web page hit counter
Minggu, 24 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

SERIBU PRODIAKON DATANG UNTUK MELAYANI

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Aula SMA Kolese de Britto pagi itu (16/9/24) amat meriah dipenuhi oleh 1002 orang prodiakon (asisten imam) perwakilan 40 paroki/stasi dari seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mereka hadir dalam satu kesempatan langka yang disebut Temu Raya Prodiakon (TRP) 2024 dan mengambil tema Venio Servire -Aku Datang untuk Melayani. Jumlah peserta TRP 2024 ini merupakan sekitar 38% dari total prodiakon yang ada di Kevikepan Yogyakarta Barat (KYB) dan Kevikepan Yogyakarta Timur (KYT) dan juga bagian dari sekitar 7000 orang prodiakon di Keuskupan Agung Semarang

Para pastor juga pembicara menyatakan bahwa pertemuan ini merupakan kesempatan mewah. Di banyak tempat bahkan di luar negeri sangat sulit mendapatkan fasilitas seperti semacam TRP ini. Pertemuan ini diawali dengan misa yang dipimpin oleh Vikjen Keuskupan Agung Semarang, Pastor F.X. Sugiyana mewakili Uskup Agung KAS.

Aula SMA Kolese de Britto pagi itu (16/9/24) dipenuhi oleh 1002 prodiakon perwakilan 40 paroki/stasi dari seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pastor Sugiyana didampingi oleh Vikep KYB Pastor A.R. Yudono Suwondo, dan Vikep KYT Pastor Andrianus Maradiyo, Pastor Paroki Pringwulung Pastor B. Irawan Heryuwono, dan Pastor Paroki Baciro Pastor Andreas Novian Ardhi Prihatmoko, Pastor Agustinus Setijo Pitoyo SJ, dan Pasator A. Agus Widodo. Hadir sebagai pembicara TRP adalah Pastor A. Agus Widodo dosen di Fakultas Teologi Wedabhakti dan formator di Seminari Tinggi Santo Paulus Yogyakarta. Selain itu, Pastor Agustinus Setyodarmono SJ, koordinator formasi awam Ignasian pemateri untuk membangun komitmen pelayanan.

Prodiakon atau asisten imam, dalam tata peribadatan Gereja Katolik mempunyai fungsi strategis dan istimewa. Mereka tidak ditahbiskan tetapi dilantik dengan surat keputusan otoritas Uskup dan bertugas selama periode waktu tertentu. Tugas pokok prodiakon adalah membantu imam/pastor menerimakan komuni, baik di dalam Perayaan Ekaristi maupun di rumah umat dan memimpin peribadatan sakramentali serta memberi renungan. Seiring dinamika umat, peran prodiakon berkembang untuk tidak hanya hadir di seputar altar sebagai pelayan atau petugas liturgi semata. Prodiakon juga dipanggil sebagai pewarta melalui kesaksian hidup keseharian yang baik bersama masyarakat setempat.

Baca Juga:  Rekoleksi Pasutri TNI-POLRI: Siap Menikah, Siap Menderita

Tahun ini sebagian besar prodiakon paroki di DIY akan mengakhiri masa tugas pelayanannya. Pengusulan bakal calon prodiakon untuk periode pelayanan 2025–2027 sudah mulai dilakukan di paroki, baik calon baru maupun calon lama untuk periode pelayanan kedua.

Tuhan Mencukupkan dan Memberi Sukacita

Komisi Liturgi KYB dan Komisi Liturgi KYT Bersama dengan PT Kanisius dalam upaya menghidupkan spirit pelayanan dalam keterlibatan awam, khususnya prodiakon paroki, terpanggil untuk membangun kesadaran dan spiritualitas karya yang terus berkembang dan dijiwai semangat magis. Artinya, seorang prodiakon dipanggil untuk tidak hanya berhenti pada karya terkait ritus-ritus liturgi di seputar altar, tetapi sungguh mampu menghadirkan dirinya, hidupnya, karyanya sebagai wujud nyata pribadi Katolik yang berspiritualitas mendalam di tengah masyarakat umum.

Kegembiraan dan profesionalitas pelayanan prodiakon perlu diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Hidup dan pelayanan mereka didorong oleh spiritualitas ‘Venio Servire – Aku datang untuk melayani’ yang dijadikan tema TRP 2024. Perjumpaan ini memberi kesempatan prodiakon untuk berbagi dan merefleksikan pengalaman satu sama lain, memperkaya wawasan, serta menggali kegembiraan dan spiritualitas karya bersama. Hadir dalam TRP 2024 ini dua orang prodiakon sebagai pemantik inspirasi pelayanan.

Adrianus Rukmanto dari Paroki Keluarga Kudus Banteng ini telah berkarya selama 12 tahun dan mengalami kejenuhan dengan rutinitas yang ada. Namun, ia mengembangkan pelayanan secara kreatif dengan mengajak bapak muda untuk berziarah setiap Jumat malam ke tempat-tempat ziarah dengan naik motor. Mereka membentuk komunitas Geng Motor yang disebut “Friday Bikers” dan saat ini anggotanya telah mencapai 80 orang. “Kami berdoa jalan salib di setiap tempat ziarah itu dan jika ada permintaan mendoakan ujud permohonan tertentu maka secara pribadi semua anggota pada pukul 21.00 akan mendoakan tiga kali Salam Maria di manapun kami berada. Hal itu berdampak luar biasa dalam kehidupan kami, baik secara jasmani maupun rohani. Tuhan melimpahkan berkat dan menyediakan bensin ke mana pun kami pergi”, katanya. Dalam sebuah perjalanan khusus mereka bisa mendatangi beberapa tempat ziarah  sekaligus dalam satu hari.

Baca Juga:  Uskup Agung Palembang: Banyak Intelektual Katolik, Hanya Sedikit yang Mau Berproses

Imanuel Anggara Wirayuda, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya UGM mengisahkan panggilannya sebagai prodiakon yang mulai dijalani saat usianya 19 tahun. Karena tidak ada umat lingkungan yang bersedia, dan merasa sudah terbiasa melayani di altar sebagai misdinar, akhirnya bersedia memenuhi permintaan lingkungan. “Saya sadar usia saya belum mencukupi untuk menjadi prodiakon yang usianya minimal 25 tahun, bahkan saat ini usia saya masih 23 tahun. Tetapi karena saya merasa bisa menjalani dan romo mengizinkan akhirnya saya jalani. Paling tugasnya sama seperti misdinar yang saya pernah tekuni ditambah dengan memimpin ibadat. Meski sulit melakukan namun saya bersyukur dan gembira menjalaninya,” katanya. Yuda memang sangat berbeda dengan kaum muda kebanyakan yang pasti akan langsung menolak jika diminta melayani sebagai prodiakon. Yuda belajar dari inspirasi Kitab Suci bahwa meskipun masih muda jika Tuhan memilih pasti akan membantunya.

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Pembekalan Prodiakon

Dalam paparan materinya Pastor Agus menyampaikan hal-hal yang bersifat dogmatik, teologis, serta teknis praktis berkaitan dengan tugas pelayanan seorang prodiakon. Tuhan yang mencintai manusia dan melalui Ekaristi menyatakan Diri-Nya, semestinya diterima oleh para prodakon dengan sikap batin yang layak, penuh rasa syukur, hormat, dan siap melayani.

Dikatakannya, “Agar mampu menjalankan tugas dengan baik ada beberapa hal yang harus dipenuhi prodiakon. Selain pengetahuan, keterampilan berkaitan dengan liturgi peribadatan, mereka juga harus mempunyai kedekatan relasi dengan Tuhan dan mampu menjadi teladan hidup bagi orang lain. Untuk itu, prodiakon perlu mengupayakan formasio pribadi dengan terus belajar dari berbagai sumber.” Pastor Agus menutup sesi dengan mengatakan, “Ada empat hal yang harus selalu dipegang para prodiakon, yaitu bersyukur, setia dan bijaksana, paham, terampil, penuh penghayatan, dan hidup Ekaristis.”

Sementara pastor Setyodarmono, SJ mengangkat perlunya membaca kisah hidup Yesus sebagai standar prasyarat utama agar para prodiakon sungguh mampu melayani Yesus. Prodiakon yang sungguh mencintai pelayanan dengan becermin pada kisah hidup Petrus. “Dia seorang yang sungguh mengalami transformasi besar, dalam hidupnya. Kisahnya menunjukkan bagaimana Tuhan sungguh memanggil umat-Nya yang sudah dipilih dan diangkat untuk menjadi bagian karya penyelamatan. Rodiakon yang diutus memberi makan rohani umat ini, harus sungguh mengenali siapa Yesus yang mengutusnya.”

Dengan membaca kisah hidup Yesus, prodiakon akan menumbuhkan rasa kagum, terpesona pada Allah yang sungguh luar biasa dan penuh cinta. Hal itu akan mendatangkan keselamatan dan berkat yang terus dibagikan. Pertemuan ditutup dengan kesimpulan, perutusan dan berkat dari Vikep Yogyakarta Barat, RD AR Yudono Suwondo.

Veronika Murwaningsih (Kontributor, Yogyakarta)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles