web page hit counter
Rabu, 16 April 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Mgr. Didik: “Saya Merasa Disiapkan”

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Keuskupan Surabaya resmi memiliki uskup baru setelah Uskup Terpilih, Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo, ditahbiskan dalam Misa Tahbisan Uskup yang digelar pada Rabu (22/1/2025) pagi di Widya Mandala Hall, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Jawa Timur. 

Penahbis utama adalah Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo. Ia didampingi oleh Uskup Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi, dan Uskup Malang, Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan, O.Carm.

Sebanyak 37 uskup dan dua uskup emeritus serta ratusan imam dan biarawati yang berkarya di wilayah Keuskupan Surabaya menghadiri perayaan yang berlangsung selama lebih dari tiga jam tersebut. Juga, ribuan umat Katolik dari berbagai paroki dan keuskupan sekitar.

Mgr. Piero Pioppo (tengah), Mgr. Pius Riana Prapdi (kiri), dan Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan, O.Carm (kanan) memimpin Misa Tahbisan. (Dok. Panitia/Komsos Keuskupan Surabaya)

Dalam sambutan menjelang penutup Misa, Mgr. Didik, sapaan akrabnya, menyebut Mgr. Pius sebagai wakil dari Santo Yohanes Pembaptis.

“Sesudah lima tahun menjadi imam muda yang terlalu terlena dengan fasilitas, kesombongan rohani, dan kesombongan ego, akhirnya Tuhan memperkenankan saya untuk dibaptis ulang dengan air di Sungai Kayung di Kalimantan. Dan selama lima tahun saya dibaharui kembali untuk semakin mencintai imamat dan umat. Dan terutama selama lima tahun saya sungguh mendapatkan ilmu yang saya berani mengatakan tingkatnya doktoral, yaitu ilmu senyum semesta,” ujarnya. 

Baca Juga:  Pallium untuk Uskup Agung Hironimus Pakaenoni

Menurutnya, selama berada di sana ia diajari untuk selalu tersenyum.

“Bahkan dengan pohon atau ular yang lewat. Bahkan ketika saya dilatih oleh Tuhan – saya tersesat semalaman di tengah hutan, di sanalah saya harus tersenyum dengan ketakutan. Ketakutan pun layak untuk disenyumi, yang akhirnya sampai kepada Tuhan yang tersenyum kepada saya. Ternyata Dia lebih dahulu tersenyum,” imbuhnya.

Mgr. Didik juga merasa bahwa ia telah dipersiapkan oleh pendahulunya, Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, sebelum ia ditahbiskan sebagai uskup. Ia melihat ada skenario indah. 

“Saya bayangkan di balik skenario ini semua adalah Mgr. Sutikno. Saya merasa dipersiapkan. Ketika saya masuk seminari sebenarnya bukan karena kehendak pribadi. Kalau seandainya yang mewawancarai calon seminaris bukan Romo Sutikno, mungkin saya tidak diterima,” kenangnya.

Baca Juga:  Uskup Amboina, Mgr. Seno Ngutra: Imam Harus Merayakan Ekaristi dengan Sempurna

Ia kemudian menceritakan bahwa ia masuk seminari karena ia diajak oleh seorang teman. 

“Teman yang sama-sama tersesat ketika naik gunung. Kebetulan dia yang mengajak saya untuk membayar hutang hidup, yaitu menjadi imam. Padahal saya tidak pernah menginjakkan kaki di gereja selama tiga tahun. Dia yang mendorong saya untuk masuk seminari. Tetapi ketika tes masuk seminari, saya cari teman saya tidak ada. Dia membatalkan masuk seminari karena keluarganya meminta dia untuk menjadi guru. Teman saya itu adalah Antonius Kasmanto, almarhum yang pernah jadi Kepala Sekolah SMK St. Louis (Surabaya),” ungkapnya. 

Mgr. Didik juga mengenang ketika Mgr. Sutikno pulang dari Manila, Filipina, dan membawa oleh-oleh berupa kamus teologi. 

“Banyak peristiwa di mana Mgr. Sutikno memang mempersiapkan saya. Sejak beliau jadi uskup, saya yang diminta membuat lambangnya. Dan saya buat sesudah beliau cerita panjang lebar tentang visi pastoralnya. Lalu saya coba menggambar dan desainernya adalah keponakannya,” ujarnya.

Baca Juga:  Gereja di Ujung Jari “Uskup Online”

Bahkan sejak ia ditahbiskan sebagai imam, Mgr. Didik dilibatkan menjadi tim perumus Arah Dasar Keuskupan Surabaya sejak tahun 2009.

“Saya pikir sejak itulah saya terus dipercaya. Pada suatu titik, saya ditemui dan diminta: ‘Dik, kamu jadi Vikjen.’ … Saya tidak punya pengalaman apa-apa. Akhirnya yang pertama saya menolak dengan sukses. Tapi tahun depannya lain lagi ceritanya. ‘Dik, ini bukan tawaran, dan kamu hanya bisa taat.’ Ya terserah saya bilang, kalau percaya. Tapi beresiko kalau memilih saya jadi Vikjen karena, pertama, nama saya sudah pernah buruk, nomor dua, saya ini pelupa, nomor tiga, saya ini sulit untuk diatur. Jadi gimana nanti? Tapi saya pikir itulah cara kemurahan hati Tuhan kepada saya dalam panggilan hidup saya,” tuturnya.

Katharina Reny Lestari dari Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles