HIDUPKATOLIK.COM – Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, telah mengeluarkan Surat Gembala Prapaskah 2025 yang menekankan kepedulian kepada orang yang lemah dan miskin sehingga sebuah gerakan kreatif sebagai tanda pengharapan dapat terwujud.
“Pada Hari Rabu Abu, 5 Maret nanti, kita akan memasuki Masa Prapaskah, masa yang disediakan secara khusus untuk memperbarui diri, dalam dinamika semakin mengasihi, semakin peduli, semakin bersaksi,” kata Kardinal Suharyo, mengawali Surat Gembala Prapaskah 2025 yang akan dibacakan saat Perayaan Ekaristi Minggu sebagai pengganti kotbah pada tanggal 1-2 Maret 2025 tersebut.
Merujuk pada bacaan Kitab Suci hari itu, Kardinal Suharyo menyebutkan bahwa Sabda Tuhan ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaruan diri. Dalam suratnya yang pertama kepada orang-orang Korintus, Rasul Paulus mengingatkan umat manusia bahwa Yesus Kristus telah menang melawan kuasa dosa.
“Atas dasar keyakinan iman itu, kita dinasihati supaya tetap berdiri teguh, tidak goyah dan giat selalu dalam perkerjaan Tuhan, sebab dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payah kita tidak sia-sia (bdk. 1 Kor 15:58). Selanjutnya melalui Injil Lukas (Luk 6:39-45), Tuhan Yesus mengingatkan kita akan pentingnya mawas diri dan tidak mudah melihat kekurangan orang lain. Kita juga dinasehati agar selalu sadar akan kelemahan diri sendiri (ay. 39). Kita diajak untuk pandai-pandai memeriksa diri apakah kita mampu menghasilkan buah yang baik yang bisa dirasakan orang lain (ay. 44). Perbuatan baik dengan sendirinya akan mengalir dari hati yang baik. (ay. 45),” imbuhnya.
Menurut Kardinal Suharyo, nasihat Rasul Paulus tersebut meneguhkan niat umat manusia untuk menjadi penziarah pengharapan selama Tahun Yubileum 2025.
Ia kemudian mengutip pernyataan Paus Fransiskus yang mengatakan bahwa “pengharapan lahir dari kasih dan didasarkan pada kasih yang memancar dari hati Yesus yang tertikam di kayu salib” (Spes Non Confundit, no. 3) dan “semua orang tahu apa artinya berharap; dalam hati setiap orang, harapan bersemayam sebagai keinginan dan kerinduan akan hal-hal baik yang akan datang, meskipun kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan; meski demikian, ketidakpastian mengenai masa depan kadang-kadang dapat menimbulkan perasaan yang saling bertentangan … seringkali kita menjumpai orang-orang yang putus asa, pesimis dan sinis terhadap masa depan, seolah-olah tidak ada yang bisa membawa kebahagiaan bagi mereka … ” (Spes non Confundit, no. 1).
“Situasi batin seperti ini seringkali dialami oleh saudari-saudara kita yang lemah dan miskin. Ini terjadi karena saudari-saudara kita ini terpinggirkan, kekurangan atau bahkan sama sekali tidak mempunyai akses terhadap sumber daya apa pun yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar sebagai manusia yang bermartabat,” ungkap Kardinal Suharyo.
Maka ia mengajak umat Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) untuk berjalan bersama orang yang lemah dan miskin.
“Kita ingin berjalan bersama-sama sebagai penziarah pengharapan. Seperti dinyatakan oleh Paus Fransiskus, harapan bersumber pada iman bahwa Allah yang telah memulai karya yang baik akan menyempurnakannya (bdk. Flp. 1:6; Kej. 1:4.10.12.18.21.25.31; Why. 21:1.10.11). Harapan sejati akan membuahkan kepedulian yang pada gilirannya akan mewujud dalam berbagai gerakan kreatif sebagai tanda bahwa pengharapan tidak sia-sia (bdk. Spes Non Confundit, no. 7-15),” katanya.
Komitmen
Kardinal Suharyo menegaskan bahwa Tahun Yubileum 2025 juga meneguhkan komitmen untuk mewujudkan Arah Dasar (Ardas) KAJ 2025, yakni “Kepedulian Lebih Kepada Saudari-Saudara Kita Yang Lemah dan Miskin.”
“Siapakah saudari-saudara kita yang lemah dan miskin? Mengapa kita perlu mempunyai kepedulian lebih? Orang yang paling miskin dan lemah pada masa Perjanjian Baru adalah orang yang kehilangan segalanya, baik akses kebutuhan ekonomi maupun kehilangan keluarga dan dukungan sosial. Ia biasanya menjadi gelandangan; dianggap sebagai orang asing yang tidak mempunyai akses bantuan dari anggota keluarga maupun komunitas sekitarnya. Ia terpaksa mengemis karena tidak mempunyai sumber daya apapun, terutama ladang dan anggota keluarga yang dapat membantunya,” katanya.
Sementara pada zaman sekarang, imbuhnya, orang miskin dipahami sebagai individu atau kelompok yang kekurangan sumber daya keuangan, dukungan sosial dan kebutuhan penting lainnya untuk memenuhi standar kebutuhan hidup dasar mereka.
APP
Dalam kegiatan Aksi Puasa Pembangunan (APP), Kardinal Suharyo mengajak umat KAJ untuk menyusun rencana dan gerakan dalam bentuk aksi nyata yang lebih transformatif dan berkelanjutan sebagai perwujudan belarasa untuk membantu pemberdayaan orang yang lemah dan miskin.
“Kita berharap mampu menemukan jalan untuk mengatasi akar masalah yang dihadapi: mengapa mereka menjadi lemah dan miskin. Harapannya, aksi kita bersama dapat mengubah hidup saudari-saudara kita ini menjadi lebih baik,” ujarnya.
Harapannya, jiwa Tahun Yubileum 2025 dan Ardas KAJ 2025 sungguh mendorong berbagai upaya aksi nyata APP.
“Aksi belarasa yang berorientasi pada pemberdayaan biasanya lebih dapat membawa dampak perubahan. Upaya-upaya sebagaimana direncanakan oleh Dewan Karya Pastoral seperti Gerakan Ketahanan Pangan, perhatian pada asupan gizi anak melawan tengkes (stunting), mendorong berkembangnya Usaha Kecil, dapat menjadi salah satu cara konkret untuk menguatkan dan memberdayakan saudari-saudara kita itu. Sementara bantuan-bantuan karitatif juga perlu terus diusahakan khususnya bagi saudari-saudara kita yang termasuk kelompok ultra mikro – artinya yang paling miskin di antara yang miskin,” imbuhnya.
Penghargaan
Mengakhiri Surat Gembala Prapaskah 2025 setebal empat halaman tersebut, Kardinal Suharyo menyampaikan penghargaan atas prakarsa-prakarsa baik yang telah dan sedang dilakukan umat KAJ dalam upaya ikut serta menciptakan kesejahteraan bersama. Individu, komunitas, kelompok, dan lembaga-lembaga telah bekerjasama untuk merawat dan mengambangkan upaya-upaya ini.
“Semoga dengan semangat berjalan bersama sebagai penziarah pengharapan kita tidak pernah lelah berusaha menemukan jalan-jalan baru yang dapat dilihat sebagai tanda- tanda pengharapan,” katanya.
Bersama para imam, diakon, dan semua pelayan umat, Kardinal Suharyo menyampaikan terima kasih atas keterlibatan mereka dalam karya perutusan KAJ.
“Kita berharap melalui berbagai aksi belarasa yang kita jalankan, kita terus dapat berkontribusi untuk mewujudkan kesejahteraan bersama, wujud nyata keselamatan bagi saudari-saudara kita yang miskin, lemah dan difabel. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda semua, keluarga dan komunitas Anda,” ungkapnya.
Katharina Reny Lestari