HIDUPKATOLIK.COM – Gal.3:22-29; Mzm.105:2-3,4-5,6-7; Luk.11:27-28
DASAR kebahagiaan tidak sama bagi semua orang, tetapi yang pasti semua mendambakan kebahagiaan. Ada orang yang mendasarkan kebahagiaan atas materi, karir, popularitas, anak yang telah sukses dan dikagumi banyak orang. Mungkin dalam alasan terakhir inilah perempuan dalam Injil berseru pada Yesus dengan menyebut berbahagia ibu yang melahirkan dan menyusui-Nya. Perempuan itu membayangkan kebanggaan orangtuanya karena penampilan Yesus mengundang kekaguman.
Tetapi Yesus mendasarkan kebahagiaan itu yaitu “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya” (Luk. 11:28). Betapa pentingnya ikatan dengan Allah ketimbang segala ikatan manusiawi. Terlepas dari kaitan hubungan darah antara Yesus dan Maria ibu-Nya, secara implisit Yesus mau memuji ibu-Nya, Maria, selain melahirkan-Nya juga sebagai pribadi pendengar dan pelaku firman Tuhan. Kebahagiaan sejati ada dalam diri orang yang mendengar dan melaksanakan Firman Tuhan dengan tulus ikhlas. Kebahagiaan akan kita alami dalam banyak cara dan wujud. Tetapi inti kebahagiaan adalah ketika kita menjadikan Sabda Tuhan sebagai jalan dan pedoman hidup. Bolehlah berkata: Firman-Mu pelita bagi hidup, terang bagi jalanku! Sabda Yesus mengajak kita untuk berkaca pada insan sederhana di sekitar kita. Bukalah mata lebar-lebar. Sapalah lebih dahulu orang-orang biasa yang selama ini kurang kita sapa. Ajaklah ngobrol. Sering kali, dari obrolan santai dengan orang-orang biasa, kita menemukan inspirasi hidup luar biasa.
Pastor Octavianus Situngkir, OFMCap
Komisi Kateketik Keuskupan Agung Medan (KAM)