web page hit counter
Sabtu, 21 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Mengapa Bapa Suci Menambah Kardinal Baru untuk Indonesia: Ada Dua Kardinal Elektor

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – BUKANLAH sesuatu yang mengejutkan kalau Paus mengumumkan pengangkatan kardinal baru dalam Gereja Katolik. Namun, yang kini mengejutkan adalah kita, Gereja Katolik Indonesia, mendapatkan seorang kardinal baru.

Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM, Uskup Bogor, pada hari minggu 6 Oktober 2024 kemarin diumumkan Paus Fransiskus diangkat menjadi kardinal.

Kardinal Paskalis Bruno Syukur, OFM (Dok.Komsos Katedral Bogor)

Ketika di tahun 2019 Ignasius Suharyo, diangkat Paus menjadi kardinal, saat itu Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ sudah bukan lagi kardinal elektor, yang berhak ikut dalam pemilihan Paus, karena usia sudah melampaui 80 tahun. Dengan pengangkatan Mgr. Paskalis maka kini Gereja Indonesia memiliki dua kardinal elektor.

Tentu kejutan pertama bagi kita, Gereja Indonesia, adalah kita sekarang memiliki dua kardinal elektor. Kejutan kedua adalah yang terpilih sebagai kardinal adalah Uskup Bogor, Paskalis Bruno Syukur, yang praktis tidak begitu sangat terlihat, yang walaupun adalah Sekretaris Jendral KWI, namun lebih terasa hadir di belakang layar, karena jarang tampil atau tampak mencolok sosoknya. Bisa jadi, Paus melihat hal tersebut, bukan sosok yang menonjol atau tampak ingin menonjol.

Ketiga,  dikatakan Paus bahwa kardinal yang terpilih menggambarkan wajah universalitas Gereja sehingga wajah-wajah dari ‘wilayah  pinggiran’ diangkat, misalnya Aljazair, Iran, Pantai Gading, Serbia, selain wilayah-wilayah dari Amerika Latin, Italia atau negara-negara lain yang biasa memiliki kardinal, kardinal baru Indonesia bukanlah dari wilayah Indonesia Timur, misalnya Regio Nusa Tenggara, namun dari Bogor, pinggiran Jakarta. Betul, beliau berasal dari Flores, akan tetap beliau tetap adalah Uskup Bogor, uskup sufragan, bukan uskup agung. Wilayah pinggiran yang dipilih bukanlah wilayah pinggiran di luar Jawa.

Kardinal Ignatius Suharyo menyambut Paus Fransiskus saat tiba di Jakarta, 3/9/2024. (Foto: Indonesia Papal Visit Committee)

Paus Fransiskus memang suka membuat kejutan. Pada tahun 2017, ia mengangkat Gregorio Rosa  Chávez, Uskup Auksilier San Salvador, sebagai kardinal, sementara uskup agungnya bukanlah kardinal. Demikian pula pernah pula mengangkat vikaris apostolis Brunai dan Mongolia, menjadi kardinal, atau nuntio Takhta Suci di Suriah, Mario Zenari menjadi kardinal, dan kiranya untuk pertama kali seorang duta besar Vatikan yang masih aktif dipilih sebagai kardinal, setelah kemudian disusul oleh Christophe Pierre, duta besar Vatikan di Amerika Serikat, yang di tahun 2023 dikukuhkan juga sebagai kardinal. Maka kita bisa paham kalau pemilihan Mgr. Paskalis Bruno adalah pula kejutan dari Paus, yang bisa jadi Mgr. Paskalis sendiri juga terkejut oleh berita tersebut, tidak menyangkanya. Pemilihan kardinal memang hak prerogatif Paus, kita tidak bisa tahu persis alasan maupun pertimbangannya, selain apa yang dikatakannya saat pengumuman pengangkatan tersebut.

Baca Juga:  Rayakan 50 Tahun Imamat, Mgr. Petrus Turang: Selama Ada Kelekatan Diri Sendiri, Kita Akan Mengalami Kekecewaan

Tentu berita gembiranya, dari 21 kardinal baru yang diangkat ada 11 kardinal dari tarekat religius, terlebih 3 Fransiskan, yang bila dengan seorang dari Fransiskan Conventual, maka ada empat kardinal baru dari sahabat dina putra-putra Fransiskus Assisi. Selain itu ada dua SVD dan dua OP, selain juga ada Redemptoris, Vinsensian dan Scalabrian.

Tidak bisa disangkal bahwa Paus Fransiskus dekat dan akrab dengan  spiritualitas dan tradisi Fransiskan, bahkan tiga dokumen pentingnya dilandaskan pada kharisma dan tulisan Santo Fransiskus Assisi: Laudato Sí, Fratelli Tutti dan Laudate Deum.  Beberapa hari setelah terpilih di depan para wartawan Paus terpilih mengungkapkan mengapa dia memilih nama Fransiskus.

Dia mengatakan bahwa Fransiskus Assisi adalah pribadi yang memeluk hidup miskin, memperjuangkan perdamaian, dan pribadi yang mencintai serta melindungi alam ciptaan.   Saya membayangkan sebuah Gereja yang miskin, Gereja bagi kaum miskin, Paus mengatakan itu di depan  lebih dari 500 jurnalis yang hadir. Memang baginya, di mana kerusakan lingkungan maupun konflik bahkan perang, kurban terutama adalah kaum miskin. Dari sini kita bisa melihat nama Fransiskus bukan sekedar sebagai nama, namun memuat pesan tetapi juga program:   memandang dunia dan kehidupan dari kacamata serta sudut kehidupan orang miskin.

