HIDUPKATOLIK.COM – Sebanyak 45 pendamping Bina Iman Anak (BIA) dari Paroki St. Yoseph Keuskupan Agung Palembang selama dua hari Sabtu-Minggu, (21-22/9/2024) diberikan pelatihan dengan instruktur pelatih F.X. Galih Wirahadi dari Yogyakarta. Kegiatan pelatihan dibuka oleh Andreas Daris selaku sekretaris DPP Paroki St Yoseph Palembang.
Andreas Daris dalam sambutan pembukaan mengatakan bahwa perubahan zaman yang cukup pesat membuat generasi anak-anak, remaja, dan orang dewasa memiliki karakter, kepribadian, dan pola pikir, pola hidup yang berbeda satu dengan yang lainnya. Terlebih di era digital saat ini banyak tantangan tersendiri bagi masyarakat dan keluarga dalam mengembangkan kecerdasan, kreativitas, kepribadian, kerohanian serta iman pada anak didik.
Maria Jelita Tinambunan, koordinator pendamping bina iman anak Paroki St Yoseph Palembang menjelaskan bahwa kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman dan pengetahuan dalam membina iman dan karakter anak-anak dan remaja saat ini dengan cara yang kreatif dan peka zaman.
Melalui pelatihan pendamping Bina Iman Anak yang mengangkat tema “ Menjadi Pendamping BIA Masa Kini Kreatif dan Peka Zaman “ . Maka anak-anak zaman sekarang disebut sebagai Generasi Milenial yaitu generasi dengan ciri lebih terbuka, individualis, berharap besar pada internet. Jadi, segala sesuatu mencari informasi melalui internet, kreatif, mudah mengalami demotivasi atau cepat menyerah, dan memiliki besar keinginan untuk diapresiasi atau dipuji, sehingga kita perlu menggali karakter mereka lebih dalam, sehingga para pembina diharapkan agar tetap semangat dalam menjalankan perannya dalam dalam pelaksanaan bina iman anak usia dini serta dalam menerapkan hal-hal baru yang relevan di kalangan anak usia dini.
F.X. Galih Wirahadi berharap kepada para pendaming BIA Paroki St Yoseph Palembang bahwa, para pendamping BIA dapat membuka diri di zaman yang sudah berubah ini, apalagi di era digital saat ini bahwa para pendamping BIA yang merupakan penabur dan pendamping iman, harus dapat saling mengenal dan menggali lebih dalam bagaimana pribadi setiap anak agar kita tahu bagaimana cara mendampinginya secara iman, juga dapat menemukan kreativitas, membuat aktivitas dalam cerita kitab suci, berbagi cerita pengalaman pribadi yang nantinya akan dihubungkan dengan kitab suci atau nilai-nilai ajaran katolik, serta harus memiliki relasi intim dengan Tuhan dan komunitasnya.