web page hit counter
Jumat, 25 April 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM: Mencari Kebahagiaan Hidup

Rate this post

HIDIUPKATOLIK.COM – Renungan Minggu, 16 Maret 2025 Minggu Prapaskah II, Kej.15:5-12, 17-18; Mzm.27:1,7-8,9abc, 13-14; Flp.3:17-4:1 (panjang) atau Flp.3:20-4:1 (singkat); Luk.9:28b-36

SALAH satu kerinduan besar dalam diri manusia sepanjang masa ialah merasakan kebahagiaan hidup di dunia ini. Orang mencari jalan untuk memperoleh kebahagiaan. Ada yang berusaha mencari jawaban atas pertanyaan: apakah rahasia hidup bahagia? Rasul Petrus merasa berbahagia ketika menyaksikan kemuliaan Tuhan: “Guru betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia” (Luk 9:33). Petrus rupanya mengalami suatu hal yang menggelorakan hatinya, sehingga dia mengungkapkan secara spontan rasa bahagianya. Karena itu, dia sekaligus mau bertindak untuk membangun kemah.

Yesus mengarahkan Petrus dan para rasul dalam mengungkapkan kebahagiaannya. Mereka dituntun untuk menyadari bahwa kebahagiaan hidup terletak dalam kesediaan untuk mengikuti jalan kehidupan Yesus. Dalam persatuan dengan Yesus, mereka harus melewati jalan salib, penderitaan, wafat, dan kebangkitan. Kemuliaan hidup Yesus yang ditampakan dalam kemuliaan di Gunung Tabor diperoleh melalui jalan salib.

Baca Juga:  Misa Requiem Paus Fransiskus: Siap Diutus Menjadi Pelayan Perdamaian

Tiada kemuliaan tanpa jalan perjuangan menghadapi derita dan tantangan. Itulah yang diajarkan oleh Yesus. BapaNya menyatakan kepada para murid itu: “Inilah Anak-ku yang kukasihi, dengarkanlah Dia” (Luk 9:35). Maka rahasia kebahagiaan kristiani terdapat dalam kesediaan mendengarkan kehendak Tuhan, siap sedia menjalani perjuangan hidup bagi kebaikan banyak orang dan mengikuti bimbinganNya.

Yesus membimbing dan menghantar Petrus dan teman-temannya untuk masuk dalam keheningan berdoa dan menyembah. Berdoa menjadi sedemikian penting karena dalam peristiwa berdoa, orang menjumpai dan bercakap-cakap dengan Allah yang diimani dan yang diandalkannya. Berdoa menjadi media istimewa agar kita masuk ke kedalaman relasi intim dengan Tuhan. Dalam dan melalui berdoa, jati diri Kristus itu disingkapkan oleh Roh Tuhan. Dihadapan Kristus itulah, kita juga menyadari diri kita sesungguhnya. Karena itu Gereja berpesan agar perintah Yesus untuk berdoa ditegaskan kembali dalam setiap masa Prapaskah.

Para pengikut Kristus mesti hidup dalam perspektif (keterarahan menuju) kemuliaan surga. Kita adalah peziarah-peziarah pengharapan menuju kebahagiaan abadi. Kita sedang dalam perjalanan menuju hidup abadi bersama Allah dalam kemuliaan surgawi. Hidup seperti itu kita laksanakan dengan penuh sukacita dan keteguhan hati. Itulah yang ditegaskan oleh St. Paulus dalam Suratnya kepada jemaat di Filipi: “Kewargaan kita adalah di dalam surga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat” (Flp 3:20).

Baca Juga:  Gereja Indonesia Berduka dan Berdoa untuk Mendiang Paus Fransiskus

Dia mengajak jemaat di Filipi agar melakukan transformasi (pembaruan) dalam hidup. Pengalaman pribadinya melalui peristiwa pertobatan dalam perjalanan menuju Damsyik meneguhkan dia untuk hidup dalam perspektif surgawi. Dia tidak pernah berbalik lagi meminta petunjuk manusia, termasuk para pemimpin agama Yahudi di Yerusalem. Kini dia berdiri teguh di jalan Tuhan. Karena itu, dia menasihati saudara-saudara yang telah bertobat di Filipi dengan peneguhan ini: “Berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kukasihi” (Flp.4:1).

Hidup dalam perspektif surgawi dipertentangkan dengan hidup dalam kecondongan yang kuat dan nyata pada perkara-perkara duniawi. Gaya hidup itu digambarkan oleh St. Paulus sebagai gaya hidup yang menentang jalan yang dihidupi oleh Kristus yang tersalib. Orientasi hidupnya terarah pada pencapaian kepenuhan kebutuhan ekonomis, keuntungan pribadi, memanipulasi sesama, dan mengeksploitir alam ciptaan Tuhan.

Baca Juga:  Paus Fransiskus dan Jerman; Orang Argentina yang Merasa Asing di Negeri Para Penyair dan Pemikir

Cara berpikirnya tertuju kepada perkara duniawi; dalam relasi antar manusia, orang tidak lagi menerima orang lain dengan penuh kasih dan sumber sukacita. Manusia lain dihargai sejauh menghasilkan kekayaan ekonomis semata. Manusia yang berorientasi pada harta duniawi akan menyebabkan terjadinya manipulasi antarmanusia serta eksploitasi alam secara berlebihan.

Seruan Tuhan pada Masa Prapaskah: “Berbaliklah kepada Tuhan, sebab Ia pengasih dan penyayang” adalah seruan agar kita hidup dalam perspektif (keterarahan menuju) surgawi. Orang yang hidup dalam perspektif ini akan memperkuat misi Gereja Sinodal. Di dalam Gereja itulah kita mengalami kebahagiaan hidup ketika kita taat serta setia mengikuti Kristus Yesus. Kemuliaan Paskah diperoleh melalui jalan penderitaan. Percayalah! Dalam dan bersama Kristus, penderitaan hidup tetap bermakna. Kebahagiaan hidup sesungguhnya dialami ketika kita berjalan bersama Kristus.

 “Orang yang hidup dalam perspektif (keterarahan menuju) surgawi akan memperkuat misi Gereja Sinodal”

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 12, Tahun Ke-79, Minggu, 16/3/2025

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles