web page hit counter
Senin, 17 Maret 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Paus Sesak Napas; Meski Sakit, Tidak Ada Istirahat

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Dari kediamannya di wisma tamu Vatikan, Santa Marta, ke aula audiensi hanya berjarak beberapa meter—jauh lebih dekat dibandingkan dengan Istana Apostolik, tempat ruang kerjanya. Karena itu, Paus Fransiskus tetap menghadiri Audiensi Umum pada hari Rabu secara langsung.

Sejak Jumat (7/2) lalu, semua kegiatannya berlangsung di tempat tinggalnya yang terletak di sebelah kiri Basilika Santo Petrus. Namun, Paus Fransiskus masih sangat kesulitan berbicara. Sekali lagi, ia menyerahkan pembacaan pidatonya kepada seorang staf. Di awal acara, ia menyampaikan harapan agar bisa kembali membaca pidatonya sendiri pada audiensi berikutnya. Meski begitu, ia tetap menyampaikan salam langsung kepada para peziarah berbahasa Spanyol dan Italia.

Paus Fransiskus sedang sakit. Selama berminggu-minggu, ia berjuang melawan bronkitis yang membandel—sebuah infeksi yang semakin menyulitkannya mengingat operasi paru-paru yang pernah dijalaninya. Berbicara dan bernapas terasa begitu berat baginya sehingga sebagian besar pidatonya harus dibacakan oleh seorang staf. Saat berbicara sendiri, tampak jelas betapa berat usahanya. Wajahnya sering terlihat bengkak, kemungkinan akibat pengobatan dan suaranya terdengar terdistorsi.

Baca Juga:  Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM: Mencari Kebahagiaan Hidup

Tanpa Istirahat

Meski demikian, Paus Fransiskus yang telah berusia 88 tahun tidak memberikan tubuhnya waktu untuk pulih. Untuk sedikit mengurangi bebannya, ia menerima tamu di Santa Marta—hanya pada hari Senin lalu saja, ia telah menghadiri enam pertemuan. Pendekatan serupa pernah membawanya ke Rumah Sakit Gemelli di Roma pada Maret 2023 akibat pneumonia. Di musim dingin berikutnya, ia harus membatalkan perjalanan karena infeksi saluran pernapasan lainnya. Gejala yang dialaminya berlanjut hingga musim semi, dan kini situasi itu terulang kembali.

Selain infeksi saluran pernapasan yang terus-menerus, Paus Fransiskus juga mengalami keterbatasan mobilitas dalam beberapa tahun terakhir. Lutut dan pinggulnya tidak lagi mendukung, sehingga sebagian besar penampilannya dilakukan dengan kursi roda. Kadang-kadang, ia berjalan beberapa meter dengan tongkat, tetapi kemudian butuh waktu beberapa menit untuk kembali mengatur napas. Dalam beberapa minggu terakhir, dua kali ia mengalami insiden akibat keterbatasan geraknya. Pada awal Desember, ia jatuh dan membenturkan dagunya ke meja samping tempat tidurnya, menyebabkan memar. Kemudian, pada pertengahan Januari, ia kembali terjatuh di kediamannya, menyebabkan cedera pada lengan kanan yang harus ditopang dengan gendongan. Semua ini terjadi di tengah periode yang sangat sibuk dalam masa kepausannya.

Baca Juga:  Pengurus PUKAT Keuskupan Purwokerto 2025-2028 Dilantik: Melatih diri dalam Pelayanan

Tahun Suci—peristiwa ziarah terbesar dalam Gereja Katolik—semakin memperpadat jadwal Paus dengan lebih banyak acara publik. Selain audiensi umum mingguan, ada audiensi khusus bagi para peziarah setiap dua minggu sekali. Belum lagi berbagai perayaan khusus untuk kelompok masyarakat dan profesi tertentu.

Paus yang Melemah dan “Kemungkinan Terburuk”

Dalam acara pertama untuk para komunikator Katolik, Paus tidak membaca pidato sembilan halamannya dan meminta maaf dengan alasan sakit perut. Pada perayaan bagi personel militer dan keamanan, ia bahkan harus menghentikan homilinya dan menyerahkannya kepada seorang staf. Akhir pekan ini, acara Tahun Suci untuk para seniman dan pekerja budaya akan berlangsung—dengan dua agenda kepausan yang dijadwalkan. Seiring berjalannya tahun, jumlah perayaan khusus seperti ini akan semakin padat.

Baca Juga:  Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM: Mencari Kebahagiaan Hidup

Namun, apa yang akan terjadi jika Paus tidak lagi mampu bekerja karena kondisi kesehatannya atau bahkan mengalami “kemungkinan terburuk”—meninggal dunia? Dalam sejarah Gereja, ada preseden untuk situasi ini. Paus Innosensius XII meninggal pada September 1700, di tengah perayaan Tahun Suci yang ia umumkan. Penggantinya, Paus Klemens XI, yang terpilih pada November tahun itu, kemudian menyelesaikan perayaan Tahun Suci tersebut.

Fransiskus sendiri tidak memikirkan pengunduran diri secara sukarela. Namun, dalam kasus keterbatasan fisik yang parah, ia telah meninggalkan surat pengunduran diri di Sekretariat Negara Vatikan. Mengenai kematiannya sendiri, ia mengungkapkan pandangan yang cukup pragmatis dalam otobiografinya yang baru-baru ini diterbitkan, Hoffe (Harapan). Ia menulis bahwa dirinya telah berdoa kepada Tuhan dengan permohonan: “Terjadilah kapan pun Engkau kehendaki. Tapi Engkau tahu bahwa aku cukup sensitif terhadap rasa sakit fisik… Jadi, tolong buatlah agar tidak terlalu menyakitkan.” 

Bene Xavier dari Wina, Austria

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles