web page hit counter
Minggu, 13 April 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

MEMPERKENALKAN “QUADRAGESIMA”

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Pada hari Minggu 9 Maret 2025, umat Katolik akan memasuki awal Masa Prapaskah. Dalam Kalender Liturgi, hari Minggu ini dinamakan “Minggu I Prapaskah”.

Dalam bahasa Latin disebut Dominica I in Quadragesima, bahasa Italia I Domenica di Quaresima, dan bahasa Inggris 1st Sunday of Lent.

Apakah penamaan “Minggu I Prapaskah” ini sudah merupakan terjemahan paling tepat untuk Dominica I in Quadragesima?

Ada pepatah terkenal di Italia yang berbunyi traduttore, traditore, artinya “penerjemah adalah pengkhianat”. Maksudnya, tidak mungkin suatu terjemahan seratus persen setia pada teks dalam bahasa lain yang diterjemahkan karena mau tidak mau harus “mengkhianati” teks asli itu.

Ada salah satu keuskupan di Indonesia dalam penanggalan liturginya mengganti istilah “Minggu I Prapaskah” menjadi Minggu I Puasa, Minggu II Puasa, dan seterusnya. Ketika ditanya mengapa, jawabannya karena kata “Prapaskah” sepertinya kurang memuat arti yang dimaksud. “Pra” artinya sebelum. Pra-Paskah artinya sebelum Paskah. Natal juga bisa dipahami Prapaskah, sebelum Paskah.

Baca Juga:  Saat Menerima Pengurus LP3KN, Meteri Agama, Nasaruddin Umar Menekankan Pentingnya Sisi Keimanan dalam Kegiatan Keagamaan

Alasan lain, hari Minggu termasuk masa Puasa, dan justru hari Minggu adalah induk dari Minggu Puasa.

Tentu penamaan “Minggu Puasa” ini menimbulkan pertanyaan. Padanan terjemahan itu dirasakan kurang tepat bahkan kontradiksi. Mengapa? Hari Minggu tidak ada puasa. Hari Minggu dalam masa Prapaskah tidak diwajibkan berpuasa/berpantang. Hari Minggu adalah hari di mana umat Kristen merayakan Kebangkitan Kristus, sekalipun konteksnya masa Prapaskah.

Tentu saja, bukan berdosa pula kalau ada orang yang melakukan puasa pada hari Minggu, apalagi kalau didasari dengan semangat kasih kepada Allah. Namun, perlu diingat juga bahwa alangkah baiknya, kalau kita juga menyatukan langkah kita dengan derap langkah Gereja.

Kalau memang hari Minggu (dalam Prapaskah) dikatakan sebagai “induk dari puasa”, lalu mengapa umat justru tidak melakukan puasa dan pantang pada hari Minggu yang jadi induk itu? Mengapa malah puasa/pantang keras terjadi pada hari Rabu Abu dan Jumat (apalagi Jumat Agung)? Induk kok kalah sama anakannya. Bukankah justru Rabu Abu atau Jumat Agung yang cocok menjadi “induk dari puasa”?

Baca Juga:  Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung OFM Can: Mengikuti Raja yang Menunggang Keledai

Supaya tidak dikatakan “pengkhianat” seperti pepatah Italia tadi, mari menggunakan terjemahan yang paling dekat dengan bahasa aslinya. Itu yang menjadi prinsip utama dalam penerjemahan.

Kata Latin quadragesima atau kata Yunani “tessarakoste” berarti keempatpuluh. Ada dua padanan yang lebih tepat untuk menerjemahkan Dominica I in Quadragesima, yaitu “Minggu I 40-Hari” atau “Minggu I Quadragesima”.

Sama seperti kata “Adven”, yang diserap dari kata Latin “Adventus”, dalam penanggalan liturgi digunakan istilah “Minggu I Adven”. Lalu, mengapa kita Indonesia tidak menyerap langsung kata “Quadragesima” ini dan menggunakannya menjadi “Minggu I Quadragesima”?

Dengan demikian, “Minggu I Quadragesima” disandingkan dengan “Minggu I Adven”. Sama halnya, “Minggu I 40-Hari” disandingkan dengan “Minggu I Penantian.” Itulah terjemahan paling dekat dengan bahasa asli.

Baca Juga:  Harmoni dalam Kebersamaan: Tarakanita Meraih Bintang Lewat Lomba Paduan Suara

Sebagai tambahan, perlu diingatkan juga agar tidak terjadi salah kaprah yang sering dilakukan para pastor, katekis, dan pengurus liturgi paroki terkait penulisan dan penyebutannya.

Minggu Adven I ❌
Minggu I Adven ✅
Minggu Prapaskah I ❌
Minggu I Prapaskah ✅
Minggu I Quadragesima ✅

Jadi, kata keterangan/atributif “pertama” atau angka romawi I itu ditempatkan di belakang kata “Minggu” karena kata atributifnya mau menerangkan kata Minggu, bukan kata Adven atau Prapaskah. Adven atau Prapaskah itu hanya satu. Tidak ada Adven atau Prapaskah kedua, ketiga, dan seterusnya.

Serpong, 8 Maret 2025

Oleh Febry Silaban, penulis dan penggiat bahasa, tinggal di Serpong, Tangerang Selatan, Banten

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles