HIDUPKATOLIK.COM – Warna merah muda telah digambarkan dalam literatur sejak zaman kuno. Dalam Odyssey, yang ditulis sekitar tahun 800 SM, Homer menulis “Kemudian, ketika anak pagi, fajar berwarna merah muda muncul…” Penyair Romawi ini menyebutkan warna khusus ini dengan kata Latin Roseus, yang berarti “merah muda” atau “merah mawar.”
Tentu warna merah muda atau pink tidak selalu identik feminin dan hanya warna untuk kaum wanita. Gereja Katolik justru menggunakan warna pink dalam konteks perayaan Sakral, yang muncul setahun dua kali, yaitu Minggu Gaudete (Minggu Adven ke-3) dan Minggu Laetare (Minggu Prapaskah ke-4).
Setiap perayaan ekaristi pada Minggu Adven ketiga ini menggunakan warna liturgi merah muda, mulai dari kasula, stola romo, krah misdinar, lektor, pemazmur, dan samir. Namun, pemakaian warna liturgi merah muda hanya digunakan pada hari Minggu Gaudete ini, tidak pada hari-hari sesudahnya selama satu pekan masa Adven.
Minggu Gaudete adalah minggu ketiga dalam Masa Adven yang menjadi titik tengah dari keseluruhan Masa Adven yang berlangsung selama empat minggu. Di tengah masa persiapan yang bersifat pertobatan dan mati raga itu, Gereja memberikan “break” (istirahat) dan mengajak umat bersukacita. Break di tengah ini juga dilakukan pada Masa Prapaskah yaitu pada Minggu Prapaska keempat (Minggu Laetere).
Pada tahun 2024 ini, Minggu Adven ketiga jatuh pada tanggal 15 Desember. Lilin berwarna “pink” akan dinyalakan di lingkaran atau korona Adven bersama ketiga lilin ungu lainnya.
Minggu Gaudete juga dikenal sebagai ‘Minggu Mawar’ (roseus). Warna merah muda (atau warna mawar) dipilih sebagai pengingat pada hari-hari Minggu ini bahwa bahkan di tengah kerinduan, pertobatan, dan puasa, Gereja tidak pernah berhenti bersukacita. Merah muda melambangkan sukacita atau kemenangan dan lilin ini menunjukkan transisi dalam musim Adven dari pertobatan menuju perayaan.
Maksudnya, sukacita Natal sudah mulai kita rasakan karena sudah sangat dekat tetapi belum atau tidak penuh. Sukacita Natal itu sudah tak tertahankan lagi, sudah mulai kelihatan, tetapi belum tampak jelas atau belum penuh.
Kata Latin Gaudete merupakan bentuk verba imperatif yang artinya “bersukacitalah”. Kata Gaudete diambil dari kata pertama dalam bacaan kedua pada perayaan Misa hari Minggu Adven ketiga, yakni Filipi:4:4. Gaudete in Domino semper: iterum dico, gaudete. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”
Nabi Yesaya juga menjelaskan mengapa kita harus bersukacita dalam penantian ini. Sebabnya yang dinantikan adalah Mesias. Dialah yang akan datang membawa damai dan sukacita sejati:
“Orang lumpuh bukan hanya berjalan tetapi meloncat-loncat seperti rusa; orang bisu tidak hanya bisa berkata-kata tetapi menyanyikan lagu pujian; duka dan keluh kesah akan lenyap.”
Penginjil Matius mengajak supaya orang tidak ragu-ragu dan bimbang tentang kedatangan Mesias karena tanda kehadiran-Nya jelas: “Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta disembuhkan, orang tuli mendengar, orang mati hidup kembali dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik”.
Minggu Gaudete ini juga mengingatkan umat bahwa Masa Adven akan segera berakhir dan pesta kedatangan Yesus Kristus sudah semakin mendekat. Untuk itu, perlu dikembangkan harapan yang akan menumbuhkan kesabaran dan ketekunan untuk mempersiapkan diri sampai akhir. Paus Fransiskus memberi pesan, “Adven adalah saat untuk menyambut Allah yang datang menemui kita, saat untuk menatap ke depan, dan mempersiapkan diri untuk kedatangan Allah kembali.”
Dulu, Paus juga sempat membagikan bunga mawar pink kepada umat sebagai bentuk kasih ketika Minggu Gaudete. Lalu, minggu depannya pada Minggu Laetare (Adven keempat), bunga-bunga juga diperbolehkan menghiasi altar sebagai bentuk penantian menjelang kelahiran Yesus.
Analoginya, sama seperti orang tua yang mempersiapkan dekorasi kamar untuk bayi yang mau dilahirkan. Semakin mendekat tanggal kelahiran, maka ibu dan seluruh keluarga merasa bersukacita karena seorang anak akan lahir di tengah keluarga dan ini tentu membawa suasana baru dalam keluarga tersebut. Minggu Gaudete menjadi momen sukacita sejenak di tengah masa penyangkalan diri selama Adven, sukacita bahwa sebentar lagi Tuhan akan tiba.
Asal mula tradisi penyalaan Lilin Adven tidak diketahui dengan jelas, tapi ada beberapa bukti bahwa rakyat Jerman kuno menggunakan daun-daunan dengan lilin yang dinyalakan selama bulan Desember yang dingin sebagai tanda harapan akan masa depan yang lebih hangat serta banyaknya sinar matahari pada musim semi.
Di Skandinavia, saat musim dingin mereka menyalakan lilin-lilin dan menaruhnya di sekitar roda. Mereka memanjatkan doa bagi ”dewa terang” supaya memutar ”roda dunia” kembali kepada matahari untuk mengembalikan kehangatan. Barulah pada Abad Pertengahan orang Kristen mengadopsi praktik karangan bunga Adven (Advent Wreath) sebagai persiapan rohani menyambut Natal.
Ketiga lilin berwarna ungu dalam karangan bunga Adven memiliki sebutan dan makna sebagai berikut; Lilin Adven pertama, dikenal sebagai lilin nubuat, atau lilin harapan; Lilin Adven kedua disebut lilin Betlehem atau lilin damai; Lilin Adven keempat disebut lilin malaikat atau lilin cinta. Sedangkan, Lilin Adven ketiga yang berwarna pink, disebut lilin gembala atau lilin sukacita.
Jadi, kita menyalakan lilin merah muda karena kita diberi sukacita besar di tengah lilin ungu yang melambangkan puasa, penantian, dan pertobatan. Pada Malam Natal, kita menyalakan lilin putih atau lilin Kristus, yang memenuhi kita seperti bayi Kristus yang sempurna, tanpa noda dan cela, putih, bersih, dan murni seperti salju. Putih adalah warna lilin Adven yang melambangkan kemurnian, cahaya, pemulihan, dan kekudusan. Putih juga merupakan representasi kemenangan. Masa persiapan kita selesai sudah dan kita memasuki sukacita yang besar dan istimewa, yakni “terang” yang sudah datang ke dalam dunia dan tinggal di tengah-tengah kita.
Sebagaimana diketahui, warna pink atau merah muda ini didapat dari pencampuran warna ungu (Adven) dengan warna putih (Natal).
Demikian pentingnya memahami tradisi dan makna Adven meskipun sering ditutupi oleh kemegahan komersialisasi musim Natal saat ini. Mempersiapkan hati secara spiritual dengan fokus pada warna-warna Adven dalam minggu-minggu menjelang Natal adalah cara yang baik bagi keluarga Katolik untuk menjaga Kristus sebagai pusat perayaan Natal, dan bagi orang tua untuk mengajarkan anak-anak mereka makna sejati Natal.
Mari kita rayakan lilin sukacita merah muda. Selamat Hari Minggu Gaudete! Maranatha!
Serpong, 13.12.2024
Oleh Febry Silaban, lulusan fisafat dan teologi