HIDUPKATOLIK.COM – Peserta didik kelas IX SMP Tarakanita 3 mengikuti retret di Eco Spirit Center (ESC) Puspanita, Ciawi, Bogor pada tanggal 22-24 Januari 2025. Tema retret “Dipanggil Menjadi Air Hidup dalam Perjalanan Sinodal” dan subtema “Pengalaman Kasih Tuhan sebagai Sumber Air Hidup Membuahkan Transformasi Diri, Keluarga, Sesama, dan Alam Ciptaan”.
Retret ini menjadi momen refleksi, kebersamaan, dan pertumbuhan spiritual kelas IX di tengah kesejukan alam.
Menyadari Kasih Tuhan
Di hari pertama, peserta tiba di Eco Spirit Center di pagi hari dengan sambutan hangat oleh tim pendamping dan diberi pengarahan singkat mengenai aturan, jadwal, dan pembagian kamar. Peserta berkumpul di aula untuk pembukaan resmi dan selanjutnya peserta didik dibagi ke kelompok-kelompok. Setiap kelompok diberi nama berdasarkan nilai-nilai Tarakanita: Compassion (bela rasa), Celebration (rasa syukur), Conviction (daya juang), Creativity (kreativitas), Community (komunitas), serta nilai tambahan seperti kedisiplinan, kejujuran, dan KPKC (Keadilan, Perdamaian Keutuhan Ciptaan).
Sesi 1 yang dijalani adalah “Kasih yang Tak Pernah Gagal.” Sesi ini menjadi pengantar yang sangat penting untuk menanamkan kesadaran akan kasih Tuhan yang tak pernah habis. Melalui renungan, cerita inspiratif, dan diskusi, peserta didik diajak merenungkan berbagai wujud kasih yang telah mereka alami baik dari Tuhan, keluarga, maupun teman. Peserta didik diminta untuk mengenang momen-momen yang membuat mereka merasakan kehadiran kasih Tuhan dalam hidup mereka. Pada malam harinya, kegiatan ditutup dengan doa malam di kapel. Doa malam dengan suasana tenang dan khidmat, doa ini menjadi refleksi pertama yang mendalam bagi peserta didik.
Refleksi dan Kebersamaan
Hari kedua dimulai dengan meditasi pagi di alam. Di tengah suasana tenang di sekitar kolam ikan dan pepohonan, para siswa diminta untuk merasakan kehadiran Tuhan melalui suara alam, seperti gemericik air dan kicauan burung. Kegiatan ini bertujuan untuk membuka hati mereka terhadap ciptaan Tuhan dan mensyukuri karunia yang diberikan. Sesi 2 yang dijalani adalah “Keluarga, Sumber Mata Airku.”
Setelah sarapan, sesi kedua membahas peran penting keluarga sebagai tempat pertama untuk merasakan kasih. Peserta didik diajak merenungkan bagaimana mereka dipenuhi oleh kasih, perhatian, dan pengorbanan orang tua. Pembukaan diawali dengan diputarnya film I’m Not Stupid untuk memantik emosi dan kesadaran peserta didik. Cuplikan dalam film memperlihatkan dinamika keluarga dan pentingnya saling menghargai. Sebagai puncaknya refleksi, peserta didik diminta menulis surat kepada orang tua masing-masing. Peserta didik banyak yang menangis saat menulis, mencurahkan perasaan terdalam yang mungkin jarang mereka ungkapkan.

Sesi ketiga yang dijalani adalah “Outbond – Membangun Kerja Sama dan Kebersamaan.” Sesi ini menjadi momen yang menyenangkan dan penuh energi. Permainan kelompok diadakan seperti “123 Boom” dan tantangan fisik, kondisi yang melatih peserta didik untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan saling percaya. Suasana penuh tawa dan semangat membuat mereka lebih akrab satu sama lain. Hukuman ringan seperti coretan bedak untuk yang kalah menambah keseruan sesi ini.
Sesi keempat adalah “Bumi, Rumah Kita Bersama.” Setelah makan siang dan istirahat, siswa diajak untuk memikirkan kembali peran mereka sebagai penjaga bumi.
Pada sesi ini, peserta didik diajak merenungkan kebiasaan-kebiasaan yang merusak lingkungan, seperti penggunaan plastik sekali pakai dan membuang sampah sembarangan. Peserta didik menuliskan komitmen pribadi untuk menjaga alam sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas bumi yang diberikan sebagai rumah bersama.
Pada malam hari, kegiatan dilanjutkan dengan ibadat rekonsiliasi. Ibadat bertemakan sesi “Pendosa yang Beruntung”, peserta didik merenungkan dosa-dosa yang telah mereka lakukan, terutama terhadap keluarga, sesama, dan lingkungan. Kisah “Anak yang Hilang” menjadi inspirasi bagi peseta didik untuk menyadari bahwa Tuhan selalu menerima mereka kembali dengan kasih. Suasana haru menyelimuti ibadat ini, banyak peserta didik yang menangis dan merasa lega setelah merenungkan kesalahan mereka.
Komitmen dan Transformasi
Hari terakhir dimulai dengan olahraga pagi yang dipandu oleh beberapa peserta didik. Setelah itu, mereka bersiap untuk mengikuti sesi kelima. Sesi ini bertemakan “Melangkah dengan Komitmen Baru”.
Pada sesi terakhir ini, peserta didik diajak untuk menuliskan komitmen-komitmen baru yang ingin mereka jalani setelah retret. Komitmen ini mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti menjadi lebih disiplin, lebih menghormati orang tua, membantu sesama, dan menjaga kebersihan lingkungan. Peserta didik saling membagikan komitmen tersebut untuk saling mendukung dalam menjalankannya di masa mendatang.
Sebagai penutup, Misa bersama dipimpin oleh Pastor Anton Rosari, SVD – imam dari Keuskupan Bogor. Dalam homilinya, Pastor Anton mengingatkan siswa untuk terus membawa semangat retret ini dalam kehidupan sehari-hari. Misa ini menjadi puncak dari pengalaman spiritual mereka selama tiga hari. Setelah Misa, peserta berkumpul untuk sesi foto bersama dan makan siang sebelum akhirnya kembali ke Jakarta.
Retret ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi peserta. Melalui lima sesi yang dirancang dengan baik dari merenungkan kasih Tuhan hingga komitmen untuk menjaga bumi, peserta diajak untuk melihat kembali makna hidup, memperbaiki hubungan dengan keluarga, peduli pada sesama, dan lebih menghargai lingkungan sekitar. Nilai-nilai Tarakanita tidak hanya disampaikan secara teori, tetapi benar-benar diwujudkan dalam setiap aktivitas.
Selama retret, kedisiplinan, kejujuran, dan tanggung jawab juga terus diasah untuk membentuk karakter siswa. Dengan bimbingan penuh kasih dari guru-guru dan tim pendamping, retret ini memberikan pengalaman bermakna yang akan terus menginspirasi langkah peserta di masa depan. Keheningan yang reflektif, kebersamaan yang erat, dan kasih Tuhan yang selalu ada, harapannya peserta dapat menyadari bahwa perubahan diri dan pertumbuhan adalah hal yang mungkin demi memperbaiki diri hari demi hari.
Laporan Vanessa Angel Christiani