HIDUPKATOLIK.COM – KEUSKUPAN Sibolga, pada tanggal 15-18 Oktober 2024 mengadakan Sinode III di Gunungsitoli, Nias, Sumatera Utara. Sejak dipilih, 6 Maret 2021 dan ditahbiskan menjadi Uskup Sibolga, 29 Juli 2021, ia telah menghabiskan waktunya mengunjungi semua paroki dan stasi yang ada di wilayah Keuskupan Sibolga. Ia banyak belajar tentang apa yang perlu menjadi strategi pastoral bagi pengembangan iman umatnya. Akhirnya, dengan mantap ia memanggil umat melalui perwakilan paroki-paroki di dua kekanat mengadakan Sinode.Untuk mengetahui lebih dalam tentang Sinode ini, Kontributor di Sibolga, Pastor Dedy Padang mewawancarai Mgr. Fransiskus. Berikut petikannya:
Mengapa Monsinyur merasa perlu memanggil Gereja Keuskupan Sibolga untuk sinode?
Keuskupan Sibolga sudah dua kali mengadakan Sinode, tahun 2009 dan 2015. Ada pun visi yang dilahirkan dari Sinode I dan II yakni Gereja Keuskupan Sibolga yang mandiri, solider dan membebaskan. Visi ini sudah dijalankan kurang lebih 20 tahun dan semuanya berjalan dengan baik. Tapi di sana-sini masih ada yang kurang, masih ada hal yang perlu disempurnakan, yang perlu diperbaiki.
Maka setelah mendengarkan Dewan Presbiteral Keuskupan Sibolga dan memperhatikan usul-saran dalam pertemuan para tenaga pastoral Keuskupan Sibolga, saya mengumumkan kepada para pastor, biarawan-biarawati seluruh umat beriman Keuskupan Sibolga bahwa Keuskupan Sibolga akan mengadakan Sinode III.
Namun mengingat bahwa Sinode merupakan perjalanan besar dan bersama umat Keuskupan Sibolga, umat beriman, maka dalam tahapan-tahapan sebelum sidang Sinode amat penting keterlibatan para imam, biarawan-biarawati dan seluruh umat. Sebelumnya sudah diadakan penelitian oleh litbang Keuskupan Sibolga untuk mencari dan menemukan apa yang dikehendaki umat Keuskupan Sibolga untuk lima tahun ke depan. Hasil penelitian sungguh memperlihatkan bahwa Gereja Katolik masih perlu belajar, masih perlu mengembangkan iman hingga Gereja Katolik makin kokoh dalam iman dan juga bertumbuh dalam persekutuan dan berbuah dalam kesaksian.
Bagaimana perasaan Monsinyur selama proses Sinode berlangsung?
Sinode III sudah selesai. Pesertanya adalah para imam, biarawan-biarawati pimpinan tarekat dan kongregasi, kemudian umat yang diutus oleh setiap paroki dan komisi, lembaga dan biro. Lalu kami di hari pertama, kami didampingi oleh Pastor Yohanes Haryatmoko, SJ yang sudah berpengalaman dalam membuka wawasan, membuka horizon tentang gerak pastoral di zaman sekarang. Kemudian kami juga diberi masukan oleh Pastor Veri Ara, dosen STFT Pematangsiantar, tentang lima pilar Gereja yang sungguh-sungguh menjadi topangan, fondasi hidup dalam dan juga bagaimana Gereja hidup dan ditopang oleh lima pilar Gereja ini.
Dalam proses Sinode, saya melihat bahwa memang sungguh-sungguh Sinode itu bersinodal. Artinya, semua peserta diminta untuk berbicara, sharing, berdiskusi, memberi ide atau gagasan tentang bagaimana lima tahun ke depan Keuskupan ini bergerak dalam karya pastoral konteks zaman sekarang.
Prosesnya itu bagi saya sangat baik, sangat bagus. Semua peserta terlibat untuk berbicara, memberi usulan, merefleksikan dan diskusi yang hangat dalam kelompok begitu nampak. Sinode ini sungguh bersinodal, berjalan bersama, berpikir bersama, berbicara bersama, merenungkan bersama dan berefleksi bersama. Saya yakin Sinode ini menjadi salah satu gerak spiritual karena kami berwawanhati dan berbicara dengan Allah, dengan Yesus dan dalam tuntunan Roh Kudus. Sinode itu sendiri merupakan sesuatu yang sakral karena di sana yang berbincang ialah antara peserta sinode dengan Allah sendiri untuk menemukan apa yang dikehendaki Allah, apa yang diinginkan Allah untuk Keuskupan Sibolga ini menjadi satu gerak langkah untuk karya pastoral untuk di Keuskupan Sibolga ini.
Jadi saya sangat bahagia melihat bagaimana umat, pastor, pimpinan tarekat religius sungguh bersama-sama melihat apa yang terbaik untuk Keuskupan Sibolga lima tahun ke depan lewat dialog bersama Tuhan dan dalam tuntunan Roh Kudus.
Mengapa Sinode III ini berfokus pada lima pilar Gereja dan bagaimana kaitannya dengan Sinode I dan II yang berfokus pada delapan program pokok pastoral?
Dalam sinode III ini, kami fokus pada lima pilar Gereja. Sinode I dan II menghasilkan delapan program yang diciptakan dengan visi Gereja Keuskupan Sibolga yang mandiri, solider dan membebaskan. Hal itu sepertinya dirasa sudah cukup dan harus beralih ke lima pilar Gereja. Kelima pilar inilah yang sungguh-sungguh menjadi tiang yang menopang hidupnya Gereja, baik Gereja Universal maupun Gereja Lokal.
Dalam penelitian yang dilakukan litbang tentang lima pilar Gereja, rupanya paham dan penghayatan umat Keuskupan Sibolga di lima pilar ini masih belum memuaskan, masih rendah, bahkan di bidang liturgi masih sangat rendah. Karena itu, Sinode III ini memfokuskan pembicaraan ke lima pilar. Dengan lima pilar yang diusung ke dalam strategi pastoral Keuskupan maka pelan-pelan umat beriman dan semua pelayan liturgi akhirnya makin yakin bahwa iman perlu berakar, persekutuan perlu bertumbuh dan kesaksian perlu membuahkan buah yang baik.
Apa yang Monsinyur harapkan dengan hasil Sinode III ini?
Dalam Sinode III sudah dirumuskan visi Keuskupan Sibolga lima tahun ke depan. Visi tidak ditetapkan atau dilahirkan Uskup, tidak diciptakan para imam atau ahli dan atau hanya umat, tetapi semua peserta berbicara, melihat dan berdoa serta berdiskusi dengan Tuhan apa yang menjadi program dan arah pastoral lima tahun ke depan.
Berkat tuntutan Roh Kudus, peserta Sinode seluruhnya melihat bahwa visi Gereja Keuskupan Sibolga lima tahun ke depan adalah Berakar dalam Iman, Bertumbuh dalam Persekutuan dan Berbuah dalam Kesaksian. Sebagai Uskup Sibolga, saya merasa bahwa visi ini begitu mendalam karena lahir dari hasil Sinode, sungguh lahir dari semua peserta yang berbicara bersama, berdiskusi bersama, berdialog bersama dalam tuntunan Roh Kudus itu sendiri.
Harapan saya bahwa dengan visi yang sekarang ini, umat Keuskupan Sibolga makin sejahtera dalam kehidupan beriman, sosial, budaya dan ekonomi. Visi ini dalam waktu dekat akan dirumuskan dalam bentuk Rencana Strategis Pastoral Keuskupan Sibolga (RSPKS) dan akan disosialisasikan untuk umat sehingga bisa berlaku mulai tahun 2025.
Saya bahagia karena Sinode berjalan dengan baik, penuh keakraban, penuh diskusi, penuh kebersamaan dan di sana-sini saling mendukung satu dengan yang lain. Inilah Sinode, yang menurut saya hidup dan tidak membutuhkan narasumber dari luar karena semua peserta sinode menjadi narasumber tentang bagaimana lima tahun ke depan Keuskupan Sibolga mempunyai strategi pastoral yang baik lewat visi-misi yang sudah dirumuskan.
Saya berterima kasih kepada peserta yang sudah memberi waktu, pikiran dan tenaga sehingga Sinode bisa berjalan dengan baik. Saya berterima kasih kepada seluruh panitia yang bekerja keras untuk membuat Sinode ini berjalan dengan baik.
Tidak lupa saya juga berterima kasih kepada misionaris. Mereka telah berjuang menaburkan benih-benih iman kekatolikan di Keuskupan Sibolga ini. Hal itu tidak mudah mengingat keadaan umat yang terjerat dalam kemiskinan dan situasi medan pastoral yang sulit. Melalui jasa para misionaris inilah kedua pendahulu saya, Mgr. Anicetus Sinaga, OFM Cap dan Mgr. Ludovicus Simanullang, OFM Cap telah menetapkan dasar yang baik di Keuskupan ini. Saya bersyukur, saya dipilih untuk meneruskan apa yang sudah mereka mulai. Saya hanya mencoba menyempurnakan kembali gerakan-gerakan pastoral yang sudah ditanam sebelumnya.
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 45, Tahun Ke-78, Minggu, 10 November 2024.