HIDUPKATOLIK.COM – Peran perempuan dalam Gereja menjadi fokus utama pada hari ketiga (4/10) Sinode Sedunia Katolik. Selain itu, dibahas juga tentang peran kaum awam serta pentingnya komunikasi digital bagi Gereja, sebagaimana disampaikan dalam konferensi pers pada hari Jumat di hadapan para jurnalis di Roma.
“Vitalitas kaum awam menentukan masa depan Gereja. Namun, hal ini tidak mengurangi martabat imamat,” kata Paolo Ruffini, kepala departemen komunikasi Vatikan, mengutip laporan dari lima kelompok bahasa yang mengikuti pertemuan yang dimulai sejak hari Rabu (2/10). Sekitar 370 pria dan wanita, termasuk 272 uskup, berkumpul untuk membahas pembaruan dalam Gereja hingga 27 Oktober.
Dalam berbagai kontribusi, disebutkan sebagai suatu “kekurangan” bahwa perempuan dalam Gereja lebih sering dipandang sebagai penghibur daripada sebagai pengkhotbah dan bahwa mereka tidak dapat memimpin sebuah organisasi. Beberapa peserta juga menunjukkan bahwa ada perempuan yang merasa dipanggil oleh Tuhan untuk memegang jabatan tahbisan. Selain itu, disebutkan pula adanya misionaris perempuan, termasuk dari kaum awam, yang memimpin seluruh komunitas.
Kebingungan terkait dokumen tentang peran perempuan
Pada Rabu malam, pengumuman oleh Kardinal Victor Fernandez, Prefek Dikasteri Ajaran Iman, bahwa Vatikan akan menerbitkan dokumen ajaran tentang peran perempuan, menarik perhatian. Ia menekankan bahwa saat ini ia tidak percaya akan ada keputusan positif terkait diakonat perempuan. Isu ini akan menjadi subjek penelitian yang akan diajukan kepada Paus untuk ditinjau dan disetujui.
Uskup Australia, Antony Randazzo, menjelaskan pada konferensi pers hari Jumat bahwa topik tahbisan perempuan tidak hanya terkait dengan Sinode. “Paus meminta kami untuk merenungkan dan meneliti hal ini.” Randazzo, Uskup dari Broken Bay, menambahkan bahwa kelompok studi yang dibentuk untuk ini bertujuan untuk “memperdalam pemahaman, bukan untuk menghilangkan gagasan ini.”
Topik perempuan dalam Gereja adalah salah satu isu paling penting, tegas Randazzo. “Ada perempuan yang diabaikan, dan ini sungguh merupakan skandal dalam Gereja.” Ketika perempuan terjerumus dalam kemiskinan, mengalami kekerasan dalam rumah tangga, memiliki peluang karir yang lebih rendah, dikecualikan dan diabaikan dalam Gereja dan masyarakat, “Itu adalah skandal yang bertentangan dengan Injil yang harus kita bicarakan.” Menurut Alkitab, Yesus berjalan bersama perempuan, makan bersama mereka dan melibatkan mereka dalam kehidupan Injil. “Kita sekarang harus berhenti berbicara tentang perempuan dan hanya mendengarkan mereka,” desak Presiden Konferensi Waligereja Katolik Oseania.
Bene Xavier dari Wina, Austria