HIDUPKATOLIK.COM – Renungan Hari Minggu Biasa XXXIII, 17 November 2024, Dan.12:1-2; Mzm.16:5,8,9-10,11; Ibr.10:11-14,18; Mrk.13:24-32
SAUDARA-saudaraku yang terkasih dalam Kristus. Bacaan Pertama pada hari Minggu ini merupakan bagian akhir dari kisah panjang penglihatan Daniel di tepi sungai Tigris. Kisah ini dimulai pada bab 10. Di dalamnya terlukis kemunculan silih berganti kekuatan asing yang menguasai bangsa Israel. Dari sudut pandang historis, isi penglihatan Daniel menggambarkan situasi Israel di bawah kekuasaan Persia dan Yunani (bdk. Dan. 11:2).
Dalam periode ini, tampil raja-raja yang kejam, bengis, lalim, dan menindas. Berhadapan dengan situasi ini, orang Israel terbelah dalam dua kelompok besar. Yang pertama, kelompok yang berpihak pada penguasa asing tersebut. Mereka menyembah dewa-dewa asing. Selain itu, mereka mengadopsi gaya hidup dan kebiasaan-kebiasaan asing yang bertentangan dengan hukum dan tradisi nenek moyang mereka. Dalam Daniel, mereka ini digambarkan sebagai orang yang akan mengalami kehinaan dan kengerian yang abadi (bdk. ayat 2).
Kelompok kedua beranggotakan orang-orang yang tetap setia kepada Allah Israel dan adat kebiasaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang. Mereka inilah yang dimaksudkan dengan orang-orang bijaksana. Mereka mengajarkan saudara-saudara sebangsanya untuk tetap berpegang teguh pada hukum-hukum Tuhan. Akibatnya, mereka ditangkap, ditawan, dianiaya, bahkan dibunuh (bdk. Dan. 11:33).
Boleh saja di mata manusia mereka dinilai mengalami kemalangan, tetapi di hadapan Allah, mereka menjadi pribadi yang bercahaya. Mereka terhitung sebagai orang yang tertulis dalam kitab. Ungkapan ini menggarisbawahi status mereka sebagai warga negara Kerajaan Allah. Mereka tergolong dalam anggota keluarga Allah. Dengan tetap setia kepada Allah, mereka memilih kehidupan yang kekal. Kondisi sebaliknya, terjadi pada mereka yang meninggalkan Allah. Pilihan tersebut membawa mereka pada kehancuran dan kematian kekal. Cara hidup orang yang setia kepada Allah pantas untuk menjadi acuan. Seperti cahaya yang membantu mengarahkan langkah pergerakan kita, demikian jugalah mereka. Lukisan Daniel mengajak kita untuk menjadi pribadi yang setia kepada Allah dalam kondisi apapun kehidupan kita.
Dalam bacaan kedua, penulis Surat kepada Orang Ibrani, menyuguhkan isu tentang kurban. Dilukiskan keunggulan kurban Kristus dibandingkan dengan kurban imam. Setiap imam mempersembahkan kurban yang sama terus-menerus, sedangkan Kristus hanya mempersembahkan satu kurban untuk selama-lamanya. Kurban imam tidak menghapuskan dosa, tetapi kurban Kristus berdaya dahsyat, yakni menghapuskan dosa dan menyempurnakan manusia. Kristus menyelamatkan kita melalui kurban yang dipersembahkan-Nya. Melalui lukisan ini, kita diajak untuk membiarkan diri diselamatkan dan disempurnakan oleh kurban Kristus.
Profil orang yang diselamatkan muncul kembali dalam Injil Markus. Markus menamai mereka sebagai orang pilihan. Langit dan bumi yang disebutkan bersamaan menggambarkan universalitas dan internasionalitas keterpilihan itu. Artinya, setiap orang berpeluang menyandang status orang pilihan.
Dengan kata lain, tawaran keselamatan dialamatkan kepada semua orang, tanpa kecuali, bukan hanya orang Israel. Ungkapan keempat penjuru bumi menggarisbawahi konsep ini. Yang berkuasa atas orang-orang pilihan adalah Anak Manusia. Lukisan yang ekstrem tentang kehancuran semesta yang diikuti dengan gambaran kehadiran Anak Manusia bisa ditafsir sebagai gambaran situasi baru di mana Anak Manusia sendiri menjadi penguasanya. Dia penguasa yang membawa keselamatan kekal.
Tentu kita ingin tergabung dalam kumpulan orang-orang pilihan yang menikmati hidup kekal. Jalan menuju ke sana selalu terbuka. Hal yang mendasar yang patut kita bangun bertolak dari bacaan-bacaan pada hari ini adalah kesetiaan kepada Allah. Hendaklah kita tidak berpaling, melainkan senantiasa berpegang teguh pada-Nya, apapun situasi yang kita hadapi dalam keseharian kita.
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No.46, Tahun Ke-78, Minggu, 17 November 2024