HIDUPKATOLIK.COM – Renungan Minggu I Adven, 1 Desember 2024, Yer. 33:14-16, Mzm 25:4bc-5ab, 8-9.10.14; Tes. 3:12 4:2; Luk. 21:25-28.34-36.
KONFERENSI Waligereja Indonesia (KWI) merayakan Misa Syukur konselebrasi dengan konselebran utama Ketua KWI yang diikuti oleh Nuncio/Duta Besar Vatikan Indonesia, Kardinal, para Uskup dan Administrator dan perwakilan imam, biarawan-biarawati dan umat di Katedral Jakarta pada tanggal 13 November 2024. Perayaan ini tidak hanya menutup Sidang Tahunan KWI 2024, tapi terlebih khusus untuk memperingati Perayaan 100 Tahun KWI.
Kolegialitas dan Sinodalitas
Selain Misa syukur, dalam rangka Yubelium 100 Tahun KWI diadakan juga beberapa kegiatan lainnya seperti hari studi, peluncuran dua buku, selebrasi serta bantuan sosial kepada sahabat difabel. Tema besar yang diusung adalah “Berjalan Bersama Membangun Gereja dan Bangsa.”
Puncak perayaan diadakan Misa untuk bersyukur kepada Allah yang memberkati, mendampingi, membimbing perjalanan KWI selama satu abad. Suatu perjalanan panjang menjadi Konferensi dengan karakter kuat, yakni persaudaraan (kolegialitas) dan kebersamaan (sinodalitas). Karakter ini termaktub dalam komitmen mewartakan Kabar Gembira dan menghadirkan Kerajaan Allah di seluruh Indonesia, baik sejak periode misionaris hingga periode Indonesianisasi.
Gereja dengan kasih-Nya yang begitu besar dipanggil untuk membangun persekutuan yang harmonis dengan Tuhan, sesama, dan alam ciptaan. Persatuan itu menjadi kekuatan Gereja untuk berpartisipasi dalam menjalankan misi Tuhan untuk mewujudkan Kerajaan Allah di dunia menuju ke surga.
KWI menghidupi Gereja sebagai persekutuan yang pastisipatif dan berkomitmen untuk berjalan bersama dengan semua pihak yang berbeda agama, suku, budaya, golongan maupun dengan pemerintah dalam mewujudkan tata kehidupan berbangsa yang dipenuhi dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Perjalanan sejarah bangsa Indonesia tidak selalu mulus. Dalam rentang waktu tertentu, bangsa ini mengalami konflik, pertentangan, tindak kekerasan horizontal maupun vertikal. Banyak persoalan yang selalu dihadapi seperti kerusakan lingkungan hidup (seperti proyek food estate di Kalimantan dan Papua), perdagangan manusia, kemiskinan, kebodohan, penyakit maupun wabah, perjudian dan pinjaman online (pinjol), kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan atau konflik yang berkepanjangan di Papua, ketidakadilan gender, peredaran obat-obat terlarang, korupsi, kolusi, nepotisme, isu SARA, dan sebagainya.
Penguatan Peran Awam
Kita sebagai Gereja (hierarki dan awam) perlu mengakui secara jujur atas permasalahan yang ada dalam kehidupan menggereja. Permasalahan terjadi karena pengaruh klerikalisme, kesombongan Gereja atas kesuksesan pada masa-masa lalu, masih berpandangan Gereja piramidal dengan akibat kaum awam menjadi pasif dalam tugas-tugas Gereja dan di tengah-tengah dunia.
Pengaruh hedonisme, konsumerisme, egoisme, “medsosisme” yang terus melemahkan iman dan moral kaum beriman amat kuat. Di tengah berbagai persoalan tersebut, Gereja terpanggil untuk terus menjadi tanda kehadiran kasih Allah dan berjalan bersama dengan pemerintah, elemen bangsa yang lain, dan semua pihak yang berkehendak baik untuk mencari jalan keluar yang tepat demi keadilan, kedamaian, maupun keselamatan manusia.
Kita juga hendaknya meneladani semangat persaudaraan dengan semua orang yang ditunjukkan oleh Bapa Suci Paus Fransiskus saat kunjungan Apostolik ke Indonesia pada tanggal 3-6 September 2024. Kesederhanaan, keramahan, ketulusan, dan kerendahan hatinya memberikan sukacita tidak hanya bagi umat katolik tetapi juga umat beragama lain.
Kepeduliannya yang besar untuk menerima saudra-saudari yang menderita diungkapkan dengan kesediaan beliau berjumpa, berinteraksi, dan memberkati para penyandang disabilitas, yatim piatu, orang sakit, dan para perantau serta anak-anak, kaum muda, dan orang lanjut usia. Secara khusus Bapa Suci mengajak Gereja Katolik dan umat beragama lain untuk semakin berjalan bersama yang ditandai dengan penandatanganan Deklarasi Istiqlal 2024, agar dengan semangat dialog antarumat beragama sebagai sarana yang efektif untuk menyelesaikan konflik lokal, nasional, dan regional, lebih-lebih yang dipicu oleh agama.
Menanggapi Rencana Allah
Dalam Bacaan Minggu Adven I ini, Nabi Yeremia menjalani tugas kenabian selama kurang lebih 40 tahun dan selama karya kenabiannya ia selalu bernubuat dan memperingatkan umat Tuhan tentang bencana yang akan menimpa mereka karena mereka berdosa dan menyembah berhala. Selain kepada warga, juga raja-raja yang memerintah atas kerajaan Yehuda diperingatkan atas ketidaksetiaan mereka agar mereka percaya dan mengandalkan hanya pada Tuhan Allah. Namun, Raja Yehuda maupun bangsanya selalu saja tidak percaya pada Allah. Maka, Raja Yehuda, Zedekia bersama rakyat diasingkan dan dibuang ke Babel oleh Raja Babel Nebukadnezar yang kemudian menghancurkan Kota Yerusalem dan Bait Allah.
Raja dan Israel selalu jatuh dalam dosa karena tidak menanggapi rencana keselamatan Allah. Karena itu, Allah sendiri berinisiatif dan bertindak mau menyelamatkan umat pilihan-Nya. Dalam bacaan 1 kita mendengarkan suatu ramalan Nabi Yeremia tentang “Benih atau Tunas” keluarga Daud.
“Benih atau Tunas” yang muncul bertujuan memberikan semangat kepada raja dan orang Yahudi untuk tetap percaya kepada Allah, sekalipun mereka mengalami banyak kesulitan, penderitaan, krisis multi dimensi (dalam iman, kehidupan ekonomi, sosial, politik) terlebih-lebih pada saat pembuangan di Babilonia. Benih inilah yang akan memberikan keadilan baik dalam kehidupan bermasyarakat, maupun hidup keagamaan. Bangsa ini akan menjadi satu berkat kekuatan raja yang baru.
“Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman Tuhan, bahwa Aku akan menepati janji yang telah Kukatakan kepada kaum Isrel dan kaum Yehuda. Pada waktu itu dan pada masa itu Aku akan menumbuhkan Tuhan keadilan bagi Daud. Ia akan melaksanakan keadilan dan kebenaran di negeri. Pada waktu itu, Yehuda akan dibebaskan, dan Yerusalem akan hidup dengan tenteram” (Yer.33:14-16).
Ramalan Nabi Yeremia itu kemudian tergenapi dalam diri Kristus menjadi jaminan bagi kita, karena Dia adalah Mesias yang dijanjikan kepada Abraham, Daud, dan bangsa terpilih (Yer.33:14). Dialah keturunan Abraham, Putra Raja Daud, yang akan mengantar kembali, bukan hanya anak-anak Abraham, tetapi juga segala bangsa, kepada Allah yang esa dan benar (Yer. 33:15-16). Umat manusia harus siap untuk mempertanggungjawabkan hidupnya kepada “Putra Manusia yang datang dengan segala kekuasaan dan kemuliaan” (Luk.21:27). Kita juga tidak perlu takut menyongsong kedatangan Tuhan Yesus asal saja kita setia pada panggilan hidup kristiani di dunia ini.
Persiapkan Hatimu!
Allah menyelamatkan umat manusia yang berdosa melalui seluruh hidup dan karya dari Tuhan Yesus sampai pada puncak sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya. Kristus dimuliakan di sebelah kanan Allah Bapa karena tugas penyelamatan-Nya bagi manusia diselesaikan secara paripurna. Pada waktu yang ditentukan oleh Allah Bapa, Tuhan Yesus akan datang lagi kedua kalinya dalam kemuliaan-Nya untuk mengadili manusia dengan memberikan keselamatan bagi mereka yang berkenan kepada-Nya dengan menjalankan perintah kasih serta menjatuhkan hukuman kebinasaan bagi mereka yang tidak berkenan kepada-Nya dengan tidak melaksanakan perintah kasih.
Dalam Bacaan Injil tidak dikatakan saat kedatangan Sang Juru Selamat. Tidak ada seorang manusia pun tahu waktunya bahkan Yesus sendiri tidak tahu. Waktu kedatangan Tuhan Yesus sebagai Hakin yang Adil; itu adalah rahasia Allah yang kapan saja dapat dilaksanakan. Karena manusia tidak tahu saat kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya pada hari kiamat, maka Gereja melalui Masa Adven mau mengajak umat untuk mempersiapkan diri menanti kedatangan Penyelamat kita yang sudah dekat.
Kita tidak perlu bertanya-tanya kapan saat hari kedatangan Tuhan Yesus tapi pertanyaan bagi kita adalah “Apa saja yang kita harus lakukan untuk menyongsong kedatangan Sang Juru Selamat agar kita diberikan keselamatan kekal?” Melalui Sabda Tuhan yang kita dengar minggu ini, sudah dikemukakan akan segala hal yang perlu kita perbuat, yakni beriman dan berdoa, menjalankan perintah Allah dengan mengasihi Allah dan mengasihi sesama, berbuat adil, peduli pada sesama terutama kaum miskin, lemah, difabel, membangun semangat bertobat dengan menjauhkaan diri dosa pemuasan hawa nafsu maupun pesta pora serta terus menerus menjaga hidup yang kudus dalam bimbingan Roh Kudus.
Pada saat Gereja Indonesia yang merayakan 100 Tahun KWI ini, kita tidak hanya bersyukur atas segala rahmat dan kasih Allah melalui Kristus yang menyelamatkan manusia (khususnya bangsa Indonesia) dalam bimbingan Roh Kudus sedang berziarah bersama menuju ke surga.
Pada saat peringatan 100 Tahun KWI, kita serta diajak untuk merefleksikan beberapa pertanyaan mendasar. Pertama, apa saja yang kita lakukan untuk menyonsong kedatangan Sang Penyelamat kita yang sudah dekat?. Kedua, dalam hal mana saja perlu kita perbaharui diri, keluarga, Gereja, dan masyarakat untuk semakin siap menyambut kedatangan Sang Juru Selamat?.
Selamat memasuki masa Adven, semoga rahmat Allah berlimpah bagi kita untuk berjalan bersama membangun Gereja dan Bangsa sambil menanti kedatangan Penyelamat kita yang semakin sekat.
“Di tengah berbagai persoalan, Gereja Katolik terpanggil untuk terus menjadi tanda kehadiran kasih Allah dan berjalan bersama.”
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 48, Tahun Ke-78, Minggu, 1 Desember 2024