HIDUPKATOLIK.COM – AJAKAN itu disampaikan Pastor Antonius Suyadi – atau akrab disapa Romo Suyadi — pada pertemuan dengan delapan tokoh nasional dan hampir 200 pegiat Kerasulan Awam yang diadakan Tim Sinergi Bidang Prioritas 4 Keuskupan Agung Jakarta (TSBP4 KAJ) pada hari Sabtu, 23/11/2024 di Paroki Rawamangun, Jakarta.
“Pertemuan ini adalah salah satu cara merespons seruan Kardinal Ignatius Suharyo, Uskup Agung. Jakarta. Dalam Buku Merah Gagasan Dasar Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta 2022-2026, Kardinal mengajak umat Katolik untuk lebih terlibat dalam kehidupan berbangsa,” kata Romo Suyadi.
“Beliau menekankan pentingnya keterlibatan aktif dalam upaya memperbaiki kehidupan sosial, politik, dan ekonomi, serta mewujudkan nilai-nilai peduli dan cinta tanah air — melalui Ajaran Sosial Gereja,” Romo Suyadi menekankan.
Menurut Romo Suyadi, Kardinal Suharyo juga mendorong umat Katolik merespons tantangan ini dengan semangat pelayanan yang penuh tanggung jawab.
“Ini salah satu alasan TSBP4 menghimpun tokoh-tokoh nasional Katolik serta umat KAJ untuk saling mendukung dan memberikan kontribusi aktif bagi bonum commune, kesejahteraan masyarakat luas,” ujar Romo Suyadi.
Pertemuan Rasul Awam ke-2 pada tahun ini dihadiri hampir 200 peserta. Mereka berkarya di berbagai bidang pelayanan publik di tingkat nasional dari sektor privat mau pun pejabat publik serta kepala lembaga-lembaga negara.
Tujuan pertemuan ini adalah untuk membekali para rasul awam dengan wawasan dan optimisme agar dapat bekerja demi kepentingan bersama dengan tetap berlandaskan Ajaran Sosial Gereja.
Perlu Partisipasi Aktif
Yustinus Prastowo, salah satu tokoh Katolik yang dihadirkan pada acara ini, menegaskan perlunya partisipasi aktif masyarakat – dari setiap lapisan talenta – untuk mewujudkan harapan-harapan baik di era baru Indonesia selepas pergantian kepemimpinan nasional di tanah air. Hal itu bisa diwujudkan melalui kelompok-kelompok kerja yang melibatkan kolaborasi holistik kekuatan masyarakat sipil serta level-level otoritas.
“Umat Katolik perlu hadir dan aktif menghadirkan kembali spirit of excellency – dari libasan pragmatisme dan nilai-nilai instan,” ujarnya pada Pertemuan Rasul Awam Keuskupan Agung Jakarta di Rawamangun, Jakarta Timur pada Sabtu, 23 November. “Kesetiaan pada nilai-nilai terbaik bagi Gereja dan tanah air, harus dikawal secara persisten untuk menjauhkan negara kita dari kehancuran nilai,” kata Prastowo.
Selain Prastowo, hadir Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Simon Petrus Lili Tjahjadi, pengusaha nasional Anton J. Supit, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Lucia Rizka Andalucia, Dewan Pengawas Lembaga Penyiaran Publik Agnes Irwanti, Kepala Badan Keahlian DPR RI, Inosentius Samsul, Komisioner Komisi Nasional Disabilitas RI Kikin P. Tarigan, Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Kamlemdiklat) Polri Chryshnanda Dwilaksana yang hadir daring melalui presentasi video. Acara ini dipandu Andreas Maryoto dan Hermien Y. Kleden.
Merujuk pada Pancasila
Pastor Simon Lili Tjahjadi merujuk pada Pancasila sebagai sumber utama nilai-nilai terbaik kehidupan berbangsa dan bernegara. “Pancasila mengandung semua nilai penting dalam komunitas kehidupan bersama. Ini cocok sekali dengan perjuangan nilai Katolik,” ujarnya.
Ia menegaskan ada dua keutamaan sikap yang perlu dihyati masyarakat dalam partisipasi publik. Yaitu, bersikap positif dan membangun tanpa kehilangan daya kritis terhadap hirkarki dan pemerintah – sebagai sikap kenabian.
Anton J. Supit menegaskan masyarakat adil-makmur dan keadilan sosial harus menjadi fondasi karya dan peranan awam di tengah publik.
Ia juga menekankan pentingnya kaderisasi dan sinergi semua kekuatan positif untuk mencapai tujuan ini.
Pelibatan dan sinergi kekuatan publik juga digarisbawahi oleh Inosentius Samsul. Ia mencontohkan pentingnya keterlibatan publik dalam pembuatan berbagai kebijakan public. “Terutama dalam penyusunan Undang-Undang melalui akses-akses yang tersedia dengan sistematis, kritis dan terukur,” ujarnya.
Optimasi pelibatan publik akan berbuah baik selama ada kebebasan dalam berkreasi dan bertindak. Di sini pentingnya apa yang disampaikan Chryshnanda Dwilaksana.
Ia menekankan pentingnya demokrasi yang didasari oleh kepastian hukum dan perlindungan hak asasi manusia.
Lucia Rizka Andalucia dan Agnes Irwanti sama-sama menyoroti pentingnya semangat pelayanan dalam birokrasi yang membawa buah-buah kerja positif yang bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak. Sikap kritis juga perlu dirawat secara persisten dan konstruktif, selain berani menghadapi tantangan, bekerja keras.
Kikin P. Tarigan menyoroti pentingnya perhatian terhadap kaum disabilitas dalam karya pelayanan publik. Dunia disablitas masih sangat kurang disentuh di tanah air Indonesia.
Ia menyerukan agar hierarki Gereja, mau pun pemerintah perlu memberikan perhatian lebih terutama bagi kaum difabel di daerah-daerah terpencil – seperti di Morotai, Maluku.
Akan Bentuk Kelompok Kerja
Tim Sinergi Bidang Prioritas 4 terdiri dari empat elemen. Komisi Hubungan Antar-Agama dan Kepercayaan, Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi, Pusat Pastoral Samadi, dan Komisi Keadilan Perdamaian. Berperan sebagai sebagai fasilitator yang menjembatani semua rasul awam di wilayah di Keuskupan Agung Jakarta untuk menegakkan nilai-nilai terbaik dalam pelayanan publik.
Di akhir diskusi, terbentuk Tim Koordinasi Awal. Dipimpin Yustinus Prastowo, Tim ini akan meneruskan dan mengamplifikasi hasil pertemuan TSBP4 melalui kelompok-kelompok kerja yang langsung menjangkau prioritas kepentingan publik di Keuskupan Agung Jakarta dan, dapat dikolaborasikan kelak dengan karya-karya serupa di berbagai wilayah tanah air.
FHS/Sumber: Heru Krisna/Joice (Narahubung Tim Sinergi Bidang Prioritas 4, Keuskupan Agung Jakarta)