Paus Fransiskus menyatakan apa yang menjadi impiannya. Dia memimpikan Gereja   yang rendah hati, sederhana, Gereja yang melayani dalam kelembutan, kedekatan dan belaskasihan. Itulah Gereja yang merangkul dan menyambut siapa saja, menghadirkan wajah Allah yang berbelaskasih. Pembaharuan sejati tumbuh dari belaskasihan, pelayanan yang berarti lahir dari kemurahan hati. Semua ini merupakan pewujudan wajah Allah yang adalah kasih.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus
Paus Fransiskus di antara para kardinal. (Foto: Ist.)

Kesederhanaan dan kerendahan hati Fransiskus Assisi mengajarkan hal itu, betapa dia menjalin perjumpaan dengan siapa saja, bahkan dengan Sultan al-Malik al-Kamil dari Mesir di tahun 1219. Maka Fransiskus Assisi bagi Paus adalah seorang “pengembara”, menyusuri seluruh wilayah Italia dan tanah suci bahkan sampai ke Mesir. Dia membangun perjumpaan, merekatkan relasi dan mendekatkan jarak, pun jarak dengan umat Katolik yang merasa bahwa pimpinannya jauh. Berjalan, mendengarkan dan mewartakan itulah cara bertindak Santo Fransiskus, yang bagi Paus ketiga langkah tersebut tiada lain adalah langkah yang mengacu pada Yesus.

Tata hidup Santo Fransiskus Assisi, menurut Paus, merupakan suatu tata hidup yang secara bersama-sama mengajak kita menapaki jalan pada tujuan memeluk serta mencium kehadiran Kristus dalam penderitaan yang dialami secara konkret oleh mereka yang tersingkir.

Tidak mengherankanlah kalau Paus, dengan mengacu pada tata hidup atau regula tersebut menyebut bahwa orang suci dari Assisi tersebut merupakan pakar kehidupan, sebab lewat tata hidup tersebut dia menuntun para saudara-saudarinya menuju pada kepenuhan sukacita dan kasih. Tata hidup tersebut dirancang secara sederhana, sehingga bisa diterapkan oleh siapa saja, entah darimana pun asal-usul dan latar belakangnya.  Maka dia mewariskan suatu tatanan hidup yang ringkas dan sederhana, tidak membuat suatu paparan yang panjang dan rumit, sebab yang lebih hendak dia utamakan adalah bagaimana menghidupi sukacita dalam hidup. Sukacita tersebut dimiliki Fransiskus Assisi karena menurut Paus dia meletakkan semuanya di hadapan Allah, bahkan Paus menyebut orang suci dari Assisi itu sebagai ahli penegasan rohani, sehingga dia selalu sanggup menapaki jalan dalam terang  bimbingan Roh-Nya.

Maka kita bersyukur bahwa putra Fransiskus Assisi masuk dalam jajaran para kardinal, yang tentu diharapkan Paus bisa semakin memperkukuh pewujudan muatan dan arah penggembalaan Paus, menjadikan Gereja yang rendah hati dan berbelaskasihan, seturut teladan serta warisan rohani Santo Fransiskus  Assisi. Oleh karena itu, pengangkatan Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM bukan terutama sebagai penghormatan namun penugasan, sebagaimana saat konsistorium Paus Fransiskus senantiasa menekankan bahwa martabat kardinal bukanlah terutama suatu status kehormatan, namun mengemban perutusan.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Perutusan pertama sebagaimana dikatakan Paus saat pengumuman tersebut adalah sebagai penasehat Paus dalam mewujudkan serta menyatakan wajah universalitas Gereja, sehingga Paus pun dapat semakin mengenal kenyataan dunia universal. Gereja yang seluas dunia ini mendapatkan perutusan untuk mewartakan belaskasihan Allah kepada semua umat manusia di seluruh dunia.

Selain itu, seorang kardinal akan ‘memiliki’ Gereja titular di Roma, sebagai penanda dan pengingat akan ikatan tak terputuskan antara Tahta Suci dan Gereja setempat yang tersebar di seluruh dunia, sehingga para kardinal dapat membantu Paus dalam mengemban tugas pelayanannya sebagai Uskup Roma maupun sebagai pemimpin Gereja universal. Gereja memang adalah Gereja yang berjalan bersama, berjalan bersama menuntut kesediaan untuk mau saling mendengarkan dan belajar dari yang lain, sebagaimana dikatakan Paus setelah berkunjung ke Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste dan Singapura, dengan mengatakan keempat negara tersebut adalah tempat untuk belajar bagi kawasan lain.

Sejak terpilih sebagai Paus, Fransiskus telah memilih 142 kardinal dari 70 negara, dalam sembilan konsistori. Setelah konsistori 8 Desember 2024 nanti, akan ada 141 kardinal elektor, dengan 111 (79%) di antaranya diangkat oleh Paus Fransiskus. Maka bisa dikatakan bahwa Paus Fransiskus kian meletakkan arah penggembalaan Gereja ke depan, juga di masa setelah masa penggembalaannnya berakhir.  Tentu, sembari menyambut yubileum penebusan 2025, dengan tema peziarahan dalam harapan, kita menyambut pengangkatan 21 kardinal baru tersebut, dengan harapan akan peziarahan Gereja ke depan, agar semakin memancarkan terang penebusan dalam belaskasihan Allah.

Paus kan meletakkan arah penggembalaan Gereja ke depan, juga di masa setelah masa penggembalaannnya berakhir. 

Pastor T. Krispurwana Cahyadi, SJ
Teolog

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles