web page hit counter
Jumat, 27 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Selamat Jalan, Kardinal Ayuso …

3.3/5 - (7 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Kabar menyedihkan datang dari Vatikan. Pada Senin, 25 November 2024, sore hari, Vatican News mengabarkan bahwa Presiden Dikasteri Dialog Antaragama Vatikan, Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot, MCCJ meninggal dunia pada usia 72 tahun setelah menderita sakit cukup lama.

Pagi hari sebelum Kardinal Ayuso menghembuskan nafas terakhir, Paus Fransiskus – ketika menyampaikan sambutan kepada sebuah delegasi internasional yang juga dihadiri oleh para anggota Dikasteri tersebut – mengajak mereka untuk berdoa bagi Kardinal Ayuso. “Dia sangat sakit, mendekati ajal,” kata Paus Fransiskus, seperti dikutip vaticannews.va.

Kardinal Ayuso senantiasa mengupayakan dialog lintas agama saat ia mendampingi Paus Fransiskus dalam setiap kunjungan apostolik. Pengetahuannya yang mendalam tentang Islam dan dunia Arab membuatnya menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai inisiatif Paus Fransiskus untuk mempererat relasi antar-iman. Semua perjalanan yang merujuk pada “penziarahan persaudaraan” ini memperlihatkan dedikasi Kardinal Ayuso untuk memelihara persatuan di berbagai wilayah di mana umat Katolik merupakan minoritas.Pada tahun 2019, Kardinal Ayuso turut dalam kunjungan bersejarah ke Uni Emirat Arab dan Maroko sebagai Sekretaris Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama. Ia menjabat sebagai presiden Dikasteri tersebut tak lama setelah ia diangkat sebagai Kardinal pada tanggal 5 Oktober 2019. Ia kemudian mendampingi Paus Fransiskus dalam penziarahan ke Irak pada tahun 2021, sebuah kunjungan yang ia gambarkan sebagai sesuatu yang transformatif untuk bangsa yang dilanda perang itu. Ia juga mendampingi Bapa Suci ke Kazakhstan dan Bahrain pada tahun 2022 dan tetap aktif menjalankan misinya hingga sakit mulai menggerogoti tubuhnya.

Kardinal Ayuso lahir pada tanggal 17 Juni 1952 di Sevilla, Spanyol. Anak kelima dari Sembilan bersaudara ini berasal dari keluarga Katolik yang taat. Keunikan Sevilla yang menyatukan warisan Kristen dan Islam sangat mempengaruhi sensitivitasnya akan pemahaman antaragama. Awalnya ia menempuh studi hukum, tapi ia kemudian merasakan adanya panggilan menjadi imam. Ia lalu bergabung dengan Comboni Missionaries pada tahun 1973 dan ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1980. Ia menempuh pendidikan lanjutan spesialisasi studi Islam di Roma.

Perjalanan misinya mulai di Kairo, Mesir, saat ia melayani komunitas Latin dan membantu orang muda Katolik Sudan. Jalan ini akhirnya,menuntunnya ke Sudan yang dilanda perang. Ia kemudian menjadi presiden Institut Kepausan untuk Studi Arab dan Islam. Berkat keahliannya, ia mendapat peran sebagai konsultor Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama pada tahun 2007. Setelah diangkat sebagai prefek pada tahun 2019, Kardinal Ayuso menjadi tokoh sentral dalam berbagai upaya Gereja untuk mempromosikan dialog dengan umat Islam, Hindu, Buddha, dan komunitas agama lainnya di dunia.

Sajian Utama

Kisah perjuangan Kardinal Ayuso dalam mewujudkan peradadan kemanusiaan juga pernah dimuat Majalah HIDUP Edisi 11 Tahun Ke-77 yang terbit pada 12 Maret 2023. Kisahnya yang menarik menjadi Sajian Utama pasca ia menerima gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga di Yogyakarta.

UIN Sunan Kalijaga menganugerahkan penghargaan tersebut pada tanggal 13 Februari 2023 tak hanya kepada Kardinal Ayuso, sapaan akrabnya, tetapi juga Yahya Cholil Staquf dan Sudibyo Markus – masing-masing sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) periode 2021-2026 dan Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010.

Mereka telah secara aktif memberikan kontribusi pada pengembangan dialog antarumat beragama untuk mewujudkan persaudaraan sejati. Kardinal Ayuso, misalnya, telah berperan besar dalam menjalin kerja sama dengan Imam Besar Al-Azhar, Ahmed Al-Tayyeb, sehingga melahirkan Dokumen tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Beragama.

Dokumen, yang kemudian popular dengan sebutan Dokumen Abu Dhabi, tersebut ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Ahmed Al-Tayyeb ketika Paus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia, melakukan kunjungan apostolik ke Uni Emirat Arab pada tanggal 2-5 Februari 2019.

“Kardinal Ayuso: Kita perlu saling mendukung, saling mengembangkan upaya-upaya yang membangun persaudaraan sejati, terutama dalam kerja sama dengan NU dan Muhammadiyah untuk membangun spiritualitas persaudaraan yang sejati,” demikian bunyi sub-judul pada kover Majalah HIDUP tersebut.

Pesannya semakin menggema ketika Paus Fransiskus mengunjungi Indonesia pada awal September 2024. Di pelataran Masjid Istiqlal, pada Kamis, 5 September 2024, Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, menandatangani Deklarasi Istiqlal: Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama untuk Kemanusiaan.

Katharina Reny Lestari

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles