web page hit counter
Minggu, 17 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Uskup Tanjung Selor, Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF: Undangan ke Perjamuan Tuhan

4.5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Renungan Minggu, 20 Oktober 2024 Hari Minggu Misi. Yes.53:10-11; Mzm.33:4-5,18-19,20,22; Ibr.4:14-16; Mrk.10:35-45 (Mrk.10:42-45)

Paus Fransiskus pada Hari Minggu Misi 2024 ini mengundang kita mengarahkan pandangan pada perumpamaan Yesus dalam Injil Matius 22:9, “Pergi dan undanglah semua orang ke perjamuan itu.” Misi dimaknai sebagai kata kerja “pergi ke luar” dan “mengundang”. Kekayaan yang dimiliki dalam iman kristiani tidak dapat dikurung dalam tembok-tembok Gereja dan dalam hidup batin kita. Misi adalah perjalanan yang tidak kenal lelah bersama Allah yang berbelas kasih, yang merindukan kebahagiaan semua orang. Ada tindakan menemui semua orang yang dijumpai di mana pun dan diundang ke perjamuan yang disediakan Tuhan sendiri.

Dalam Injil Markus hari ini, Yesus sendiri memaknai inti kedatangan-Nya ke dunia, “untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk.10:45). Maka bagi kita, seperti diungkapkan Paus Fransiskus, “datanglah ke perjamuan kawin” dalam perumpamaan Yesus, merujuk pada dimensi eskatologis dan ekaristi dari misi Yesus Kristus dan Gereja. Penderitaan Hamba Yahwe dan ajakan Yesus kepada para murid-Nya untuk tidak mencari jabatan tetapi melayani sampai menumpahkan darah dengan “meminum cawan” (Mrk.10:38-39) merupakan perjuangan untuk keluar dari diri sendiri dan berusaha agar sebanyak mungkin orng ikut dalam perjamuan berkelimpahan.

Baca Juga:  Misa Gregorian: 30 Hari Tanpa Terputus

Cerminan perjamuan yang akan datang itu sudah dimulai dengan pemberian diri Yesus sendiri. Misi Yesus berkaitan dengan kepenuhan waktu dalam mewujudkan undangan ke perjamuan itu. “Saatnya telah genap, Kerajaan Allah suddah dekat” (Mrk. 1:15). Gereja dipanggil untuk melanjutkan tugas misioner Yesus itu. Sifat eskatologis dari tugas misioner Gereja itu diungkapkan dengan pernyataan bahwa: “Waktu untuk kegiatan misioner berlangsung antara kedatangan Tuhan yang pertama dan kedatangan Tuhan yang kedua…, sebab Injil harus diwartakan ke semua bangsa sebelum kedatangan Tuhan. Tuhan akan datang” (Ad Gentes, 9).

Perspektif eskatologis, yakni keyakinan bahwa “Tuhan sudah dekat” telah mendorong orang Kristen perdana untuk mewartakan Injil dengan kegembiraan, tanpa kenal lelah dan penuh keberanian. Di masa kini, perspektif itu seharusnya dapat mendorong kita untuk pergi dan mengundang semua orang ikut dalam kegembiraan perjamuan Kristiani. Gerakan misioner tidak dimaksudkan untuk mengadakan proselitisme, tetapi muncul dari keyakinan dan kegembiraan iman. Kita membagikan kegembiraan iman dan kekayaan pengharapan dan kelimpahan kasih yang kita terima dari Tuhan sendiri dalam pemberiaan diri-Nya melalui Yesus Kristus.

Baca Juga:  Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat: Menjadi Kumpulan Orang Pilihan

Kita bergembira bahwa pada tanggal 02 Oktober 2024, pada Sidang Biasa XVI Sinode Para Uskup, Bagian II, Paus Fransiskus membuka mata kita untuk menempatkan misi Gereja dalam kebersamaan. Gereja yang sinodal dan misioner ditandai oleh adanya harmoni. Seperti terjadi dalam sebuah simfoni, Gereja sepatutnya menampilkan sebuah harmoni. Di sana berbagai pelayanan dan karisma berjalan bersama secara harmonis.

Ada banyak godaan untuk menyimpang dari perutusan misioner dalam kebersamaan, seperti ditampilkan dalam Injil hari ini. Para Rasul belum menangkap makna perjuangan dan belas kasih Allah yang universal. Relasi dengan Yesus ingin dimanfaatkan untuk kepentingan kekuasaan pribadi. Ada keributan soal jabatan dan keuntungan yang akan menyertainya. Hilang perspektif sukacita dalam kebersamaan yang ingin diwujudkan Tuhan melalui perutusan Yesus. Murid-murid Kristus dipanggil mewartakan sukacita Injil kepada semua orang, apa pun status sosial dan bahkan moral mereka, “semua orang yang mereka jumpai, yang baik maupun yang jahat” (Mat. 22:10). Terlebih lagi “orang-orang miskin, orang-orang berkebutuhan khusus, orang-orang buta dan orang-orang lemah” (Luk. 14:12).

Baca Juga:  PESPARANI II PROVINSI KALIMANTAN UTARA: KEDEPANKAN SPIRIT KATOLIK

Akhirnya, perutusan misioner juga pada kedalamannya adalah undangan ke perjamuan yang memperlihatkan “belarasa” dari Allah sendiri, yang memahami semua hal yang terkait hdup manusia. Melalui Yesus Kristus Allah ikut merasakan dan menderita semua yang dirasakan dan diderita manusia, ia pun dicoba dalam segala hal, hanya saja Ia tidak berbuat dosa (bdk., Ibr. 4:15).

Dengan merayakan hari Minggu Misi, kita mengambil bagian dalam belas kasih Allah yang menginginkan kebahagiaan semua orang. Segala derita yang dijalani dalam pewartaan menjadi jalan menuju kebahagiaan sejati yakni perjamuan pesta yang telah dimulai dengan pemberian diri Yesus dan yang kita cicipi dalam setiap perayaan Ekaristi Kudus.

 Misi adalah perjalanan yang tidak kenal lelah bersama Allah yang berbelas kasih, yang merindukan kebahagiaan semua orang.

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 42, Tahun Ke-78, Minggu, 20 Oktober 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles