web page hit counter
Jumat, 15 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Superior Provinsial SCJ Indonesia, Pastor Andreas Suparman, SCJ: Ingin Memadukan Seluruh Potensi Keberagaman

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ) merayakan 100 tahun hadir di Bumi Indonesia. Puncak perayaan diselenggarakan di Palembang tanggal 25 September 2024. Menyambut perayaan seabad ini, HIDUP mewawancarai Superior Provinsial SCJ Indonesia, Pastor Andreas Suparman, SCJ. Apa saja rencana SCJ Indonesia ke depan dalam “membumikan” spirit Dehonian di Indonesia. Berikut petikannya:

Sebagai Superior Provinsial SCJ Indonesia, apa yang Anda kenang dengan momen 100 tahun ini?

Ada pepatah bahasa Latin mengatakan sic parvis magna, dari hal-hal kecil lahirlah yang besar. Begitulah yang terbersit dalam benak saya ketika masuk museum kami. Saya melihat foto-foto yang merekam perjalanan 100 tahun SCJ masuk di Indonesia. Di sana tergambar para misionaris SCJ awal dan keadaan wilayah Dusun Tanjung Sakti, lereng Bukit Barisan, wilayah perbatasan Sumatra Selatan dengan Bengkulu. Dusun ini merupakan wilayah cukup terpencil, berjarak sekitar 215 km dari Kota Bengkulu.

Ketika para misionaris SCJ datang pada tahun 1924, belum diketahui persis jumlah umat Katolik. Namun, umat yang aktif ke gereja sekitar 60 orang saja. Pada saat itu, penduduk di sini masih sangat sederhana, hidup dari hasil sawah, ladang dan hutan, serta pendidikan yang masih sangat rendah. Dari kawanan kecil dan sederhana ini, pelan-pelan Gereja menyebar dan tumbuh ke Bengkulu, Jambi, Palembang, Lampung.

Venerabilis Leo Yohanes Dehon

Perkembangan Gereja Katolik di Sumatra bagian selatan tidak terpisahkan dari kehadiran Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ). Memang sebelum Kongregasi SCJ hadir sudah ada juga para perintis dari Kongregasi lain. Tidak kalah penting adalah kehadiran para tokoh awam, khususnya para guru, yang berperan besar dalam pengembangan Gereja.

 Saat ini, SCJ Indonesia hadir dan melayani di mana saja?

Setelah 100 tahun, kini Dehonian Indonesia hadir di delapan Keuskupan di Indonesia serta di berbagai negara lain di luar Indonesia. Keuskupan Agung Palembang dan Keuskupan Tanjung Karang masih tetap menjadi tempat utama pelayanan SCJ. Pada tahun 1971, Keuskupan Agung Jakarta membuka diri bagi SCJ untuk mulai hadir dan berkarya. Sekitar 25 tahun yang lalu, SCJ juga hadir di Keuskupan Timika.

Baca Juga:  Setelah Sinode III Keuskupan, Uskup Sibolga, Mgr. Fransiskus Sinaga: Iman Perlu Berakar, Bertumbuh dalam Persekutuan dan Berbuah dalam Kesaksian

Demikian seterusnya, SCJ berkembang dalam pelayanannya menuju Keuskupan Padang, Keuskupan Agung Medan, dan terakhir di Keuskupan Agung Samarinda, di wilayah perbatasan dengan Serawak. Meskipun kehadiran di Keuskupan Agung Semarang hanya sebagai tempat pendidikan para calon saja, namun para Dehonian, baik imam, bruder dan frater juga terlibat dalam pelayanan pastoral di sekitarnya.

Sebagian besar dari para Dehonian Indonesia melayani karya pastoral parokial, sebagai pelayanan utama. Kita juga terlibat dengan pelayanan di tingkat internasional, baik di negara-negara Asia, Amerika, dan Eropa. Sesuai dengan arahan dari Pater Pendiri Leo Dehon, para Dehonian juga melibatkan diri dalam pendampingan para calon imam, biarawan dan biarawati. Perhatian kepada kaum muda diwujudkan dalam karya pendidikan umum, baik tingkat dasar, menengah maupun Perguruan Tinggi dan pelayanan di beberapa rumah retret.

Apakah yang menjadi spirit atau dasar rohani bagi para Dehonian dalam setiap upaya untuk hadir dan melayani bersama Gereja dan masyarakat?

Perjalanan hidup dan pelayanan SCJ Indonesia masih terus bergerak maju dengan penuh optimisme dan harapan. Pada tahun 2021, SCJ Indonesia mengadakan Kapitel Luar Biasa untuk menegaskan arah. Dari sana dirumuskan visi dan misi, yang bunyinya, “Digerakkan oleh Hati Yesus yang terbuka, komunitas persaudaraan religius Dehonian Indonesia mewujudkan cinta kasih, rekonsiliasi, kordialitas, solidaritas, dan keadilan demi hadirnya Kerajaan Hati Kudus Yesus di dalam Gereja dan di tengah masyarakat yang plural.” Visi dan misi ini telah dijabarkan dalam rencana strategis tahun 2022 sampai tahun 2033.

Sebagai hal yang paling utama, para Dehonian diajak untuk menyadari bahwa hidup dan pelayanannya “digerakkan oleh Hati Yesus yang terbuka”, yang bagi Pater Dehon merupakan ungkapan cinta kasih Kristus sebagai puncak pemberian hidup-Nya bagi manusia dan sebagai ketaatan Putra kepada Bapa. Cinta Kasih Kristus itu ditimba terus-menerus dalam adorasi ekaristis, yang merupakan karya perutusan, yang dijalankan dengan semangat persembahan diri dan cinta kasih.

Baca Juga:  KWI Menyatakan Keprihatinan Mendalam atas Bencana Alam Erupsi Lewotobi

Dari pengalaman akan Hati Yesus yang terbuka itu, mengalir pula “hati yang terbuka” dari para Dehonian dalam wujud pelayanan kepada orang-orang kecil dan rendah, kaum buruh, dan orang-orang miskin, untuk mewartakan kepada mereka kekayaan Kristus yang tak terhingga itu. Bagi dan bersama mereka itulah, kita ingin mewujudkan cinta kasih, rekonsiliasi, kordialitas atau hati terbuka, solidaritas, dan keadilan.

Mengiringi prosesi sukacita dan syukur selama setahun dalam menyongsong puncak pesta seabad SCJ Indonesia ini, adakah spirit yang mau digerakkan bersama Gereja semesta?

Melalui Kapitel Biasa X tahun 2023, para Dehonian merefleksikan keadaan Provinsi dan memutuskan hal-hal yang penting untuk kelanjutannya dan sebagai keseluruhan Provinsi mencari kehendak Allah. Kapitel mengambil tema “Bersatu, berjalan bersama dan bertransformasi”. Tema ini erat terkait dengan berbagai dinamika Provinsi Indonesia, Kongregasi, dan Gereja pada umumnya.

Sint unum, semoga mereka menjadi satu, merupakan doa Yesus sendiri. Para Dehonian menyadari bahwa persekutuan yang diungkapkan dalam hidup berkomunitas merupakan bagian hakiki dari panggilan hidup membiara. Dengan membangun hidup berkomunitas kita membiarkan diri diresapi oleh cinta kasih Kristus. Kita berusaha supaya komunitas-komunitas kita menjadi keluarga sejati dari hidup Injili. Hal itu terlaksana dalam penerimaan terhadap orang lain dalam sharing kehidupan, dalam keramah-tamahan, dengan tetap menghargai tempat-tempat khusus bagi anggota komunitas saja.

Apa yang hendak dibumikan dengan seruan “berjalan bersama” dalam prosesi syukur 100 tahun ini?

Terinspirasi oleh seruan Bapa Suci tentang sinodalitas, SCJ Indonesia ingin memadukan seluruh potensi keberagaman dalam “berjalan bersama” sehingga mencapai visi yang sama. Hal ini yang juga menjadi semangat dari perayaan 100 tahun SCJ Indonesia. Kapitel mendalami tema ini dengan memusatkan perhatian kepada tiga hal pokok, yaitu karya misi, revitalisasi komisi-komisi, serta semangat solidaritas dan subsidiaritas. Berjalan bersama ini mencakup ke dalam, yakni berjalan bersama sebagai keseluruhan anggota. Demikian juga, berjalan bersama mencakup ke luar, yakni bersama Gereja Lokal dan masyarakat.

Baca Juga:  Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat: Menjadi Kumpulan Orang Pilihan

Tema “bertransformasi” mengarah pada refleksi tentang panggilan bagi komunitas untuk berani senantiasa mengevaluasi diri dan berani untuk berkembang agar selalu memiliki model kesaksian-pewartaan yang kreatif dan inovatif.

Pendalaman tema tersebut mengarahkan Kapitel Provinsi untuk memperhatikan dua hal penting, yaitu transformasi moral berkaitan dengan perlindungan anak dan dewasa rentan serta kedewasaan pribadi dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Penghormatan kepada martabat manusia, terutama anak-anak dan dewasa rentan, menjadi perhatian Gereja. Oleh karena itu, diperlukan suatu komitmen untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap terjadinya pelanggaran dan tindakan penanganan secara serius terhadap kasus-kasus yang telah terjadi.

Sebagai pemimpin, apa harapan Anda untuk langkah bersama ke depan?

Perayaan 100 tahun kehadiran SCJ di Indonesia ini menjadi suatu kesempatan untuk mengenang penuh syukur karya Allah yang telah dimulai melalui kawanan kecil di Tanjung Sakti itu. Kenangan akan penyertaan Allah inilah yang saat ini membuat para Dehonian senantiasa menghidupi panggilan dan pelayanan apa pun dan di mana pun dengan penuh antusiasme dan sukacita.

Tantangan hidup dan pelayanan ke depan tidaklah mudah. Dunia teknologi dan komunikasi yang berkembang pesat. Ada banyak kemudahan yang diberikan oleh teknologi, namun demikian ada banyak pula tantangan dan ancaman. Semoga semangat yang terkandung dalam tema 100 tahun SCJ Indonesia “Dengan hati terbuka, Berjalan bersama Gereja Lokal” akan memampukan kita semua dalam menatap masa depan itu dengan penuh pengharapan dan sukacita.

Elis Handoko (Palembang)

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 39, Tahun Ke-78, Minggu, 29 September 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles