web page hit counter
Rabu, 11 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Apa Antependium dan Fungsinya dalam Liturgi

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Kita pasti sering melihat altar yang ditutup kain hingga menjuntai ke lantai. Tapi apakah kita tahu apa nama, fungsi dan artinya? Mari kita bahas tentang Antependium.

Antependium adalah istilah dalam liturgi Gereja Katolik yang merujuk pada kain atau penutup dekoratif yang digantung di bagian depan altar. Kata ini berasal dari bahasa Latin, yaitu ante (di depan) dan pendere (menggantung). Dalam tradisi liturgi, antependium sering disebut juga sebagai velum altaris atau frontale.

Fungsi

Antependium memiliki tiga fungsi. Pertama, sebagai penghormatan terhadap altar yang merupakan tempat kudus dirayakannya Ekaristi. Altar adalah pusat perayaan liturgi, tempat Kristus hadir secara nyata dalam kurban Ekaristi. Dengan menghias altar menggunakan antependium, umat diingatkan akan kesakralan altar sebagai tempat “kurban dan perjamuan”. Kedua,  mencerminkan masa liturgi yang dirayakan (dengan penggunaan warna liturgi hijau, putih, merah, ungu). Ketiga, menjadi elemen visual yang mengarahkan perhatian umat kepada altar, yang merupakan pusat liturgi.

Baca Juga:  Tebar Benih Ikan Wader Ijo di Rawa Pening: Aksi Peduli Lingkungan dalam Rangka 100 Tahun Gereja Jago Ambarawa*

Bahan dan Desain

Antependium biasanya terbuat dari kain berharga seperti brokat atau sutra untuk mencerminkan kemuliaan Tuhan, beludru untuk pesta dan hari raya atau bahan lain yang tahan lama dan indah. Dekorasinya dapat mencakup simbol-simbol liturgis (seperti salib, anak domba Allah /Agnus Dei, anggur dan gandum, Roh Kudus, Maria atau ikonografi lainnya) serta bordir atau sulaman berwarna emas atau perak atau dengan tambahan manik-manik yang sesuai dengan tema atau masa liturgi. Materialnya yang indah dan desainnya yang penuh makna menjadikan antependium tidak hanya elemen estetis, tetapi juga alat pengajaran iman melalui simbol-simbolnya.

Penggunaan dan Regulasi

Meskipun Antependium tidak diwajibkan secara universal dan mutlak dalam liturgi, penggunaannya tetap dianjurkan dan menjadi bagian dari tradisi kaya Gereja Katolik, menambahkan keindahan dan simbolisme dalam liturgi. Setelah Konsili Vatikan II, penggunaan antependeum tidak diwajibkan secara universal, tetapi masih dianjurkan, terutama di gereja-gereja yang memiliki tradisi ini. Dokumen Gereja seperti General Instruction Misale Romawi (GIRM) memberikan panduan tentang penghiasan altar, tetapi tidak mewajibkan penggunaan antependeum, terutama jika altar terbuat dari bahan berkualitas tinggi seperti marmer atau kayu yang indah.

Baca Juga:  Let’s Rock, PUKAT Christmas Concert 2024

Penggunaan antependium bervariasi tergantung pada tradisi lokal. Di banyak gereja Katolik di Eropa (misalnya Italia, Spanyol), antependium masih menjadi bagian integral dari dekorasi altar. Di Amerika Latin, antependium sering dihias dengan motif khas budaya lokal. Di beberapa gereja modern atau minimalis, antependium digantikan dengan elemen desain altar yang lebih sederhana.

Sejarah

Penggunaan antependium memiliki akar yang sangat tua dalam tradisi Kristen. Pertama, pada masa Gereja awal. Pada masa awal kekristenan, altar sering kali berupa meja sederhana yang digunakan untuk perayaan Ekaristi. Kain atau pelapis diletakkan untuk menghiasi altar dan melindunginya dari debu atau kotoran. Kedua, pada abad Pertengahan. Pada masa itu, altar menjadi lebih monumental, sering kali terbuat dari batu dan dihiasi dengan relikui. Antependeum mulai dirancang lebih rumit, dengan bordir atau lukisan yang menggambarkan adegan Injil, para santo, atau simbol-simbol liturgis. Ketiga, Konsili Trente (1545-1563). Konsili Trente mendorong penggunaan antependeum untuk mencerminkan keagungan dan sakralitas altar. Ini menjadi norma di banyak gereja Katolik hingga Reformasi Liturgi setelah Konsili Vatikan II. Keempat, pasca Konsili Vatikan II. Dengan revisi liturgi dan desain altar yang lebih sederhana, penggunaan antependium menjadi opsional, tergantung pada budaya atau tradisi lokal. Namun, di banyak gereja tradisional, antependium tetap digunakan untuk menghormati altar dan mempercantik perayaan liturgi.

Baca Juga:  Berkarya untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

Perbedaan dengan kain altar lainnya

Antependium sering kali disalahartikan dengan elemen kain altar lain. Kain Altar adalah kain putih yang melapisi permukaan atas altar untuk menempatkan benda-benda kudus (misalnya piala). Korporal merupakan kain bujur sangkar kecil yang diletakkan di atas altar untuk menempatkan hosti dan piala selama Ekaristi. Palium atau Antependium Tabernakel adalah kain yang menutupi tabernakel, berbeda dari antependium yang digunakan khusus untuk altar.

 Bene Xavier (Wina, Austria)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles