web page hit counter
Minggu, 5 Januari 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Keuskupan Baru di Ujung Barat Flores: Hadir untuk Melayani Umat dengan Lebih Dekat dan Penuh Kasih

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – DI tengah hamparan perbukitan hijau dan pantai eksotis Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, sebuah babak baru dimulai. Tahun 2024 menjadi momen bersejarah ketika Keuskupan Labuan Bajo resmi berdiri, terpisah dari Keuskupan Ruteng. Kehadiran keuskupan ini menandai awal pelayanan yang lebih dekat dan intensif bagi umat Katolik di wilayah Manggarai Barat.

Bermula dari Ruteng

Terbentuknya Keuskupan Labuan Bajo tidak lepas dari keuskupan induknya, Keuskupan Ruteng yang kini digembalakan oleh Mgr. Siprianus Hormat. Keuskupan ini bermula dari kedatangan para imam Serikat Jesus (SJ) tahun 1910-1911, yaitu Pastor Hendrikus Looijmans, SJ. Ia membaptis pertama kali di Tanah Manggarai, tepatnya umat Allah di Reo tanggal 17 Mei 1912.

Lima orang yang terpanggil mengikuti kehendak Tuhan memberi diri dibaptis. Mereka adalah Katarina Arbero, Henricus, Agnes Mina, Caecilia Weloe, dan Helena Loeoe. Dengan pembaptisan kelima orang tersebut menjadi peletak dasar berdirinya Gereja Katolik di wilayah Manggarai.

Penahbis Utama, Kardinal Ignatius Suharyo diikuti seluruh Uskup yang hadir menumpangkan tangan di atas kepala Mgr. Makismus Regus. Momen ini merupakan puncak dari Tahbisan Uskup. (Dok Keuskupan Labuan Bajo)

Dari Jesuit, pelayanan pastoral diserahkan kepada Misionaris Serikat Sabda Allah (SVD). Hal ini diwujudkan dengan kedatangan Pastor Piet Noyen, SVD dan Pastor Wilem Baack, SVD. Secara resmi SVD masuk di Tanah Manggarai pada 23 September 1920.

Metode misi SVD hampir sama dengan misi misionaris Eropa lain di Nusantara, yaitu mendirikan Sekolah Raykat Rekas yang kemudian wilayah Rekas menjadi pusat Misi di Manggarai Barat. Sekolah ini didirikan tahun 1921 dan selain menjadi tempat pendidikan juga menjadi tempat ibadah. Dengan sekolah tersebut, misionaris SVD silih berganti melayani di Rekas. Dirasa perlu adanya sebuah gedung gereja permanen maka tahun 1922, berdirilah sebuah gereja.

Melihat perkembangan umat yang begitu signifikan, Takhta Suci menaikan status Gereja Dekanat Manggarai di Ruteng dari Prefektur Apostolik menjadi Vikariat Apostolik Ruteng tanggal 8 Maret 1951. Mgr. Wilhelmus Van Bekkum, SVD ditunjuk sebagai Vikariat Apostolik pertama Gereja Manggarai. Gereja Paroki Ruteng yang terbesar di Manggarai itu menjadi Gereja Paroki Katedral Ruteng. Dalam rentang waktu 1951-1961, Paroki ini digembalakan oleh Pater Markus Malar, SVD, lalu Pater Karel Bale, SVD dari tahun 1957 sampai dengan 1967.

Baca Juga:  PERAYAAN PUNCAK 100 TAHUN PAROKI KELUARGA KUDUS BIKA NAZARETH KEUSKUPAN SINTANG

Tanggal 3 Januari 1961, Paus Yohanes XXIII mendirikan hierarki Gereja Katolik Nusantara. Rahmat ini diikuti dengan hadiah istimewa yaitu kenaikan status beberapa vikariat menjadi keuskupan dengan harapan terjadi kemandirian dalam hal tenaga pastoral, finansial, dan reksa pastoral di beberapa keuskupan, termasuk Vikariat Apostolik.

Setelah penggembalaan berganti dari Mgr. Vitalis  kepada Pastor Eduardus Sangsun, SVD sebagai Uskup Ruteng tanggal 3 Desember 1984. Setelah itu, Pastor Laurens Sopang, diangkat menjadi Administrator Keuskupan Ruteng pada tanggal 16 Oktober 2008 lalu Takhta Suci memilih Pastor Hubertus Leteng sebagai Uskup Ruteng tanggal 14 April 2010 lalu kemudian digantikan Mgr. Siprianus Hormat.

Keuskupan Baru

Labuan Bajo selama ini dikenal sebagai destinasi wisata dunia, rumah bagi Komodo yang legendaris. Namun di balik gemerlap pariwisata, terdapat kebutuhan rohani yang mendalam. Hasil dari pelaksanaan Sinode III Keuskupan Ruteng pada tahun 2021, akhirnya pada 21 Juni 2024, Takhta Suci secara resmi mengumumkan pembentukan Keuskupan Labuan Bajo. Keputusan ini diambil setelah kajian panjang tentang kebutuhan umat di wilayah ini. Keuskupan baru mencakup 25 paroki yang tersebar di Manggarai Barat dan sekitarnya. Dengan luas wilayah 3.141 km² dan populasi 275.903 jiwa, lebih dari 78 persen di antaranya adalah umat Katolik.

Baca Juga:  Seruan Moral Gereja dan Peran Umat Pasca Pemilu

Keuskupan Labuan Bajo menjadi keuskupan ke-38 dalam hierarki Gereja Katolik Indonesia. Wilayah ini dibagi ke dalam tiga kevikepan: Labuan Bajo, Bari (Pacar), dan Wae Nakeng. Pemekaran ini memungkinkan Keuskupan Ruteng dan Keuskupan Labuan Bajo berbagi peran dalam menggembalakan umat Allah di tiga kabupaten di Manggarai Raya yang mayoritas beragama Katolik.

Keuskupan ini merupakan bagian dari Provinsi Gerejawi Ende yang terdiri dari Keuskupan Ende, Denpasar, Larantuka, Maumere, dan Keuskupan Ruteng. Data terbaru tahun 2023 menyebutkan jumlah umat sebanyak 966.385 jiwa dengan jumlah imam sebanyak 296 orang. Mengiringi lahirnya keuskupan baru ini, Pastor Maksimus Regus ditunjuk sebagai uskup pertama.

Mgr. Maksimus Regus (Dok Keuskupan Lbn Bajo)

Tanggal 1 November 2024 menjadi hari yang dinanti-nanti. Gereja Santo Petrus Sernaru, Labuan Bajo, dipenuhi ribuan umat yang datang dari berbagai penjuru. Prosesi tahbisan dimulai dengan tarian tradisional Manggarai yang mengiringi Mgr. Maksimus memasuki gereja.

Misa kudus dipimpin oleh Kardinal Ignatius Suharyo dengan didampingi 44 uskup dari seluruh Indonesia, dan dari luar serta lebih dari 400 imam. Pada Misa, Mgr. Maksimus mengumumkan susunan Kuria Keuskupan Labuan Bajo. Di antaranya Pastor Richardus Manggu sebagai Vikaris Jenderal; Pastor Fransiskus Nala Kartijo Udu sebagai Sekretaris Jenderal; Pastor Martinus Wiliam sebagai Ekonom Keuskupan; Vikaris Episkopal Labuan Bajo Wilayah Kevikepan Labuan Bajo Pastor Yuvensius Rugi; Vikaris Episkopal Wilayah Kevikepan Pacar Pastor Didimus Mbembo; Vikaris Episkopal Kevikepan Wae Nakeng Pastor Wae Nakeng Pater Yeremias Bero.

Harapan dan Tantangan

Keuskupan Labuan Bajo hadir sebagai simbol harapan dan persekutuan. Dari altar yang baru diresmikan, doa-doa dipanjatkan untuk masa depan yang lebih cerah. Di tengah lautan biru dan bukit-bukit hijau, iman Katolik berakar kuat, membawa terang bagi umat dan dunia.

Baca Juga:  Uskup Agung Palembang Membuka Tahun Suci: Harapan Tidak Akan Mengecewakan

Dengan langkah awal yang kokoh, Keuskupan Labuan Bajo siap menempuh perjalanan panjang dalam melayani umat dan menjaga warisan iman di tanah Flores. Sebagai keuskupan baru, Labuan Bajo menghadapi berbagai tantangan. Dari segi infrastruktur gereja hingga pengembangan program pastoral, semua membutuhkan kerja keras. Namun, kehadiran Mgr. Maksimus dengan semangatnya yang besar membawa harapan baru.

Salah satu fokus utama adalah pendidikan dan pemberdayaan ekonomi umat. Mgr. Maksimus percaya bahwa gereja tidak hanya harus menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat pertumbuhan komunitas. Ia juga menaruh perhatian khusus pada pelestarian lingkungan. “Labuan Bajo dianugerahi keindahan alam luar biasa. Ini adalah tanggung jawab kita untuk menjaganya,” tegasnya.

Dalam wawancara dengan wartawan HIDUP, Fidensius Gunawan (17/10/2024), Mgr. Maksimus menekankan pentingnya membangun keuskupan baru ini dengan pondasi yang kuat. Ia mengatakan, “Yang pertama adalah pondasi organisasi keuskupan dan tata pastoral. Yang kedua adalah pondasi spiritual, termasuk aspek sosial-ekonomi.”

Ratusan imam yang hadir dalam acara tahbisan. (Dok Keuskupan Labuan Bajo)

Mgr. Maksimus juga menggarisbawahi perlunya evangelisasi di tengah perubahan budaya yang dipicu oleh pariwisata. “Kita perlu memastikan bahwa iman Katolik tidak hanya bertumbuh tetapi juga berakar kuat dan menghasilkan buah berlimpah. Ini menjadi tantangan yang harus dihadapi bersama,” ujarnya.

Dengan pendekatan sinodal yang menekankan kolaborasi antara imam, biarawan-biarawati, umat, dan kaum muda, Mgr. Maksimus optimistis keuskupan ini dapat menjadi Gereja yang berjalan bersama. Ia mengajak semua pihak untuk bersinergi dalam mewujudkan keuskupan yang tangguh secara rohani dan sosial.

Yustinus Hendro Wuarmanuk

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 52, Tahun Ke-78, Minggu, 29 Desember 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles