HIDUPKATOLIK.COM – KETIKA memasuki sebuah ruang berukuran 8×16 meter, para tamu langsung terpikat oleh sudut ruang beraksen altar gereja. Cahaya temaram kekuningan membias di dinding kayu, menyuguhkan rasa tenang dan damai. Sementara salib-salib kayu aneka motif dan ukuran yang bergelantung di dinding bermotif anyaman memberi aksen khidmat. Patung Yesus Kerahiman Ilahi setinggi hampir dua meter menjadi penjaga di sisi kiri bagian depan. Selebihnya, hampir seluruh ruang berdindingkan rak-rak dengan corak alami klasik. Isinya benda-benda devosional dan liturgi serta buku-buku.
Tak ayal, interior khas rumahan seperti ini menjadi ajang foto bagi para pengunjung. Ruang tersebut merupakan showroom Penerbit dan Toko Rohani Rumah Dehonian, yang terletak di Jl. Kolonel Atmo No. 52, Palembang, Sumatra Selatan. Tempatnya eksklusif. Coraknya minimalis.
Dari Rahim Spiritualitas
Rumah Dehonian lahir dengan mengambil semangat refleksi Pastor Yohanes Leo Dehon, pendiri Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ). Cinta dan pemulihan merupakan dua hal penting dalam spiritualitas SCJ, yang turut menginspirasi kehadiran Rumah Dehonian di tengah umat dan masyarakat.
Pertama, refleksi mendalam atas cinta Allah yang nyata dalam peristiwa penebusan, khususnya ketika lambung Yesus ditikam di salib. “Ia (Pastor Dehon) sangat tersentuh oleh betapa besar dan dalamnya cinta Allah kepada manusia, yang rela mengorbankan diri dengan tanpa batas. Cinta menjadi kata yang sangat berharga bagi dia. Ia ingin mengikuti jejak Yesus, yakni dengan membalas cinta Allah secara pantas,” ujar Pastor Elis Handoko, SCJ – salah seorang pendiri Rumah Dehonian.
Kedua, Pastor Dehon terinspirasi oleh penampakan Bunda Maria di La Salette dan perjumpaannya dengan Suster-suster Servantes du Sacré Coeur. Kedua penampakan ini menuntun Pastor Dehon pada kata “pemulihan.” Kata ini merupakan kekhasan tradisi devosi Hati Kudus Yesus, yang memberinya inspirasi tentang bentuk atau wujud dari membalas cinta Allah. Dalam hal ini, pemulihan berarti sebuah sikap untuk mengembalikan hubungan baik antara Allah dan manusia yang telah dirusak oleh dosa.
Pastor Dehon ingin membawa cinta Allah kepada semua orang dan menuntun mereka untuk melihat dan mengagumi cinta Allah seperti yang telah ia alami. Baginya, membalas cinta Allah tidak cukup hanya dengan membangun relasi yang baik antara dirinya dengan Allah. Di sini, ia memilih untuk melanjutkan karya pemulihan Yesus dengan “keluar dari Sakristi” untuk menghidupi cintanya kepada Allah dalam cinta dan perhatian kepada semua orang. Ia ingin membuat dunia dipulihkan, atau dalam bahasa iman “didamaikan di dalam Allah.”
Bagi Pastor Dehon, cinta dan pemulihan bukan jalan kekudusan personal dan eksklusif. Keduanya merupakan pilihan yang sekaligus ilahi dan manusiawi untuk mencintai Allah dalam segala dan mendamaikan semuanya di dalam Allah.
Filosofi Rumah
Terdorong oleh kehendak meneruskan spirit Pastor Dehon, muncul kerinduan untuk membangun sebuah ruang ekspresi guna mewujudkan kehendak untuk mencintai Allah dalam segala di zaman sekarang. Ruang ekspresi ini ingin dibangun dengan target rengkuhan massa yang lebih luas seturut perkembangan zaman berdasarkan pada gerak kasih Allah yang terbuka untuk semua makhluk.
“Merealisasikan kerinduan tersebut, yang dibayangkan adalah sebuah filosofi tentang ‘rumah.’ Inilah gambaran sebuah ruang bersama yang nyaman, ramah, santai, teduh, asri, dan menyukakan untuk tinggal, berkumpul, serta berbagi tentang sesuatu hal,” imbuh Pastor Elis.
Rumah tersebut memiliki pesona simbolik dengan pintu yang selalu terbuka, yang menandakan sikap kesediaan untuk berbagi informasi serta nilai-nilai spiritualitas. Di rumah inilah, entah tuan rumah atau pribadi-pribadi yang singgah, ingin saling belajar tentang hidup yang lebih bermartabat dan mengabdi pada nilai-nilai kekekalan hidup di dalam Allah serta terbuka pada cara-cara khas Allah dalam mengasihi setiap makhluk-Nya.
Mengingat rumah tersebut adalah Rumah Dehonian, maka Pastor Dehon menjadi ikon sentral dalam mempertegas arah atau visi aktivitasnya. Dalam setiap gerak pelayanannya dan melalui produk-produknya, rumah ini sungguh ingin mengabdi pada kasih Allah yang diungkapkan dan ditujukan kepada semua orang serta melalui aneka cara yang baik dan dimungkinkan.
Rumah Dehonian juga ingin terus berkembang agar bisa terlibat aktif dalam arus media secara profesional dan Kristiani. Hal ini ditempuh dengan cara menawarkan konten-konten Kristiani melalui media cetak dan multimedia serta produk rohani lainnya.
Terkait orientasi karyanya, Rumah Dehonian ingin bertumbuh sejalan dengan angan-angan Pastor Dehon, yakni “pergi ke luar” dan “dalam segala.” Oleh karena itu, untuk setiap produknya, Rumah Dehonian mau menawarkan keutamaan hidup, seperti niliai-nilai Kristiani, sosial, dan budaya kepada masyarakat luas.
“Dalam bahasa-bahasa publikasi yang lebih universal dan populer, kami ingin hadir dan berjalan bersama umat semesta. Hadir dan berjalan bersama dengan memberi perspektif hidup yang bersumber dari kedalaman kasih Allah,” tutur Pastor Elis.
Di Tengah Umat
Setelah lima tahun berdiri, yakni pada tanggal 16 September 2018, Rumah Dehonian kini memiliki wajah fisik yang baru di tengah Kota Palembang. Bangunan tiga lantai dengan eksterior didominasi warna hijau menebar daya pikat tersendiri di mata publik. Sementara desain interior bagian showroom yang nyaman dengan tatanan kursi dan meja serta ruang yang ada semakin membuat para tamu betah singgah di sana.
Selain itu, apa yang diselenggarakan di sana juga menjawab kebutuhan devosional dan rohani umat. Angelina Irene Chandra, misalnya. Ia mengaku kehadiran Rumah Dehonian memberi kemudahan baginya dan umat yang sering mengalami kesulitan dalam mencari benda-benda rohani. “Saya sangat senang dan bangga karena di Kota Palembang belum pernah ada toko rohani seperti ini,” ungkapnya.
Menurutnya, benda-benda rohani, peralatan liturgi, dan buku rohani yang disediakan Rumah Dehonian dapat membantu memenuhi kebutuhan umat. Terlebih ada jam operasional yang fleksibel. Bahkan Rumah Dehonian buka pada Hari Minggu.
“Umat kadang bingung mau mencari benda rohani ke mana. Di gereja-gereja tidak komplit. Dengan adanya Rumah Dehonian, kami sangat terbantu,” ujar umat Gereja St. Yoseph Palembang tersebut. Harapannya, Rumah Dehonian dapat terus berkembang dan semakin banyak orang yang merasakan manfaatnya.
Harapan yang baik juga diungkapkan Pastor Elis terhadap Rumah Dehonian yang bermotto “Mencintai Dalam Segala.”
“Dalam upaya menerjemahkan sikap mencintai Allah dalam segala, Rumah Dehonian berharap bisa mengarahkan aktivitas sebagai jalan mewujudkan diri sebagai ‘nabi dan pelayan’ di tengah arus kehidupan. Lebih-lebih dengan desain rumah fisik yang baru, yang ada di tengah Kota Palembang, yang diharapkan makin mudah dijangkau dan ada di tengah-tengah umat,” ungkapnya.
Adapun karya Rumah Dehonian mencakup produksi dan distribusi buku. Produk lainnya antara lain benda devosional dan peralatan liturgi serta suvenir Dehonian. Selain itu, desain baru rumahnya, khususnya Aula Lantai 2, juga dapat menjadi tempat penyelenggaraan aktivitas massal. Misalnya, kegiatan devosional dan liturgi, pelatihan, dan seminar untuk komunitas tertentu.
“Apa pun itu, semoga rumah ini bisa menjadi ruang perjumpaan bagi kita, khususnya untuk saling berbagi tentang nilai-nilai kedalaman, nilai-nilai kehidupan,” simpul Pastor Elis.
Kristiana Rinawati (Palembang)
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No.39, Tahun Ke-39, Minggu, 29 September 2024