HIDUPKATOLIK.COM – Inisiatif “Kami adalah Gereja Internasional,” sebuah gabungan global dari kelompok reformasi gereja nasional, telah menyerukan Sinode Dunia yang berlangsung sejak Rabu (2/10) untuk melakukan reformasi berani dalam gereja. Pria dan wanita dari berbagai benua pada hari Kamis, di hadapan para jurnalis di Roma, menuntut terutama kesetaraan penuh bagi perempuan. Pada saat yang hampir bersamaan, para pemimpin Sinode memberikan tanggapan. Pada Rabu malam, pengumuman sebuah dokumen Vatikan tentang peran perempuan telah menarik perhatian.
Teolog asal Jerman, Martin Schockenhoff, dalam konferensi pers kelompok reformasi, mengatakan bahwa masalah yang paling mendesak dari perspektif umat beriman Eropa adalah penerimaan perempuan dalam jabatan gerejawi dan kesetaraan kaum awam dalam pengambilan keputusan. “Jika ini tidak segera terjadi, gereja di Eropa akan kehilangan kredibilitas dan anggotanya.”
Kate McElwee dari Amerika Serikat menjelaskan, “Meskipun banyak yang mencoba membungkam percakapan tentang pentahbisan perempuan, mencap pekerjaan kami sebagai ‘lobi,’ atau meminggirkan diskusi global ke dalam bayang-bayang Dikasterium untuk Ajaran Iman, kami tetap bertekad untuk terus tampil, kreatif, dan berani.” Menurut Direktur Eksekutif dari Women’s Ordination Conference, yang memperjuangkan pentahbisan perempuan menjadi diakon, imam dan uskup, ada terlalu banyak yang dipertaruhkan.
Perempuan hampir tidak punya harapan
Virginia Saldanha, yang pernah memimpin Komisi Perempuan dalam Konferensi Waligereja India, menyatakan kekecewaannya bahwa isu inklusi perempuan dalam Sinode Dunia kembali “disingkirkan dari agenda dan diserahkan ke sebuah komisi.” Perempuan kini “hampir tidak punya harapan” akan perubahan nyata. Namun, model gereja menurut Yesus mencakup semua orang.
Teolog dari Kenya, Philomena Mwaura, menekankan pentingnya pendidikan teologis bagi kaum awam dalam segala aspek iman untuk gereja di Afrika, mengingat tema-tema Sinode Dunia. Kevin Liston, Wakil Ketua Koalisi Katolik Australia-Asia untuk Reformasi Gereja, memuji Sinode Dunia sebagai “kemajuan signifikan dalam pemikiran gereja.” Namun, di sisi lain, sinode yang dimulai oleh Paus Fransiskus pada 2021 ini telah melewatkan banyak kesempatan untuk memperbarui posisinya dan agendanya.
Kepala Dikasteri Ajaran Iman Vatikan, Kardinal Victor Fernandez, pada pembukaan Sinode Dunia hari Rabu (2/10), mengumumkan sebuah dokumen ajaran mengenai peran perempuan dalam gereja. Dalam laporannya tentang hasil kerja kelompok studi yang dibentuk oleh Paus untuk topik ini, dia mengatakan kepada sekitar 350 peserta sinode bahwa Dikasteri Ajaran Iman telah memutuskan untuk menulis dokumen terkait isu tersebut.
Tidak ada diakon perempuan
Fernandez menegaskan bahwa lembaganya saat ini tidak percaya bahwa akan ada keputusan positif mengenai diakonat perempuan. Namun, masalah ini akan tetap menjadi subjek penelitian dalam konteks dokumen mendatang.
Sekretaris Khusus Sidang Sinode, Giacomo Costa, pada Kamis (3/10) sore menyatakan kepada jurnalis bahwa pentahbisan diakon bagi perempuan belum disingkirkan dari agenda, tetapi akan terus diteliti. “Tampaknya jelas bahwa Prefek menunjukkan perspektif dengan mengatakan bahwa belum waktunya untuk membuat keputusan,” kata imam Jesuit itu. “Masalah ini harus ditelaah lebih lanjut.” Costa juga menyoroti pentingnya sepuluh kelompok studi yang disebut sebagai “laboratorium kehidupan sinodal,” bagian dari sidang ini. Selain itu, mereka harus memastikan bahwa kerja sinodal tetap berlanjut bahkan setelah Sinode Dunia berakhir. Setiap anggota gereja, baik yang ditahbiskan maupun tidak, dapat menyampaikan usulan dan pemikiran kepada kelompok-kelompok tersebut hingga Juni 2025, kata Costa.
Bene Xavier dari Wina, Austria