web page hit counter
Rabu, 4 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Mari Kita Lanjutkan Perjalanan Kita

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Dalam homili pengukuhan sebagai Paus, Fransiskus mengatakan hidup menggereja ini seperti hidup dalam perjalanan. Gereja adalah umat Allah yang berziarah. Paus Fransiskus telah menyelesaikan perjalanan kunjungannya di Indonesia, dan kini melanjutkan perjalanannya ke Papua Nugini. Ini adalan kunjungan apostolik yang ke 45. Papua Nugini digambarkan oleh Kardinal Pietro Parolin, sekretaris negara Vatikan, sebagai negara dengan kekayaan sumber alam yang melimpah, namun terjebak dalam kemiskinan, korupsi, menjadi kurban kerusakan lingkungan serta eksploitasi sumber alam secara tidak adil. Maka menurutnya kunjungan Paus akan memberi harapan bagi kawanan umat di sana akan pesan dan harapan akan tanggungjawab  pada persoalan kemiskinan, keadilan dan perlindungan akan rumah kita bersama.

Paus Fransiskus menatap Terowongan Silahturahmi| Dok. Indonesia Papal Visit Committee

Sebenarnya Paus juga menyinggung hal serupa dalam kunjungannya ke Indonesia. Di tengah kekayaan alam yang melimpah, bahkan dikatakan dengan tambang emas terbesar, pemiskinan terjadi karena harmoni kehidupan tidak terjalin, rasa saling menghormati serta kerukunan tidak terbangun. Kerusakan tatanan kehidupan malah makin terjadi. Maka diingatkannya bahwa harta yang paling berharga adalah kebersamaan di tengah perbedaan. Sayang, harta berharga tersebut menguap karena adanya pemaksaan kehendak serta dominasi kepentingan mereka yang berkuasa dan punya kekuatan, sehingga mudah terjadi konflik dan bahkan kekerasan. Apalagi suku-suku asli tersebut memiliki kekayaan tradisi dan religiositas setempat, yang tidak hanya beragam namun pula tidak jarang berbenturan dengan karya-karya misi, yang mudah dipandang sebagai bentuk kolonialisasi.

Baca Juga:  Mgr. Yuwono: Menjadi Suster Berarti Sudah Disegel Setia Sampai Akhir Hayat

Paus Fransiskus disebut sebagai Paus kaum pinggiran. Bahkan dia pernah menyebut diri sebagai Paus bagi mereka yang miskin dan menderita. Maka kunjungannya ke Papua Nugini ini menjadi sesuatu yang menegaskan label tersebut. Situasi kemiskinan, ketersebaran penduduk di tengah kawasan daratan yang luas membentang, dengan berbagai suku-suku yang masih banyak berada di pedalaman. Namun persoalan ekologi yang dihadapinya sering mendatangkan bencana longsor, banjir dan bahkan kekeringan maupun kelaparan. Paus juga akan mengunjungi Vanimo, kawasan terpencil di pantai barat laut, sehingga disebut sebagai kawasan ujung batas geografis dan eksistensial, karena persoalan kemanusiaan berat yang dihadapi di sana. Menarik, kawasan ini dilayani oleh banyak misionaris dari Argentina.

Histeria massa menyambut Bapa Suci di GBK, Kamis, 5/9/2024

Bisa kita bayangkan kalau perhatian Paus Fransiskus akan persaudaraan sejati dan rumah kita bersama akan menjadi topik penting dalam kunjungan ini. Memang saat ini ada sesuatu yang salah terjadi di bumi ini, dalam cara hidup kita. Hal tersebut sudah menjadi perhatian Paus sejak lama, dan menjadi salah satu alasan kunjungannya ke Papua Nugini. Sebagai orang Amerika Latin, yang mengalami dari dekat persoalan di kawasan Amazon, dia memahami dampak dari kerusakan alam dan eksploitasi lingkungan, maka Paus pun memberi perhatian bahwa dampak perubahan iklim sangat dirasakan di Papua Nugini.  Persoalan hak asasi manusia, yang tidak bisa dipisahkan dari krisis ekologi telah pula menjadi fokus perhatian pastoral Gereja, karena kemudian kemiskinan dan tingkat pengangguran meningkat tajam. Tentu kunjungan Paus akan merupakan dukungan bagi gerak Gereja akan persoalan tersebut.

