HIDUPKATOLIK.COM – Uskup Agung Palembang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono membuka Tahun Yubileum 2025 dalam Misa pada hari Rabu, 1/1/2025 di Katedral Palembang sekaligus Hari Perdamaian Sedunia.
Mgr. Yohanes Harun Yuwono menyampaikan pesan dari Paus Fransiskus yang mengajak umat merayakan Tahun Yubileum 2025 dengan mengusung tema komunitas basis, yang menjadi fokus Keuskupan Agung Palembang tahun ini. “Kita semua mengetahui bahwa Gereja universal akan merayakan Tahun Yubileum ini, yang telah dibuka oleh Bapa Suci pada 24 Desember lalu dan akan berakhir pada 6 Januari 2026,” kata Uskup Yohanes.
Uskup Yohanes mengatakan, Tema Tahun Yubileum 2025 adalah “Space Non Confounded,” yang berarti harapan tidak akan mengecewakan. “Terlebih tahun 2025, Keuskupan Agung Palembang berada dalam Tahun Ardas Ketiga Komunitas Basis Gerejawi (KBG), yang memberi kita kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan gereja dan masyarakat. Tidak ada seorang pun yang boleh bersembunyi, terasing, atau diasingkan. Semua orang yang dibaptis, dengan karisma dan pelayanannya masing-masing, memiliki tanggung jawab bersama untuk memastikan bahwa setiap tanda harapan memberi kesaksian akan kehadiran Allah di dunia,” kata Uskup.
Tradisi 25 Tahunan
Tahun Yubileum dalam tradisi Katolik adalah perayaan istimewa yang dilaksanakan setiap 25 tahun sekali sebagai bagian dari tradisi pengampunan dosa dan pembebasan. Tahun Yubileum diadakan pada tahun yang kelipatan 25, dimulai sejak tahun 1300 pada masa Paus Bonifasius VIII. Dalam perayaan ini, Gereja memberikan kesempatan bagi umat untuk mendapatkan indulgensi (pengampunan dosa) sebagai bentuk rahmat dan kesempatan untuk pembaruan rohani. Tahun Yubileum yang 2025, yang menandakan 25 tahun sejak Tahun Yubileum yang terakhir yang diadakan pada tahun 2000 oleh Paus Yohanes Paulus II. Tahun ini akan menjadi momen khusus dalam Gereja Katolik.
Di Gereja Lokal
Pastor Agustinus Giman dalam kata pengantarnya pada Misa di Katedral ini mengatakan bahwa harapan juga menjadi pesan utama Yubileum, dilaksanakan setiap 25 tahun sekali. Berfikir bahwa semua calon peziarah yang datang ke Roma untuk menikmati tahun suci dan kepada semua orang yang tidak dapat mengunjungi kota Rasul Petrus dan Paulus, dapat merayakannya di Gereja lokal. Yubileum ini menjadi momen perjumpaan pribadi yang sejati dengan Tuhan Yesus, pintu keselamatan kita yang senantiasa diteruskan oleh Gereja di berbagai tempat dan untuk semua orang sebagai pengharapan kita.
Tahun Yubileum dengan tema pengharapan ini disertai seruan untuk pertobatan dan pengakuan dosa, yang juga menawarkan indulgensi. Paus menegaskan bahwa Sakramen Tobat meyakinkan kita bahwa Allah menghapuskan dosa-dosa kita, dan kita merasakan kekuatan serta penghiburan dari kata-kata pemazmur. Sakramen rekonsiliasi bukan hanya anugerah rohani yang luar biasa, tetapi juga merupakan langkah penting dan sangat diperlukan dalam perjalanan iman kita. Tidak ada cara yang lebih baik untuk mengenal Tuhan selain membiarkan-Nya mendamaikan kita dengan diri-Nya, serta menikmati pengampunan yang diberikan-Nya.
Indulgensi dapat diperoleh untuk orang yang masih hidup maupun yang telah meninggal, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain yang didoakan. Salah satu cara untuk menerima indulgensi adalah dengan melakukan ziarah ke empat Basilika Kepausan di Roma atau mengunjungi pintu suci di setiap Gereja Katedral dan tempat ziarah yang ditentukan oleh uskup setempat.
Di Keuskupan Agung Palembang, pintu suci ditetapkan di beberapa lokasi: pintu utama Katedral Santa Maria, pintu Via Crucis Sukamoro Banyuasin, serta pintu Gereja utama di masing – masing Dekanat. Dengan adanya lima Dekanat, berarti terdapat lima pintu suci yang bisa dikunjungi dalam Keuskupan Agung Palembang.
Selain melakukan ziarah, tentu ada syarat lain yang harus dipenuhi, seperti menerima Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi, serta mengucapkan pengakuan iman dan doa bagi Bapa Suci beserta niatnya demi kebaikan Gereja dan dunia. Bagi mereka yang tidak dapat melakukan ziarah ke pintu suci, misalnya karena sakit atau alasan lainnya, indulgensi tetap bisa diterima dengan menjalani hidup yang penuh iman dan harapan, menerima komuni, merayakan ekaristi, atau berdoa baik secara pribadi maupun bersama. Indulgensi juga dapat diberikan kepada mereka yang telah meninggal dunia.
Andreas Daris (Palembang)