HIDUPKATOLIK.COM – INSPIRE NextGen Conference 2025 yang digelar selama empat hari di Jakarta dari tanggal 24-27 Januari 2025 kian menegaskan bahwa diperlukan pendekatan atau bahasa eklesiologisnya, pastoral baru terhadap orang muda Katolik (OMK). Orang muda – entah disebut dari generasi apapun, usia 13-35 tahun – kini memerlukan sebuah strategi atau “kemasan” baru bagamana merangkul mereka agar mereka semakin merasakan kasih Kristus kepada mereka malalui Gereja.
Kompleksitas tantangan dan problematika zaman ini berdampak langsung kepada orang muda, anak-anak dan orang tua. Derasnya perkembangan teknologi, utamanya teknologi digital – kian berdampak luas bagi kehidupan kita termasuk, kehidupan menggereja (Ini sudah diingatkan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam satu perayaan Hari Komsos Sedunia).
Dapat disimpulkan juga bahwa rata-rata orang muda saat ini melek teknologi digital. Eranya mereka, era digital tanpa harus menjadi digitalsentris kendati godaan ke arah itu menguat. Orang muda lahir dan ada dalam pusaran perkembangan sekaligus perubahan ini. Daya kreatif dan kritis mereka berjalan beriringan. Jejaring orang muda saat ini tanpa batas (melampaui teritorial). Oleh karena itu, karakter orang muda di sini dan kini (hic et nunc), diwarnai dengan karakter yang dipengaruhi arus globalisasi.
Maka, Inpire NextGen Conference 2025 yang digagas oleh kemunitas Domus Cordis ini semakin membukakan mata kita – sebut saja para orang tua – akan perlunya, sekali lagi, strategi baru bagaimana menemani orang muda agar tetap “setia” pada ajaran Gereja. Dengan kata lain, menjadikan mereka menjadi murid-murid-Nya.
Perlu disadari, bahwa sumber pengetahuan tentang Gereja tak lagi menjadi milik para katekis, tenaga pastoral, para imam, biarawan-biarawati. Orang muda saat ini tinggal klik sumber-sumber resmi — dan tidak resmi pun — dalam hitungan detik, mereka telah mendapatkan begitu banyak sumber pengetahuan yang ditampilkan dalam pelbagai platform digital. Orang muda dapat dengan mudah mencari argumen-argumen yang mereka perlukan. Mereka pun tak sepenuhnya menelan mentah-mentah. Bisa dibadingkan dengan hasil survei yang dilakukan Komisi Kepemudaan Tahun 2023 lalu.
Gereja dibawah kepemimpinan penggembalaan Paus Fransiskus dengan sinodenya yang telah dan kini tengah berjalan, menjadi momen yang sangat tepat untuk mengajak orang muda dalam perjalanan atau penziarahan pengharapan bersama ini.
Perlu mencari secara terus-menerus di setiap level: lingkungan/stasi/paroki/keuskupan/regio/kelompok-kelompok kategorial yang dimintai orang muda — “jalan-jalan” baru sebagai cara bersinode bersama orang muda. Jalan bersama – merasakan kerahiman Allah — yang menempatkan orang muda sebagai teman seperjalanan. Mereka diberi tempat di sisi kiri, kanan, atau tengah dalam penziarahan bersama ini. Mereka diberi peran sentral, bukan penjaga parkir sekadar pengisi acara hiburan saja.
Ketika bangsa ini berbicara mengenai Indonesia Emas 2045, maka saatnya juga Gereja memperhatikan orang-orang mudanya yang tersebar di kampus-kampus, sekolah, dan lain-lain. Apakah orang muda Gereja akan mampu berkompetisi dalam “perlombaan” ini? Bagaimana Gereja – kita – mempersiapkan mereka memasuki era itu?
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 06, Tahun Ke-79, Minggu, 9 Februari 2025