web page hit counter
Minggu, 17 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Komunitas Marginal Sambut Paus Fransiskus di Nunsiatura Apostolik

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Suasana haru dan bahagia menyelimuti sebuah ruangan di Kedutaan Besar Vatikan untuk Indonesia, atau Nunsiatura Apostolik Indonesia, yang terletak di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, pada Selasa (03/04/2024) siang.  

Puluhan pengungsi, orang jalanan, penghuni panti werdha, dan anak-anak panti asuhan menyambut Paus Fransiskus, yang tiba di sana tak lama sesudah mendarat di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, setelah menempuh perjalanan dengan pesawat komersil ITA Airways selama sekitar 13 jam dari Bandar Udara Internasional Fiumicino, Roma, Italia.

James Suthaharan saat diwawancarai tim HIDUP di Rumah Komunitas Sant’Egidio seusai pertemuan dengan Paus Fransiskus (HIDUP/Guntur Liem)

“Tadi kami bertemu Paus Fransiskus. Kami gembira sekali meski kami menunggu agak lama di dalam (ruangan). Kami tiba di sana sekitar pukul 10:00 WIB. Ketika Paus Fransiskus datang, kami semua bertepuk tangan,” ujar Koordinator Komunitas Sant’Egidio Indonesia, Diakon Permanen Tarsisius Erlip Vitarsa.

“Kami semua terharu, khususnya teman-teman pengungsi. Mereka melihat ini sebagai kesempatan yang sangat jarang (terjadi) dalam kehidupan mereka. Dan ini suatu berkat karena mereka mengalami kesulitan selama tinggal di Indonesia.”

Komunitas Sant’Egidio adalah salah satu komunitas yang mendapat kesempatan untuk menyambut Paus Fransiskus di Nunsiatura Apostolik Indonesia. Sebanyak 22 orang – 10 pengungsi asal Somalia dan Sri Lanka, tiga penghuni Panti Lansia Santa Anna, enam orang jalanan, dan tiga pendamping – masuk dalam rombongan ini.

Salah satunya adalah James Suthaharan. Pengungsi beragama Katolik asal Sri Lanka ini mengungsi ke Indonesia sejak tahun 2012. Ia membawa serta keluarganya – istri dan dua anak. 

“Ini adalah sebuah kesempatan yang diberikan oleh Komunitas Sant’Egidio. Hari ini saya bertemu Bapa Suci. Bagi saya, ini sebuah mukjizat. Saya menderita kanker tiroid sejak 10 tahun lalu. Saya merasa enteng ketika Paus Fransiskus memberkati saya dengan menyentuh kepala saya,” tuturnya.

Ia berharap, mukjizat juga akan terjadi terhadap dirinya dan pengungsi lain sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan yang layak di masa yang akan datang di negeri yang mereka huni saat ini.

Samsu Hadi Marse saat diwawancarai tim HIDUP di Rumah Komunitas Sant’Egidio seusai pertemuan dengan Paus Fransiskus (HIDUP/Guntur Liem)

Samsu Hadi Marse, seorang pemulung, mengungkapkan perasaan yang sama.

“Saya seorang Muslim. Saya baru pertama kali bertemu Paus Fransiskus. Saya merasa sangat terharu, terhormat. Mengapa? Saya orang susah, tapi kok tiba-tiba bertemu pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia. Saya bisa menyalami dan mencium tangan beliau. Kalau tadi tidak ada orang banyak di ruangan, saya mungkin menjerit, menangis. Saya sangat terharu,” kenangnya.

Baginya, Paus Fransiskus adalah seorang pemimpin yang rendah hati. 

“Jangankan bersalaman, melihat saja saya sudah bahagia, terharu, senang. Ini pengalaman buat saya untuk menghormai umat beragama lain,” ujarnya.

Katharina Reny Lestari

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles