web page hit counter
Rabu, 26 Maret 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Difasilitasi PGU, Seminaris Seminari Menengah St. Paulus Palembang Berlatih Bernyanyi dengan Baik

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – “Qui bene cantat bis orat (Yang bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali)” merupakan sebuah adagium klasik dan populer yang pernah diucapkan oleh seorang Uskup dan Pujangga Gereja, bernama St. Agustinus.

Nyanyian merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah perayaan liturgi. Berangkat dari keyakinan itu maka 94 seminaris di Seminari Menengah St. Paulus Palembang, Sumatera Selatan pun secara khusus mengikuti pelatihan bertajuk “Pelatihan Vokal Musik Liturgi pada Minggu-Senin (16-17/2/2025) lalu.

Jay Wijayanto memimpin home concert di Kapel St. Paulus. (HIDUP/Jatra Kelana)

Hadir sebagai pendamping dalam kegiatan yang terselenggara dalam kerja sama antara Paguyuban Gembala Utama (PGU) Nasional, Komisi Seminari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), dan Seminari Menengah St. Paulus Palembang adalah Jay Wijayanto dan Felix Sitorus, keduanya adalah bagian dari PGU, yaitu paguyuban alumni lintas seminari se- Indonesia. Ketua PGU Nasional, Thomas Fatma, juga turut hadir pada awal rangkaian pelatihan ini.

Musik Liturgi

Dalam Gereja Katolik, Musik Liturgi merupakan bagian penting dan utuh dari sebuah perayaan liturgi yang memiliki peran atau tugas penting, yaitu melayani liturgi, melayani ibadah kepada Tuhan. Ada tiga dimensi dari Musik Liturgi, yaitu Dimensi Liturgis (peribadatan), Dimensi Eklesiologis (pewartaan iman umat), dan Dimensi Kristologis (pengakuan akan Kristus sebagai Juru Selamat).

Jay Wijayanto (baju putih) dan Felix Sitorus saat memberi materi Vokal Musik Liturgi. (HIDUP/Jatra Kelana)

Dalam perayaan liturgi umat memuji Allah dan pada saat yang sama Allah hadir untuk menguduskan umatNya. Kehadiran dan karya Allah itu harus ditanggapi dengan penuh hormat dan syukur, salah satunya dengan menggunakan musik dan nyanyian yang sesuai dengan kaidah musik liturgi. Dengan demikian harapannya sebuah perayaan liturgi tidak terasa “garing” tapi terasa sakral menggetarkan sanubari, menghadirkan pengalaman magnum mysterium (misteri keagungan iman) yang menghantar umat semakin menghayati iman dan kehadiran Tuhan dalam hidupnya.

Seminari Menengah St. Paulus Palembang adalah seminari kedua setelah Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar Sumatera Utara yang mendapat kesempatan pelatihan serupa. Pelatihan ini berawal dari keprihatinan Jay Wijayanto seorang pelatih vokal dan konduktor paduan suara akan perayaan liturgi yang terasa “garing”.

Baca Juga:  Bagaimana Melihat Ruang Publik dari Perspektif Etis
Felix Sitorus saat berbagi pengalaman. (HIDUP/Jatra Kelana)

Menurutnya hal itu terjadi antara lain karena sound system gereja yang kurang memadai, kurang diperhatikan, juga karena kor atau paduan suara yang bertugas tidak menyanyikan lagu-lagu dengan teknik vokal yang baik dan benar sesuai kaidah Musik Liturgi.

Ketentuan tentang Musik Liturgi secara khusus tertuang dalam Dokumen Konsili Vatikan II, yaitu Konsitusi tentang Liturgi Sacrosanctum Concilium No. 112-121 dan dipertegas dengan Dokumen Musicam Sacram, Instruksi Konsili Vatikan II tentang Musik dalam Liturgi.

Jay Wijayanto saat memberi pelatihan paduan suara. (HIDUP/Jatra Kelana)

“Berawal dari keprihatinan itu, kami kemudian berpikir untuk memperbaiki teknik vokal kelompok paduan suara dan pemazmur di gereja-gereja yang terjangkau. Namun hal tersebut tampaknya tidak cukup, perlu upaya dan aksi yang lebih mendasar untuk kembali ke garis patokan Vatikan”, tutur Felix Sitorus.

Lebih lanjut alumni Christus Sacerdos ini pun menyampaikan bahwa setelah melalui aneka diskusi akhirnya muncul gagasan untuk memperbaiki situasi tersebut mulai dari seminari, rumah pembinaan bagi para calon imam. “Seminari dapat menjadi center of excellence praksis musik liturgi Gereja Katolik. Melalui program pelatihan ini, diharapkan para seminaris dapat menjadi agen diseminasi praktek liturgi yang baik dan benar di lingkungan Gereja Katolik. Kami bersyukur bahwa program ini didukung oleh PGU dan Komisi Seminari KWI”, ungkapnya.

Sosiolog ini mengajak para seminaris untuk menyadari bahwa berlatih dan bernyanyi dengan baik itu juga menjadi bagian dalam penghayatan proses pembinaan di seminari. “Ada 4 pilar pembinaan di seminari ini, yaitu Sanctitas, Sanitas, Scientia, dan Sosialitas. Ketika kita berlatih dan bernyanyi dengan baik, maka serentak kita juga belajar memaknai, menghayati dan mempraktekkan keempat pilar itu”, tegasnya.

Membangun Habitus

“Suara itu bisa dibangun, dengan mengoptimalkan kapasitas tenggorokan tempat kotak dan pita suara berada untuk menghasilkan suara. Suara itu dihasilkan ditenggorokan bukan di bibir”, tegas Jay Wijayanto.

Alumni Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan ini mengajak seminaris untuk berlatih bersama dalam metode Master Class. Dalam waktu yang relatif singkat ia mengajarkan teknik vokal tingkat dasar, seperti konsep suara ideal, penempatan jenis suara, sikap dasar dalam bernyanyi, appogio, dan passagio. Jay memberi kesempatan kepada seminaris satu persatu untuk berlatih memperbaiki teknik vokal dan teknik pernapasan. Selanjutnya ia pun menyajikan pelatihan lanjut tentang konsistensi artikulasi yang dipungkasi dengan latihan penguasaan satu set lagu yang dinyanyikan secara acapella tanpa iringan organ.

Baca Juga:  Pendirian Provinsi Baru Ordo Karmel di Negara Indonesia

“Jika kita ingin bernyanyi dengan teknik vokal yang baik dan benar maka kita harus menyadari, semua berawal dari habitus (kebiasaan). Di sini kita bisa belajar disiplin, bertanggungjawab, menghargai orang lain, fokus mendengarkan dan memperhatikan, dan terbuka untuk diperbaiki dan memperbaiki diri. Maka habitus yang baik menjadi dasar untuk berkembang”, ungkap Jay.

Pelatih paduan suara yang memiliki perhatian pada dunia pertanian organik ini juga menyampaikan bahwa dalam pelatihan ini ia menemukan potensi besar dalam diri seminaris yang bisa digarap dan dikembangkan lebih lanjut. Dalam proses pelatihan selain memberi masukan tentang materi musik liturgi, Jay juga mencoba memperbaiki mulai dari hal-hal kecil, seperti kedisiplinan, cara berdiri dan duduk, cara mengelola pernafasan, juga membangun kesadaran untuk fokus mengikuti arahan atau instruksi.

Selain itu ia juga mengoreksi tentang kerileksan otot-otot leher, wajah, dan perut (diafragma). Jay mengajarkan agar ketika bernyanyi jangan sampai urat leher tegang, wajah berkerut dan tegang, perut mengeras, dan pita suara terjepit karena ngotot alias memaksa diri. “Butuh energi luar biasa, tapi bersyukur semua bisa mendapat kesempatan untuk didampingi, dikoreksi dan diperbaiki satu persatu agar bisa mengenali dirinya dan akhirnya bisa belajar untuk menjadi lebih baik”, imbuhnya.

Bersyukur

Rangkaian kegiatan pelatihan ini dipungkasi dengan pagelaran home concert yang diselenggarakan di Kapel St. Paulus pada Senin (17/2/2025) malam. Di hadapan anggota komunitas seminari, guru, dan karyawan, Jay memimpin para seminaris menyanyikan 5 lagu, yaitu Ordinarium Gregorian karya J.A Korman, Tuhan Kau Satukan Kami serta Dikau Tuhan dan Kawanku dari Madah Bakti.

Rektor Seminari St. Paulus, Pastor Titus Waris Widodo SCJ menyampaikan ungkapan terima kasih kepada PGU Nasional dan Komisi Seminari KWI karena telah memilih seminari ini untuk menjadi tuan rumah pelatihan yang menghadirkan Jay Wijayanto dan Felix Sitorus. “Kita berterima kasih kepada PGU Nasional dan Komisi Seminari KWI yang mendukung pelatihan diselenggarakan di seminari ini dan kita berterima kasih kepada Mas Jay dan Bang Felix yang sudah hadir mendampingi para seminaris dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang latihan vokal musik liturgi”, ungkapnya.

Baca Juga:  Rekoleksi Pengurus Kelompok Kategorial Se-Paroki Santa Maria Palu

Lebih lanjut imam dehonian ini juga menyampaikan harapannya. “Meski dengan waktu pelatihan yang relatif singkat, lagu-lagu yang sudah biasa didengar pun ketika dinyanyikan dengan teknik yang baik dan benar menjadi terasa berbeda dan indah. Semoga bersama pendamping di sini, para seminaris dapat terus berlatih untuk menyanyikan lagu dengan teknik yang baik dan benar, sehingga perayaan liturgi pun semakin agung dan indah”, harapnya.

Hal senada disampaikan oleh seminaris bernama Ramanda Putra. “Kami bersyukur boleh memiliki kesempatan istimewa untuk berlatih tentang musik liturgi dengan teknik vokal yang baik dan benar dari Pak Jay dan Pak Felix. Sebelum mengikuti pelatihan ini saya merasa selesai bernyanyi seringkali lelah dan tegang, tapi setelah dilatih dengan teknik yang benar setelah bernyanyi saya merasa plong”, ungkapnya

 Semoga ilmu yang sudah kami peroleh dari pelatihan ini dapat terus kami kembangkan melalui latihan-latihan yang lebih serius agar kami dapat semakin mampu bernyanyi dengan baik dan benar”, imbuhnya.

Dengan bergulirnya program pelatihan ini yang akan berlanjut ke seminari-seminari lainnya di Indonesia, kiranya harapan untuk mewujudkan seminari sebagai center of excellence praksis musik liturgi Gereja Katolik adalah sebuah harapan dan cita-cita yang perlu diupayakan dengan semangat berjalan bersama dalam kolaborasi. Dalam bingkai ziarah pengharapan pada Tahun Yubelium 2025 yang dilandasi semangat spes non confundit, harapan dan cita-cita tersebut merupakan sebuah peziarahan yang layak dijalani, karena harapan tak mengecewakan.

Pastor Titus Jatra Kelana (Kontributor, Palembang)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles