web page hit counter
Senin, 25 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Telentang di Atas Gunung Sampah, Pastor Mutiara Andalas: Kita Tidak Menyalibkan Tuhan di Tempat Sampah

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Pastor Mutiara Andalas, SJ melakukan aksi dengan pose tidur telentang seperti disalibkan di atas tumpukan sampah yang menggunung pada tanggal 4 Oktober 2024 lalu.

Jesuit ini menyatakan suara kenabiannya melalui tindakan nyata untuk mengatakan persoalan sampah di Yoyakarta sudah kritis.

Aksi disalib di antara gundukan sampah di Yogya di samping Kampus V Universitas Sanata Dharma ini berawal dari keprihatinannya terhadap produksi sampah oleh warga Yogyakarta yang melampaui batas normal.

“Kita tak ingin menormalisasikan sampah apalagi memeluk budaya sampah,” katanya.

Pastor Andalas mengatakan, “Golgota sampah adalah seruan kenabian dari sisi Gereja Katolik yang ingin agar kita tidak menyalibkan Tuhan di tempat sampah, juga semua ciptaan di tempat sampah yang kita produksi.”

Pastor Andalas mengatakan dengan aksi ini kita bisa mencoba menemukan pesan dari sisi keagamaan. Kita ingat Driyarkara pernah mengatakan, “Kota membangun manusia, manusia membangun kota,” katanya.

Baca Juga:  Keuskupan Tanjungkarang Memperoleh Tiga Imam Baru: Imam Tanda Kehadiran Allah

Karena itu, kata Pastor Andalas, “Gagasan salib dan sampah bisa dihubungkan sehingga terjadi pertobatan ekologis. Kita tak bisa memproduksi sampah sedemikian massif dengan berbagai alasan. Kita perlu membangun budaya atau habitus baru sehingga Yogyakarta tidak menjadi kota sampah bagi kita.”

Marianus Oktovianus

Aksi Pastor Andalas diikuti Marianus Oktovianus, mahasiswa di Pendikkat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ia mengatakan, rasa kecewa dan geramnya atas tumpukan sampah menggunung yang mengganggu kenyaman kuliah telah membuka kepedulian untuk beraksi nyata menyuarakan situasi itu.

Awal datang ke Yogyakarta sebagai mahasiswa rantau dari NTT, Marianus ingin mengaplikasikan hal yang positif sebagai bekal kembali ke kampung halaman. Namun, ia menemukan bahwa Yogyakarta yang dikenal sebagai Kota Pendidikan ternyata mempunyai sesuatu yang tidak bagus. Tumpukan sampah menggunung sekian lama dibiarkan, dan itu ada tepat di samping kampusnya. Baunya menyengat, pemandangan yang kotor sangat mengganggu hari-hari kuliahnya.

Baca Juga:  Renungan Harian 23 November 2024 “Lepas Bebas”

Dalam keresahannya, dia sampai ingin membawa sampah ke gedung DPR sebagai tindakan protesnya. Dia mengatakan, “Saya berharap masyarakat itu sadar betul bagaimana merawat ekologi itu. Kita juga sudah dewasa, mestinya sadar kalau membuang sampah ke sana merugikan. Budaya konsumtif itu yang membuat kesadaran ekologis berkurang. Saya nyaman orang lain tak saya pedulikan. Semua tahu, itu area cagar budaya, mestinya dijaga, jangan sampai dikotori oleh sampah.”

Sebelum niat mengangkut sampah ke gedung DPR terjadi, dia bertemu dengan Pastor Andalas yang juga sedang membahas isu sampah. Akhirnya, bersama dengan Pastor Andalas, Marianus menandai aksi dengan tidur di atas tumpukan sampah. Dia menjelaskan, “Gedung kampus Pendikkat adalah gedung cagar budaya. Masak di sekelilingnya ada gudang sampah dan sudah sangat lama tidak diperhatikan.” Dengan keprihatinan itu, Marianus sangat bersemangat saat Pastor Andalas mengajak, “Bagaimana kita dua tidur di tempat sampah?”

Baca Juga:  Uskup Agung Palembang: Banyak Intelektual Katolik, Hanya Sedikit yang Mau Berproses

Marianus juga menyimpan harapan pada aksi yang menanggapi gaya hidup masyarakat yang makin hari makin merasa tak peduli dengan sesama. “Jangan sampai ketidakpedulian dengan sesama merugikan orang lain. Belajarlah. Jika kita ingin melihat sesuatu yang indah semuanya bermula dari diri kita sendiri,” katanya.

 

Veronika Naning (Kontributor Yogyakarta)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles