HIDUPKATOLIK.COM – Rombongan demi rombongan berkaos merah dari berbagai paroki di Keuskupan Tanjungkarang mulai berdatangan. Mereka tampak bersukacita karena berjumpa dengan teman-temannya. Sambil menikmati snek yang disediakan, mereka saling berbagi sukacita, bersay ‘hello’ atau memberi salam.
Tanpa diundang, awan mulai mendung. Pagi yang cerah itu disapu dengan hujan yang cukup deras. Mereka yang mayoritas adalah kaum perempuan itu dengan cekatan menepi ke tenda-tenda. Hampir setengah jam tenda-tenda itu disiram hujan.
Satu jam sebelum Perayaan Ekaristi dilantunkan lagu-lagu pujian dan doa koronka. Ada yang mengikuti di dalam gereja tetapi ada pula yang di luar gereja.
Syukurlah hujan deras itu berhenti tepat waktu. Perarakan dimulai. Dua belas vandel kelompok devosional dan barisan para romo menuju altar diiringi lagu St. Faustina. Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Tanjungkarang Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo ini bertema: “Bersatu Hati Untuk Menghadirkan Kerahiman Allah Dan Melangkah Bersama Dalam Pelayanan Kasih Tanpa Batas.” Temu Akbar ini diikuti sebanyak 1.450 orang berlangsung pada Sabtu, 5 Oktober 2024 di Gereja Paroki St.Kristoforus Bakauheni. Mereka datang datang dari berbagai paroki di Keuskupan Tanjungkarang.
Tidak Berhenti di Sini
Pamong KKKI Keuskupan Tanjungkarang Cecilia Tresnaningsih dalam kata sambutannya mengatakan, pengumpulan dana diadakan dengan jimpitan. Sedikit demi sedikit. Hasilnya, luar biasa. Karena semua dicukupkan oleh Allah.
Ia berharap, semakin hari para devosan semakin meneladani St. Faustina. Hiduplah penuh syukur dan terimakasih. Mari kita mengandalkan Allah dan tidak berhenti di sini. Setelah kita pulang ke rumah, kita lanjutkan karya pelayanan. Biarlah Allah yang menggenapinya. Ke depan, semoga kita semakin guyub dan bersatu hati. Selain itu, kebersamaan kita ini menjadi sukacita bersama dan berlanjut terus dalam kehidupan sehari-hari, tambahnya.
Langkah Awal
Moderator KKKI Pastor Vincentius Anggoro Ratri SCJ, mengatakan semoga tema yang diusung dalam even ini merupakan langkah awal untuk berjalan ke depan sebagai sebuah keluarga dan komunitas. “Semoga para devosan Kerahiman Ilahi semakin menghadirkan kasih Allah melalui jalan pelayanan,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu Pastor Anggoro SCJ juga mengatakan bahwa tak sedikit para devosan yang masih bingung. Memakai nama: Paguyuban Devosan Kerahiman Ilahi(PDKI) atau Komunitas Kerasulan Kerahiman Ilahi (KKKI). Ia menegaskan, nama yang dipakai untuk menunjuk pada devosi umat Kerahiman Ilahi adalah: Komunitas Kerasulan Kerahiman Ilahi Tanjungkarang. “Pemilihan nama ini ditetapkan saat Kongres Nasional II di Surabaya tahun 2016,” tandasnya.
Panggilan Kemanusiaan
Kegiatan akbar ini bekerja sama dengan pemerintahan desa. Sehingga mendapat izin untuk mengadakan pertemuan yang dihadiri ribuan orang. Semalam sebelum acara berlangsung, Kepala Desa Sukirno, menggerakkan warganya untuk terlibat. Ibu-ibu membantu memasak. Dan bapak-bapak memasang umbul-umbul di sepanjang jalan menuju gereja.
Suasana guyub dan rukun mengawali momen akbar ini. Maka, dalam acara ramah tamah hadir Kepala Desa Sukirno, Ketua RT dan RW.
Uskup Tanjungkarang, Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo mengatakan bahwa tema yang diusung ini sangat berat untuk dijalankan. “Pak Lurah bisa menuntut orang-orang Katolik ini bila tema itu hanya menjadi slogan saja. Tema ini merujuk langsung untuk bertindak secara nyata. Panggilan kemanusiaan kita. Kita lihat tahun depan,” ujar Uskup sambil tertawa.
Devosi Kerahiman Ilahi memiliki 7 karya belas kasih jasmani dan rohani. Semua berupa tindakan yang sangat sederhana. Kongrit. Lalu Uskup menyebut satu persatu.
Tujuh karya belas kasih rohani: mengajar orang yang tidak mengerti, menasihati yang ragu-ragu, memperingatkan para pendosa, menghibur yang berduka, memaafkan semua luka akibat pihak lain, sabar memikul tuduhan palsu, dan berdoa bagi semua yang hidup dan yang mati.
Tujuh karya belas kasih jasmani: memberi makan yang lapar, memberi minum yang haus, memberi pakaian yang telanjang, memberi tempat berteduh bagi yang dalam perjalanan, menjenguk yang sakit dan di penjara, serta menguburkan yang meninggal.
Miniatur Indonesia
Uskup Vinsensius mengatakan bahwa Bakauheni ini merupakan desa kerukunan. Desa Pancasila. Desa Percontohan. Desa Wisata. Maka, dapat disebut sebagai: miniaturnya Indonesia.
Bakauheni juga memiliki banyak potensi. Maka, silakan dimanfaatkan. Banyak tempat wisata seperti: menara siger dan Krakatau Park. Lokasinya berada di ujung Lampung. “Kalau pergi ke Jawa, pastilah berhenti di tempat ini untuk istirahat sambil menikmati alam dan suasana masyarakat yang ramah,” kata Uskup. Acara ini dimeriahkan dengan berbagai tampilan menarik para devosan dari setiap stasi. Potong tumpeng sebagai ucapan syukur.
Sr. M. Fransiska FSGM (Lampung)