HIDUPKATOLIK.COM – SEORANG pastor (imam) membahas soal seksulitas? Menarik juga. Memang acara seminar yang terselenggara di Aula Paroki Blok B, Jakara Selatan pada pagi hari Sabtu, tanggal 8 Februari 2025 sangat menarik. Seminar dengan pembicara tunggal Pastor Benny Phang, O.Carm bertajuk “Kasih, Tubuh, dan Seksualitas. Perspektif Iman Katolik” menyedot perhatian lebih dari 140 orang yang hadir pada pagi hari itu. Bahkan tampak hadir beberapa pastor seperti Pastor Adi Prasojo (Sekjen Keuskupan) Agung Jakarta, Pastor Carolus Putranto (Ketua Komisi Kateketik Keuskupan Agung Jakarta). Tampak juga Karlina Supelli dan Pastor Heinrich Angga Indraswara, SJ (keduanya dosen di STF Driyarkara, Jakarta). Karlina Supelli yang dikenal sebagai astronom menyampaikan apresiasi kepada Pastor Benny dan melontarkan sebuah pertanyaan pada salah satu sesi tanya jawab.
Seminar ini merupakan kerja sama antara Catholic Fellowship Jakarta (CFJ), komunitas anak-anak muda Katolik berbahasa Inggris, dan Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta. Tak heran, pagi itu sering terdengar komunikasi dalam bahasa Inggris di antara anak-anak muda yang menjalankan berbagai peran sebagai panitia.
Satu jam sebelum acara dimulai di atas panggung tampak Pastor Benny atau Romo Benny, sapaan akrab Wakil Prior Jenderal Ordo Karmel yang sedang visitasi ke Indonesia ini sedang diwawancara kanal HIDUPtv. Ia berjubah coklat tua khas Ordo Karmelit, tampak ramah, murah senyum, sehingga tak heran, setelah selesai wawancara, ke mana pun berjalan, ia langsung diajak ngobrol peserta yang sudah hadir.
Sebagai narasumber pada seminar pagi ini, Pastor Phang memang sangat mumpuni. Sebagai Doktor bidang teologi moral, ia banyak menulis buku terkait moral. Salah satu buku yang baru terbit berjudul “Tubuhku Rindu pada-Mu” dan seminar kali ini memang mengambil inspirasi dari buku ini.
Seminar dimulai pukul 09.30. Pastor Benny tampil di panggung didampingi Susan Santoso sebagai moderator. Seminar dibawakan dengan model tanya jawab antara moderator dan narasumber. Dengan gaya santai Pastor Benny menjelaskan berbagai topik berat menjadi menarik sehingga mudah dimengerti peserta seminar. Peran Susan sebagai moderator, sangat mendukung. Ia tidak hanya bertanya, tapi kadang juga melengkapi. Nampak sekali, Susan yang seorang katekis, sungguh berwawasan luas, paling tidak, untuk acara ini, ia telah membekali diri dengan sangat baik.
Topik yang disampaikan ternyata tidak hanya soal tubuh dan seksualitas, tapi juga hal-hal yang terkiat seperti pornografi, perzinahan, homoseksual, transgender, dan kekerasan seksual. Pastor Benny menyampaikannya secara berurut sesuai dengan urutan pembahasan dalam buku terbarunya. Untuk membantu dan memudahkan peserta memahami topik yang disampaikan, Pastor Benny telah mempersiapkan puluhan “slide” yang ditayangkan pada layar besar di kiri kanan panggung.
Topik pertama terkait biologi, pembahasan mengenai tubuh. Pastor Benny menjelaskan tubuh sebagai orkestra indah. Ada 10 sistem dalam tubuh dan sistem-sistem ini bekerja bersama selayaknya sebuah orkestra yang menghasilkan musik begitu indah di telinga. Namun tubuh tidak sendirian, dalam kehidupan, tubuh didampingi jiwa sebagai satu kesatuan. Embodied soul. Sayangnya tubuh yang harusnya mulia ini sering mengalami degradasi, bahkan komersialisasi. Misal dengan menjual organ tubuh.
Dengan sangat ekspresif Pastor Benny menegaskan betapa indahnya keajaiban fertilisasi dan pubertas. Ada masa dalam tubuh baik lelaki maupun perempuan, mengalami mukjizat perubahan. “Suatu waktu tubuh kita mengalami ting...ting...ting…ting dan kamu menjadi really man dan really woman,” Katanya dengan nada sedikit humor. “Dari situ kita bisa belajar bahwa sex is naturally binary,” lanjutnya.
Masih dalam sudut pandang biologi, Pastor Benny mengutip pendapat Leon Kass. Yang menyatakan bahwa sebagai makhluk seksual, tidak satu pun manusia itu utuh. Manusia membutuhkan dan bergantung kepada yang lain untuk melengkapi. Sedangkan ahli biologi lain, Francis Collins menyatakan tubuh adalah BioLogos. Sabda kehidupan. “Allah selalu bersabda melalui tubuh kita and that is creation”, ujar Pastor Benny.
Selanjutnya Pastor Benny menjelaskan tubuh dari pendekatan moralitas Katolik. Gereja tidak anti tubuh, termasuk seks. Karena seksualitas itu baik, indah, dan suci. Diciptakan, dikehendaki, dan diberkati oleh Allah. Semua sakramen Gereja pun berkaitan dengan tubuh, terutama sakramen perkawinan. Dari Kitab Kejadian, dikatakan Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya (Kej. 1:27). Lalu ada kondisi Iustitia Originalis yang merupakan suatu keadaaan berahmat, sehat atau utuh, di mana jiwa rohani tunduk kepada Tuhan dan tubuh manusia tunduk kepada jiwa, arena kehadiran rahmat Tuhan. Kondisi harmoni sejati antara manusia dan Tuhan, di dalam diri manusia itu sendiri, dan antar sesama manusia.
Tuhan menciptakan lelaki dan perempuan, artinya ada perbedaan seks. Tuhan menghendaki lelaki dan perempuan setara walaupun berbeda. Perempuan diciptakan Tuhan sebagai penyelamat. Lelaki dan perempuan bersatu berdasarkan moralitas kebahagiaan, bukan kewajiban. Sehingga bagi Gereja Katolik, perkawinan mengandung beberapa unsur, pertama perkawinan berarti suatu perjanjian, bukan kontrak yang ada batas waktu. Hanya antara laki-laki dan perempuan. Merupakan persekutuan seluruh hidup. Untuk tujuan kesejahteraan suami-istri, kelahiran dan pendidikan anak. Dan sakramen.
Gereja menegaskan bahwa hubungan seks hanya untuk perkawinan dan prokreasi. Seseorang jatuh dalam dosa saat seksualitas diceraikan dari pemberian diri dan persekutuan antarpribadi yang sejati. Seks dilakukan melulu untuk mendapat kenikmatan.
Dari sinilah muncul berbagai problem. Untuk tujuan memperoleh kenikmatan seks, orang masuk dunia pornografi, melakukan perzinahan, hubungan seks dengan sesama jenis, kekerasan seksual, dan lain sebagainya. Semua ini bersifat adiktif dan merusak otak manusia. Pastor Benny dengan tegas meminta kita menolak segala godaan sejak awal, jangan pernah mencoba negosiasi, karena kita pasti kalah.
Termasuk problem namun bagi Gereja bukan dosa, bahkan harus diterima adalah mereka yang memiliki kecenderungan seksual berbeda. Selama ia tetap bertahan dengan jenis kelaminnya sesuai saat ia lahir, maka ia tidak berdosa. Yang problem adalah ideologi gender. Di mana, seseorang memutuskan sendiri gendernya dan bahkan memutuskan mengubah tubuhnya. Ini harus ditolak.
Menjelang akhir seminar, Pastor Benny memberi beberapa saran untuk melindungi anak-anak kita. Memberi pendidikan seks yang strategis antara sekolah dan rumah. Seks bukan hal tabu, berikan penjelasan yang tepat dan benar kepada anak-anak. Jangan biarkan anak-anak terpapar media sosial, jauhkan smartphones, dan latih privasi anak. Jangan lupa ajarkan nilai-nilai Kristiani. Ajarkan soal keindahan tubuh dan perbedaan seks. Lalu senantiasa persembahkan anak pada Allah.
Fidensius Gunawan (Kontributor, Tangerang Selatan)
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 07, Tahun Ke-79, Minggu, 16 Februari 2025