HIDUPKATOLIK.COM – TIGA lukisan cat minyak bergaya mozaik terpampang berjejer di salah satu sudut ruangan di Wisma Xaverian, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Ukurannya cukup besar. Wajah sosoknya tampak begitu jelas, bahkan dari luar ruangan sekalipun. Siapa lagi kalau bukan Paus Paulus VI, Paus Yohanes Paulus II, dan Paus Fransiskus. Paus Paulus VI dan Paus Yohanes Paulus II – keduanya telah menjadi orang kudus – pernah menginjakkan kaki di negeri ini, masing-masing pada tahun 1970 dan 1989. Sementara Paus Fransiskus mengunjungi Indonesia tahun ini, tepatnya pada tanggal 3-6 September.
Selain lukisan mozaik ketiga pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia tersebut, ada lebih dari 60 lukisan cat minyak wajah Yesus di ruangan yang sama. Sang pelukis adalah Pastor Antonius Wahyudianto, SX. “Beberapa tahun terakhir ini saya masih fokus pada wajah Yesus. Wajah Yesus menjadi bahan refleksi. Ada lukisan ekspresi Yesus saat senang, marah, dan sebagainya,” ujarnya.
Belum lama ini, rektor Skolastikat Xaverian ini juga membuat karikatur wajah Pastor Franz Magnis-Suseno, SJ untuk kover Majalah HIDUP. Ia memilih membuat karikatur supaya tampak lebih gaul. Namun sebelumnya ia mencoba mencari inspirasi, salah satunya dari buku tentang imam Yesuit yang akrab disapa Romo Magnis tersebut. Tak butuh waktu lama, karikatur ini purna hanya dalam waktu 1,5 jam. “Saya suka melukis cepat sejak kecil,” imbuhnya.
Pastor Antonius, yang akrab disapa Romo Anton, mewarisi darah seni dari kedua orang tua. Ayahnya, yang berasal dari Ngawi, Jawa Timur, adalah seorang pensiunan TNI-AD yang gemar melukis dan menari. Sang ayah bahkan pernah berkarya sebagai Ketua Badan Koordinasi Kesenian Jawa di Deli Serdang, Sumatera Utara. Sementara ibunya, yang berasal dari Madiun, Jawa Timur, pernah menjadi anggota aktif kor Paroki Lubuk Pakam.
Anak keempat dari enam bersaudara ini mulai melukis sejak ia berumur enam tahun. Pada saat bersamaan, ia belajar menari, khususnya tarian tradisional Jawa. “Saat mau masuk sekolah, saya perlu alat tulis seperti pensil. Saya pakai pensil ini untuk membuat sketsa. Ada sketsa para tokoh superhero seperti Batman dan Superman. Ada pula motor trail,” kenangnya.
Bakat melukis semakin terasah ketika ia masuk SMA Seminari Menengah Pematangsiantar. Ia pernah menyabet peringkat kedua lomba melukis tingkat SMA kala itu, berkat lukisan cat minyak pemandangan alam dengan sebuah pohon pisang kipas. “Mirip impresionis Prancis,” tuturnya, sambil tersenyum lebar.
Ternyata talenta melukis semakin meneguhkan panggilannya untuk menjadi imam. Pastor paroki saat itu, yang berasal dari Negeri Kincir Angin, turut menggugah hatinya. Imam misionaris ini kerap mengunjungi rumahnya. Ia sangat senang melihat sosoknya. Apalagi imam misionaris ini sesekali mengajaknya tamasya bersama para misdinar lainnya. Dua sosok lainnya adalah imam misionaris Kapusin asal Belanda dan imam misionaris Xaverian asal Italia.
Akhirnya ia menentukan pilihan. Ia masuk Serikat Misionaris Xaverian (SX). Alasannya, SX belum lama membuka pendidikan calon imam pertama di Indonesia, tepatnya tahun 1985. Dan bagi seorang misionaris, talenta sangat penting untuk mewartakan tentang Kristus, bahkan kepada orang yang belum mengenal-Nya. “Saya akan terus melukis,” pungkasnya.
Katharina Reny Lestari
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 36, Tahun ke-78, Minggu, 8 September 2024