HIDUPKATOLIK.COM – MARILAH kita mengucapkan selamat merayakan hari ulang tahun ke-25 Tahbisan Episkopal Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus. Gereja universal pun ikut bergembira. Paus Fransiskus yang tengah dalam pengobatan turut mengirim surat kepada Uskup Agus. Selain ucapan selamat, Paus pun memberi berkat apostolik untuk Uskup Agus dan umat Keuskupan Agung Pontianak. Uskup Agus mengenang hari istiwa itu bersama sekitar empat ribu umat di Paroki Katedral Pontianak pada hari Minggu, 9/2/2029. Hadir pula para koleganya, para uskup dari pelbagai keuskupan di Indonesia. Termasuk pula Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC.
Sebelum didapu Vatikan menjadi Uskup Agung Pontianak pada 3 Februari 2014, kelahiran Lintang, 22 November 1949 ini mengamban pelayanan sebagai Uskup Sintang. Sebelumnya malah menjadi administrator keuskupan ini sebelum akhirnya menjadi Uskup Sintang. Di lingkungan KWI, ia pernah menduduki beberapa jabatan: Ketua Komisi Kepemudaan; Komisi Kerawam; Komisi Kaeadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran-Perantu dan beberapa tugas lain.
Dengan pelbagai pelayanan ini, Uskup Agus di usia ke-75 tahun ini tak kelihatan kekurangan energi untuk memberikan yang terbaik dari dirinya untuk Gereja Keuskupan Agung Pontianak dan Gereja Indonesia melalui KWI. Mengingat usianya yang sudah mencapai 75 tahun, sesuai Hukum Kanonik, ia punya hak untuk mengajukan pengunduran diri kepada Paus untuk memasuki purnabakti. Namun, umat setempat masih berharap bahwa Paus berkenan memberikan kesempatan kepada Uskup Agus untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan besar yang menunggu tangan dinginnya. Uskup Agus sendiri pun masih bermimpi untuk membangun. Salah satunya, rumah bagi para imam diosesan senior di Keuskupan Agung Pontianak. Seandainya pengunduran dirinya diterima Paus dan mengangkat seorang gembala utama baru bagi Pontianak, Uskup Agus akan dengan besar hati menerimanya.
Selama menjadi uskup di Sintang dan Pontianak, salah satu ciri penggembalaannya adalah turne ke paroki-paroki pedalaman, bahkan hingga ke stasi. Baginya, berjumpa dengan umatnya adalah energi dan sukacita. Ia sungguh merasakan denyut kehidupan umatnya. Konflik yang pernah terjadi di Keuskupan Sintang pun dapat diselesaikanya dengan baik. Umat Sintang kemudian dapat berangkulan, bersatu, dan berjalan bersama dengan sang uskup putra Dayak ini. Ia tak menjaga jarak. Ia menari bersama umatnya jikalau ia disambut. Pun jika ia diajak minum khas Dayak. “Mereka bisa sampai mabuk, saya tidak,” ujarnya. Ia bisa menjaga sampai batas mana ia harus menahan diri dalam berelasi dengan umatnya.
Relasinya dengan pemerintah setempat pun ia rajut sedemikian. Akrab dengan para pemangku otoritas tapi juga mampu menjadi jarak agar tetap bisa bersikap bijaksana dan menyuarakan suara-suara kenabian sesuai perutusannya. Begitu juga dengan tokoh-tokoh agama dan masyarakat. Dirangkulnya. Sikapnya yang tegas dan terkadang terlihat keras merupakan bukti kasihnya bagi kebaikan dan kesejahteraan umat dan masyarakat Kalimantan Barat. Ia telah meletakkan pondasi berupa visi dan misi Keuskupan Agung Pontianak yang belum ad sebelumnya. Jumlah imam diosesan pun kini meningkat seiring dengan pertambahan jumlah paroki dan stasi.
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 08, Tahun Ke-79, Minggu, 23 Februari 2025