web page hit counter
Jumat, 4 Oktober 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Mgr. Hieronymus Bumbun, Gembala bagi Kaum Pinggiran

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Mgr. Hieronymus Bumbun, OFMCap, adalah seorang uskup yang mengabdikan hidupnya untuk melayani mereka yang berada di pinggiran masyarakat. Dengan penuh kasih, ia menjadikan kaum miskin dan terpinggirkan sebagai fokus pelayanannya di Keuskupan Agung Pontianak, Kalimantan Barat. Sepanjang hidupnya, ia bekerja keras untuk mengangkat derajat hidup mereka yang kurang beruntung, terutama dari kelompok etnis Dayak, Tionghoa, dan masyarakat lokal lainnya.

Bersama Paus Yohanes Paulus II

Lahir pada 5 Agustus 1937 di Menawai Tekam, Sekadau, Kalimantan Barat, Mgr. Bumbun tumbuh dalam keluarga besar dengan 17 saudara. Ia menerima pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat Nyarumkop dan kemudian dipermandikan pada tahun 1950. Panggilan hidupnya sebagai imam mulai terlihat sejak masa kecil, dan ia memutuskan untuk melanjutkan studi di seminari hingga akhirnya ditahbiskan menjadi imam pada 22 Juli 1967.

Berdasarkan tulisan Konselor General Ordo Saudara Dina Kapusin untuk Wilayah Asia-Pasifik, Pastor William Chang OFMCap, dijelaskan bahwa setelah menjalani studi lanjut di Roma, di Universitas Gregorian, Mgr. Bumbun kembali ke Kalimantan dan mulai melakukan tugas pastoral di berbagai paroki, termasuk Sanggau dan Batang Tarang. Kepekaannya terhadap penderitaan umat membuatnya ditunjuk sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Pontianak pada tahun 1972, sebelum akhirnya diangkat menjadi Uskup Auksilier dan kemudian Uskup Agung Pontianak pada tahun 1977.

Selama lebih dari tiga dekade sebagai Uskup Agung Pontianak, Mgr. Bumbun dikenal sebagai seorang gembala yang dekat dengan umat. Ia sering terjun langsung ke lapangan untuk bertemu dan mendengar keluhan umat, terutama dari mereka yang hidup dalam kesederhanaan di daerah pedalaman. Ia tidak hanya memberikan pelayanan spiritual, tetapi juga turut berperan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat melalui pendidikan dan kerja sama lintas budaya.

Dalam arsip catatan Kapusin Pontianak, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Mgr. Bumbun adalah berhadapan dengan masyarakat yang sangat beragam secara etnis dan budaya. Untuk itu, ia mengembangkan pendekatan pastoral yang multikultural, menghargai kekayaan budaya lokal dan tradisi yang dimiliki oleh berbagai kelompok etnis di wilayah keuskupannya. Ia percaya bahwa Kabar Baik Yesus Kristus dapat disampaikan tanpa harus mengabaikan identitas budaya setempat.

Mgr. Bumbun juga sangat terlibat dalam upaya evangelisasi di daerah-daerah terpencil. Ia melihat bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengenal Kristus dan bahwa misi gereja untuk membawa Kabar Baik sangat penting di wilayah-wilayah tersebut. Meskipun tantangan komunikasi dan jarak sering kali menjadi hambatan, semangatnya tidak pernah surut dalam menjangkau mereka yang paling membutuhkan.

Melayani di antara masyarakat yang kebanyakan hidup dari bertani dan bekerja di perkebunan, Mgr. Bumbun menyadari pentingnya pendidikan bagi generasi muda. Ia mendorong keluarga-keluarga untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah di kota, agar mereka memiliki kesempatan untuk mengubah masa depan mereka. Hal ini sejalan dengan visinya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah Keuskupan Agung Pontianak.

Bagi Mgr. Bumbun, peran Gereja bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pengembangan sosial dan pendidikan. Ia selalu mengajak umat untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial yang dapat membantu mereka keluar dari kemiskinan. Dengan keterlibatan aktif umat awam, gereja di Keuskupan Agung Pontianak menjadi tempat di mana masyarakat bisa saling membantu dan membangun solidaritas.

Kesederhanaan hidup Mgr. Bumbun tercermin dalam cara ia berkomunikasi dengan umat. Ia selalu berusaha untuk menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, sehingga pesan-pesan spiritual yang disampaikannya dapat diterima dengan baik oleh semua lapisan masyarakat, tanpa memandang tingkat pendidikan atau status sosial.

Hingga akhir masa pelayanannya sebagai Uskup Agung Pontianak, Mgr. Bumbun terus menjadi simbol cinta kasih dan pelayanan tanpa pamrih. Ia tidak hanya meninggalkan warisan berupa peningkatan jumlah paroki dan pelayanan yang berkembang, tetapi juga keteladanan hidup yang penuh dedikasi kepada mereka yang terpinggirkan. Sosoknya akan selalu dikenang sebagai gembala yang setia, yang dengan tulus hati mengabdi kepada umat di Kalimantan Barat.

Samuel (Kontributor HIDUP Pontianak)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles