HIDUPKATOLIK.COM – TAHUN ini, tepatnya pada tanggal 28 Agustus, Koperasi Simpan Pinjam Credit Union (KSP CU) Merpati Sejahtera yang berlokasi di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, merayakan hari jadi ke-30. Lebih dari 4.000 anggota, baik Katolik maupun non-Katolik, telah terjaring sejak koperasi kredit ini berdiri pada tahun 1994 lalu. Ada anggota baru, ada pula anggota lama yang keluar dari daftar keanggotaan.
Meski pertumbuhan jumlah anggota setiap tahun tidak terlalu signifikan, koperasi kredit yang telah menjadi anggota Pusat Koperasi Kredit Jakarta sejak tahun 1996 dan mulai berbadan hukum sejak tahun 2000 ini mampu bertahan. Terlebih ketika pandemi Covid-19, sebuah masa sulit bagi semua insan di bumi pertiwi.
Al Subiyanto adalah sosok di balik pendirian KSP CU Merpati Sejahtera. Kala itu, sebuah hipotesis tertanam mendalam di benak pria yang bertumbuh besar di Solo, Jawa Tengah, dan pernah mengecap suasana Balikpapan, Kalimantan Timur, sebelum akhirnya menetap di Kota Metropolitan ini. “Karena saya dianggap minoritas, saya punya pegangan. Kalau saya semakin tinggi, saya semakin mudah memengaruhi. Tinggi dalam arti pendidikan, posisi, dan kehidupan finansial. Dari sini, saya masuk ke pola hati saya,” kenangnya.
Pola hatinya adalah spiritualitas Ignasian. Tentu bukan tanpa sebab. Ia pernah menjadi umat Paroki Purbayan yang dilayani para imam Serikat Jesus (SJ) ketika ia masih tinggal di Solo. Selain itu, ia pernah aktif terlibat dalam organisasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Surakarta yang waktu itu berada di bawah naungan seorang imam SJ selaku moderator.
Roh Kudus
Ketertarikan Al terhadap koperasi kredit berawal ketika ia bertemu seorang imam yang berkarya di Ibu Kota. Hingga akhirnya ia terlibat dalam pelayanan Seksi Sosial Paroki (SSP), kini Seksi Pengembangan Sosial-Ekonomi (PSE), Paroki Pasar Minggu. “Timbullah ide untuk mendirikan sebuah CU. Waktu itu tahun 1994. Namanya CU Merpati. Tapi saya tidak bisa full-time, saya tetap bekerja,” ujarnya.
Ia pun memanfaatkan waktu luang untuk mengembangkan CU tersebut, meski tanpa pegangan tata kelola manajemen sama sekali. Ia hanya mengandalkan teori yang dipelajarinya saat masih duduk di bangku kuliah dan pengalaman yang ia peroleh saat bekerja sebagai tenaga Divisi Human Resources Department (HRD) di sebuah perusahaan.
Awalnya CU Merpati menempati sebuah ruangan berukuran sekitar 1×1 meter di pastoran, tepatnya di bawah anak tangga. Bahkan pernah satu kali koperasi kredit ini menempati sebuah tenda di halaman gereja paroki. Al menyebunya sebagai “area sekitar altar” atau “dalam tembok gereja.” Hal ini mendorongnya untuk meminta izin kepada paroki supaya ia dapat mengelola CU ini di luar pagar gereja. Tujuannya, menjalin hubungan dengan warga sekitar.
Setelah berjalan selama sekitar 27 tahun dengan menempati beberapa lokasi berbeda, CU Merpati memiliki sebuah gedung berlantai tiga yang terletak tak jauh dari gereja paroki. Gedung ini berfungsi sebagai kantor layanan, ruang rapat, dan ruang pelatihan. Beberapa tahun sebelumnya, sebelum gedung ini dibangun, SSP membeli sebuah rumah di atas lahan tempat gedung ini dibangun untuk pelayanan kesehatan dan koperasi kredit.
Soal nama, Al memilih “Merpati” karena kata ini memiliki makna mendalam. Sementara “Sejahtera” merupakan kata tambahan supaya memenuhi persyaratan yang berlaku saat ini. “Kata ‘Merpati’ saya ambil dari Roh Kudus, lambang Roh Kudus. Menurut aturan baru, nama CU harus tiga suku kata. Ada close loop dan open loop. Close loop hanya untuk simpan-pinjam dan pemberdayaan anggota. Kalau open loop adalah keuangan seperti bank. Kami close loop,” imbuhnya.
Layanan
Sebagai koperasi kredit bermodel close loop, CU Merpati Sejahtera memiliki beberapa produk simpanan, antara lain Sibuhar (Simpanan Bunga Harian), Simpati (Simpanan Merpati), dan Simpatik (Simpanan Merpati Kelompok) serta Tabungan Pendidikan dan Sikujang (Simpanan Khusus Berjangka). “Masing-masing memiliki manfaat berbeda. Rate-nya pun berbeda. Aturan juga berbeda,” ujar Manajer Operasional KSP CU Merpati Sejahtera, Albertus Ranggawea.
Selain simpanan, koperasi kredit yang memiliki visi “menjadi credit union yang berdaya untuk memberdayakan anggota” dan misi “memberdayakan anggota dan masyarakat dengan kegiatan berbagi dan melayani” ini juga melayani pinjaman.
Meski demikian, pinjaman sangat krusial. Isu yang umum muncul adalah kredit macet atau kesulitan bagi anggota untuk membayar angsuran. Oleh karena itu, pengajuan pinjaman diperketat. Sebuah analisis harus dilakukan.
“Anggota harus melakukan konsultasi terlebih dahulu. Mereka harus memberi informasi tentang pemasukan dan pengeluaran mereka. Hal ini menentukan layak tidaknya mereka mendapat pinjaman, meskipun dana yang dipinjam adalah simpanan mereka sendiri. Khusus pinjaman dengan nominal di atas simpanan, mereka harus menyiapkan agunan. Selektif sekali prosesnya,” imbuhnya.
Di gedung yang baru, anggota dapat melakukan transaksi setiap Senin hingga Jumat pada pukul 08:00-16:00 WIB dan Minggu pada pukul 08:00-12:00 WIB. CU Merpati Sejahtera yang memiliki nilai-nilai inti “melayani dengan empati, ramah serta peduli; bertindak aman dan memiliki rasa tanggung jawab; serta bekerja dengan integritas tinggi” ini tutup setiap Sabtu agar sebanyak 12 karyawan, termasuk manajer, supervisor, dan sekuriti, dapat beristirahat dan menikmati hari libur.
Meski demikian, anggota dapat melakukan transaksi melalui virtual account, berkat perkembangan teknologi digital. Misalnya, anggota ingin menyetor simpanan wajib dan membayar angsuran. “Print buku tabungan bisa datang ke kantor sesekali saja. Tidak harus setiap menabung atau membayar angsuran. Cuma kalau menarik dana memang harus dilakukan di kantor,” ungkap Albertus.
ISO 9001
Demi kemajuan CU Merpati Sejahtera yang memiliki slogan “Melayani untuk Berbagi (Serving for Sharing)” ini, Ketua Dewan Pengawas, Paulus Tangkere, ingin mengembangkan sistem manajemen mutu yang diakui secara global, yakni ISO 9001. Standar ini menyelaraskan kinerja dan arah strategis organisasi melalui pendekatan holistik yang berbasis proses untuk praktik terbaik.
“Perjalanan CU bagus. Azasnya kebersamaan dan kepercayaan. Ini penting. Ini jalan. Cuma sekarang kita menghadapi perkembangan eksternal yang mewajibkan kita bekerja secara profesional. Oleh karena itu, saya mendorong koperasi ini agar punya standar yang diakui global. Saya mendesak supaya kami punya standar berbasis ISO 9001,” ujarnya.
ISO 9001 telah mengalami perkembangan dan revisi sejak 1980, 1987, 1994, 2000, 2008, dan 2015 untuk menyesuaikan kebutuhan manajemen kualitas pada masanya. Revisi pada tahun 1994, misalnya, implementasinya pada tahun 1995, 1996, 1997, 1998, dan seterusnya. Hal ini dilakukan terus menerus.
CU Merpati Sejahtera telah lama berusaha memberlakukan standar ini. Namun keterbatasan sumber daya manusia dan infrastruktur menghambat rencana ini. Belum lagi pandemi Covid-19. Namun ia yakin bahwa koperasi kredit ini dapat memberlakukan ISO 9001 pada tahun 2026.
Untuk itu, ia memutuskan untuk tetap mendampingi CU ini agar proses tersebut dapat berjalan lancar. “Saya punya komitmen. Saya merasa tidak enak sebenarnya, kelamaan (menjadi Ketua Dewan Pengawas). Saya masih belum sreg meninggalkan CU ini. Kalau sistem manajemen sudah oke, baru saya tenang,” ujar Paulus, yang mendapat kepercayaan untuk melayani sebagai Ketua Dewan Pengawas sejak tahun 2012.
Generasi Muda
Baik Al, Albertus maupun Paulus berharap semakin banyak orang muda terlibat dalam pengelolaan CU Merpati Sejahtera. Saat ini, hal ini masih menjadi tantangan.
“Kami sudah coba menarik pengurus muda. Ada 10 pengurus muda atau pengawas. Tapi masih kurang pas. Target kami adalah pemberdayaan, khususnya orang muda. Untuk mencapai Indonesia Emas 2045, kami harus memasukkan generasi muda. Tapi kami juga harus seleksi, karena tidak semua mau.” ujarnya.
Katharina Reny Lestari
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 36, Tahun Ke-78, Minggu, 8 September 2024