingga peralatan sekolah anak-anak.
Apa kaitannya dengan Porta Sancta? Gereja Katolik merupakan lembaga internasional tertua dan terbesar di dunia saat ini (sumber: Wikipedia). Jika diibaratkan sebagai sebuah korporasi yang berasal dari Bahasa Latin “corpus” artinya tubuh, maka Gereja terdiri dari manusia-manusia dalam hal ini para pimpinan dan umat, gembala dan fombanya yang merupakan satu kesatuan gerak dan langkah.
Gereja Katolik dikenal sebagai organisasi yang sistematis, rapih dan holistik. Apa yang diturunkan dari pusat dalam hal ini dari Vatikan tersosialisasi dengan baik hingga ke akar rumput dalam hal ini umat di setiap paroki. Beberapa enskiklik dan konsep yang telah maupun sedang berlangsung dan memiliki keterpaduan, antara lain Laodato Si tentang Bumi sebagai Rumah Kita Bersama berkaitan erat dengan kemanusiaan, alam semesta, dan Pencipta.
Ensiklik ini diwujudkan dalam praktik antara lain melalui gerakan menanam tanaman organik, daur ulang sampah hingga BBM (Bawa Botol Minum) sendiri. Kemudian pada tahun ini beberapa unsur yang berkaitan adalah Evangelii Gaudieum (Ajaran Sosial Gereja), Ardas (Arah Dasar Pastoral), APP (Aksi Puasa Pembangunan) dan AnSos (Analisis Sosial) dalam satu Gerakan Kepedulian Transformatif kepada Saudara/i yang lemah dan miskin.
Peziarah
Dalam rangka tahun Yubileum 2025 dengan tema Penziarah Pengharapan ini Bapa Suci Paus Fransiskus menganjurkan agar di setiap paroki di seluruh dunia membuat “duplikat” Porta Sancta seperti yang ada di Vatikan. Tujuannya adalah agar semua umat bisa menjalani dan menghayati makna tahun Yubileum 2025 ini dengan berziarah ke Porta Sancta terdekat tanpa harus melakukan perjalanan jauh ke Vatikan.

Porta Sancta merupakan satu elemen penting dalam perayaan Yubileum. Pintu yang khusus dibuka selama Tahun Yubileum ini mengajak umat untuk mengalami Rahmat Allah secara istimewa. Guna memperkuat persepsi yang sama, Porta Sancta juga memperkenalkan icon yang bersifat universal yaitu Luce berasal dari kata Italia yang berarti cahaya. Jaket kuning yang digunakan Luce melambangkan Bendera Vatikan dan perjalanan hidup. Luce kemudian dikreasikan dalam bermacam suvenir seperti kaos, gantungan kunci, bros, magnit hiasan lemari es.
Strategi komunikasi yang baik dengan simbol-simbol yang dinarasikan dengan jelas dari Gereja Katolik ini menjadikan nuansa Tahun Yubilium semakin menggelora di hati umat. Hal ini tampak dari antusiasme setiap paroki baik dalam membangun Porta Sancta maupun melalui Gerakan berziarah 9 Gereja.

Di Keuskupan Agung Jakarta misalnya, beragam model Porta Sancta dibuat dengan begitu menarik dan bermakna. Jika Porta Sancta diibaratkan sebagai sebuah ‘brand’ maka pembentukannya sangat memerlukan pertimbangan dasar dan konsep yang kuat. Pertimbangannya tentu mengarah pada spirit dari Holly Door itu sendiri tentang Rahmat, Pengharapan dan Keselamatan, “Akulah PINTU; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat” (Injil Yohanes 10:9).

Sebagai contoh Porta Sancta di paroki Pejompongan, Gereja Kristus Raja, Jakarta yang diberkati pada tanggal 5 Januari 2025 saat pembukaan Tahun Yubileum 2025. Porta Sancta yang diresmikan oleh Pastor Antonius Suyadi dalam misa konselebrasi bersama Pastor Yohanes Subagyo dan Pastor Stevanus Harry Yudanto terbilang etnis. Materi pintu mengandung unsur-unsur kearifan lokal dengan mengusung tema “Keindahan dalam Kebersamaan”. Hal ini diekspresikan melalui penggunaan produk-produk anyaman.
Pintu
Aristantono sebagai panitia pembuatan Pintu Suci dan pencetus ide dasar Porta Sancta berpendapat, “Porta Sancta bukan seperti membuat rangka pintu rumah biasa karna memiliki makna yang dalam sebagai Pintu Suci, Pintu Rumah Tuhan, Pintu Keselamatan” lanjutnya. Aris, yang juga merupakan anggota Dewan Pengurus Harian (DPH) harus berburu hingga ke Karawang untuk mendapatkan produk anyaman enceng gondok terbaik guna membumikan konsep Porta Sancta yang akan dibangun. Anyaman dengan segala filosofinya menjadi simbol perjalanan kehidupan manusia yang terlahir dari lembar-lembar sederhana dengan latar belakang kehidupan yang berbeda. Anyaman itu sendiri terjalin dari daun-daun yang membentuk sebuah wadah, melambangkan kesatuan yang saling menopang, membentuk jalinan yang indah dalam kebersamaan.

Atribut pelengkap dari Porta Sancta ini juga mendukung nuansa yang ingin dibangun dalam kesatuan makna. Keranjang piknik menjadi kebersamaan dalam keluarga, sementara tampah bulat mengandung arti roda kehidupan, dan lukisan 2 ikan 5 roti di anyaman berbentuk piring melambangkan Ekaristi Suci. Adapun gentong yang seakan menumpahkan daun-daun dan bunga memiliki arti berbagi. Secara keseluruhan Porta Sancta ini membentuk segitiga, semua menuju satu arah ke atas, kepada Sang Pencipta.

Tak ketinggalan 2 ekor kupu-kupu yang hinggap di bunga di antara susunan produk anyaman tersebut, “Kupu-kupu selalu mencari tempat indah, selalu menghampiri bunga, itulah filosofinya, dari keindahan yang dibawa akan berkembang menjadi keindahan-keindahan yang lain” ungkap Aris. Filosofi ini dilengkapi dengan sepeda berkeranjang rotan berisi bunga di bagian depannya, “Ini simbol perjalanan hidup yang penuh harapan. Ada pepatah: “Agar tetap seimbang, sepeda harus terus berjalan” Ora et Labora, Berdoa dan Bekerja, itulah arti kehidupan, yang harus selalu bergerak dalam keseimbangan antara rohani dan duniawi.”
Mathilda AMW Birowo (Kontributor, Jakarta)