Baca Juga:  Dengan Cara Apa Gereja Senantiasa Dibarui

Permasalahan yang dihadapi di sana sebenarnya tidak sangat jauh berbeda dengan persoalan yang terjadi di Papua barat: kerusakan dan eksploitasi alam, kemiskinan, dan peminggiran suku-suku asli oleh kekuatan-kekuatan dari luar. Beberapa minggu lalu ada seorang kepala suku dari Papua Nugini datang kepada Paus di Roma. Tentu pembicaraannya seputar issu lingkungan dan kehidupan suku-suku asli yang seringkali semakin terpinggirkan, terutama dengan alasan pembangunan dan kemajuan. Bisa kita bayangkan persoalan ini akan juga diangkat dalam kunjungan ini. Tentu persoalan lingkungan yang rusak dan kehidupan suku-suku asli, kaum pribumi, yang sering makin terjepit bukan saja persoalan yang dihadapi di Papua Nugini maupun Papua bagian Indonesia, di berbagai kawasan lain hal tersebut ditemukan pula, sebagaimana kita bisa menyimaknya dalam sinode kawasan Amazon maupun seruan apostolik Querida Amazonia.

Paus Fransiskus mengurulurkan tangannya kepada umat di GBK.

Papua Nugini adalah negara dengan mayoritas Kristiani, terutama Protestan. Jumlah umat Katolik diperkirakan sekitar 2,5 juta, dalam ketersebaran tempat tinggalnya. Gereja Katolik banyak terlibat dalam karya pendidikan. Maka perhatian akan pendampingan kaum muda menjadi salah satu prioritas penting Gereja. Paus Yohanes Paulus II pernah dua kali berkunjung ke sana, di tahun 1984 dan 1995, antara lain saat beatifikasi Pietro To Rot, seorang katekis awam yang menjadi martir saat penjajahan Jepang di masa Perang Dunia II. Praktis tatanan kehidupan menggereja barulah perlahan terbangun setelah usainya perang tersebut. Papua Nugini pun dalam kancah global, bahkan Gereja, kurang terdengar, maka bisalah disebut sebagai kawasan pinggiran, dengan persoalan kemiskinan berat. Kita mengenal Paus Fransiskus memberi perhatian akan kawasan-kawasan pinggiran, sebab dia adalah gembala yang mencari. Selain itu diberitakan bahwa kawasan ini juga menghadapi tantangan dari beberapa kelompok fundamentalis Kristiani, yang pernah berusaha mengubah konstitusi dengan memasukkan doktrin Kristiani di dalamnya. Gereja Katolik menentang upaya ini.

Baca Juga:  Urgensi Pendidikan Anak dalam Keluarga
Paus Fransiskus menyapa umatnya di GBK, Kamis, 5/9/2024 sebelum Misa Kudus.

Kardinal John Ribat, MSC, Uskup Agung Port Moresby, mengungkapkan dari tema kunjungan ini, “Lakukan kepada sesamanya, apa yang engkau inginkan mereka lakukan kepadamu”, merupakan hukum emas yang membantu kita terus membangun relasi yang berdasar pada perbuatan baik. Tema tersebut dikatakannya ditempatkan di tengah tantangan dalam membangun kehidupan bersama yang damai, damai dengan sesama dan dengan alam ciptaan. Maka dia mengharapkan kunjungan Paus Fransiskus merupakan sesuatu yang positif bagi tumbuhnya harapan, dalam memnangun Papua Nugini, dalam semangat kasih, kedamaian dan pengampunan.

T. Krispurwana Cahyadi, SJ
Teolog, tinggal di Girisonta, Jawa Tengah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles