HIDUPKATOLIK.COM – RAHMAT berlimpah menyelimuti umat Katolik Indonesia tahun ini. Pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus, mengunjungi Indonesia. Meski hanya menginjakkan kaki di Jakarta, Kunjungan Apostolik yang berlangsung selama empat hari, mulai 3-6 September 2024, ini telah direncanakan sejak empat tahun lalu namun harus tertunda akibat pandemi Covid-19 yang mengguncang dunia.
Euforia Gereja Katolik Lokal mulai menggeliat sejak Kantor Pers Takhta Suci mengumumkan pada awal April 2024 tentang rencana lawatan Paus Fransiskus ke empat negara di Asia selama sebelas hari, mulai 3-13 September 2024. Dalam rangkaian kunjungan ini, Indonesia menjadi negara tujuan pertama, menyusul Papua Nugini (6-9 September 2024), Timor Leste (9-11 September 2024), dan Singapura (11-13 September 2024).
Kemudian pada awal Mei 2024, Kantor Pers Takhta Suci merilis logo dan motto Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia. Logo ini menggambarkan sosok Paus Fransiskus yang tengah memberi berkat kepada umat Katolik di Negeri Seribu Pulau ini. Di depannya terdapat sebuah gambar Burung Garuda berwarna kuning keemasan dan bernuansa batik. Sebuah peta Indonesia tampak samar-samar pada gambar burung ini. Sementara motto yang dipilih adalah “Faith (Iman) – Fraternity (Persaudaraan) – Compassion (Bela Rasa).”
Paus Fransiskus adalah Kepala Negara Kota Vatikan ketiga yang melakukan Kunjungan Apostolik ke Indonesia. Sebelumnya, Paus Paulus VI mengunjungi Jakarta pada tanggal 3-4 Desember 1970. Selang 19 tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 9-14 Oktober 1989, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Yogyakarta, Maumere di Nusa Tenggara Timur (NTT), Dili di Timor Timur (saat itu), dan Medan di Sumatra Utara.
Rubrik Sajian Utama Majalah HIDUP Edisi 37 yang terbit pada tanggal 15 September 2024 mengulas peristiwa penuh makna ini, bahkan sejak persiapannya ketika satu tim panitia dibentuk untuk memastikan kelancaran lawatan “Penerus St. Petrus” yang pada saat itu berusia 87 tahun.
Ignasius Jonan, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan Menteri Perhubungan, menahkodai kepanitiaan ini. Ia dibantu oleh Sekretaris Umum, Pastor Paulus Christian Siswantoko, yang juga berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Pada akhir Juni 2024, panitia – bersama KWI dan Kedutaan Besar Vatikan – merilis “Doa untuk Perjalanan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia.” Sepenggal doa yang dibacakan pada setiap Perayaan Ekaristi Minggu ini berbunyi: “Semoga perjalanan ini menjadi pengalaman iman yang mempererat persaudaraan dalam keanekaragaman, memperkuat bela rasa kepada saudari-saudara kami yang miskin, lemah, tersingkir dan menderita.”
Kedatangan
Ketika hari itu tiba, Selasa, 3 September 2024, umat Katolik memadati sebagian area Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta di Kota Tangerang, Banten, dan juga sebagian jalanan Ibu Kota. Mereka begitu antusias, bahkan seolah-olah tak peduli berapa lama mereka harus menanti. Dan akhirnya, sekitar pukul 11:30 WIB, pesawat komersil ITA Airways yang membawa Paus Fransiskus dan rombongan mendarat dengan sempurna setelah menempuh perjalanan selama lebih dari 13 jam dari Bandar Udara Internasional Fiumicino di Roma, Italia.
Paus Fransiskus turun dari pesawat dengan menggunakan kursi roda melewati sebuah crane. Didampingi Anggota Dewan Kepausan Dikasteri untuk Dialog Antar Umat Beragama Vatikan, Pastor Markus Solo Kewuta, SVD, ia menerima sambutan hangat dari dua anak, masing-masing bernama Mary Lourdes Wicaksono Atmojo (6) dan Irfan Wael (12), yang menyerahkan karangan bunga yang melambangkan Bhinneka Tunggal Ika, semboyan Bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang negara, Garuda Pancasila.
Turut menyambut Paus Fransiskus di bandar udara tersebut adalah Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo; Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC; dan Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, serta sejumlah pejabat pemerintah, antara lain Menteri Agama (saat itu), Yaqut Cholil Qoumas.
Paus Fransiskus kemudian menaiki sebuah mobil berwarna putih berhiaskan Bendera Republik Indonesia di sisi kanan dan Bendera Negara Kota Vatikan di sisi kiri. Ia menempati kursi depan, persis sebelah pengendara. Sementara Mgr. Pioppo mendampinginya dengan menempati kursi belakang sebelah kanan. Mobil yang membawanya langsung menuju Kedutaan Besar Vatikan untuk Indonesia, yang berlokasi di kawasan Gambir, Jakarta Pusat.
Di sana, beberapa komunitas telah menanti, termasuk Komunitas Sant’Egidio, sebuah gerakan awam internasional yang didasari oleh doa, solidaritas, ekumenisme, dan dialog. Sebanyak 22 orang – 10 pengungsi asal Sri Lanka dan Somalia, tiga penghuni Panti Lansia Santa Anna, enam orang jalanan, dan tiga pendamping – tergabung dalam komunitas ini saat penyambutan. “Saya Muslim. Saya baru pertama kali bertemu Paus Fransiskus. Saya merasa sangat terharu, terhormat. Mengapa? Saya orang susah, tapi kok tiba-tiba bertemu pemimpin Gereja Katolik sedunia. Saya bisa menyalami dan mencium tangan beliau. Kalau tadi tidak ada orang banyak di ruangan, saya mungkin menjerit, menangis. Saya sangat terharu,” ujar Samsu Hadi Marse, seorang pemulung.
Katharina Reny Lestari