web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Temu Keluarga Katolik UI, ITB, dan UNPAD: untuk Menghidupkan Semangat Persatuan, Solidaritas dan Subsidiaritas Lintas KMK

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Situasi dan perkembangan masyarakat saat ini semakin menunjukkan betapa kolaborasi dan kesatuan kaum muda akan dapat melakukan perubahan positif. Meskipun pada kenyataannya masih sering dijumpai tawuran atau bentrokan antar siswa, bahkan kekerasan yang saling mencederai.

Kehadiran Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) merupakan sebuah wadah yang strategis bagi para mahasiswa untuk bersinergi mengembangkan program-program karakter dan kepemimpinan yang berbasis iman Katolik yang inklusif.

KMK telah berkembang di universitas-universitas negeri maupun swasta. KMK UI sendiri telah berusia lebih dari 40 tahun. Pada awalnya, umat Katolik di UI tergabung dalam POSA (Persatuan Oikoumene Sivitas Akademika) UI. Pada tahun 1983 umat  Katolik di UI memisahkan diri dan membentuk  KUKSA UI (Keluarga Umat Katolik  Sivitas Akademika Universitas Indonesia). Kantor pertama KUKSA UI berada di Kramat 7 dengan Romo Ismartono, SJ sebagai romo  moderator hingga tahun 1993.

Pada saat Kampus UI pindah ke Depok, lokasi KUKSA UI juga berpindah ke Wisma Sahabat Yesus (Wisma SY), di Jalan Margonda Depok. Wisma SY menjadi rumah yang hangat bagi para mahasiswa UI Katolik dan juga bagi para mahasiswa dari Universitas-Universitas lainnya. Di sini mereka mengasah kepekaan diri dan kemampuan berorganisasi.

Pada tahun 1999, terjadi perubahan organisasi kemahasiswaan di UI. Semua  organisasi diharuskan menjadi UKM. Sejak saat  itulah KUKSA UI berubah nama menjadi KMK UI (Keluarga  Mahasiswa Katolik Universitas  Indonesia).

Pada 2010, Prof Adrianus Meliala memotori Misa Sivitas Akademika UI yang berlangsung antar kampus setiap dua bulan. Penggeraknya adalah para dosen di fakultas tempat misa diadakan. Itulah cikal-bakal Paguyuban Dosen UI Katolik yang terus bertahan hingga sekarang. Selanjutnya, di tahun 2020 lahir Alumni UI Katolik (Alumnika UI) yang kebanyakan adalah mantan mahasiswa yang rutin mengunjungi Kramat 7 atau Wisma SY pada zaman mereka masih mahasiswa. Mathilda AMW Birowo terpilih menjadi Ketua Umum pertama Alumnika UI, dan Romo R. Bambang Rudianto, SJ sebagai Moderator untuk Alumnika UI. KMK UI, dan Paguyuban Dosen UI.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Lebih baik dan lebih kuat

Sabtu, 31 Agustus 2024 KMK UI, ITB (Institut Teknologi Bandung), IPB (Institut Pertanian Bogor) dan UnPad (Universitas Padjajaran) menyelenggarakan Temu Keluarga Katolik dengan melibatkan para mahasiswa, dosen dan alumni dari berbagai Perguruan Tinggi dan Organisasi.

Pertemuan yang diselenggarakan di Wisma SY Depok ini bertujuan untuk menghidupkan semangat persatuan, solidaritas dan subsidiaritas lintas KMK. Selain itu guna membangun silaturahmi dan jejaring antar KMK dalam mengoptimalkan momentum Bonus Demografi untuk membangun  Sumber Daya Manusia muda yang kompeten, berdaya saing global sekaligus peduli.  Kegiatan yang dihadiri oleh 160 peserta ini diawali dengan Talkshow bertema “Bersama Menjadi Lebih Baik dan Lebih Kuat”.

Dua orang narasumber yang ditampilkan yakni Prof. Manneke Budiman, Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI dan Veronica Angelina Windy Hapsari,  seorang muda berprestasi yang beprofesi sebagai konsultan Risk Advisory di Deloitte Konsultan Indonesia. Bertindak sebagai moderator adalah Marsha Adara, professional muda yang berkarya di Google Indonesia.

Prof. Manneke mengulas tentang Pergaulan, Mental Health, Budaya Kekerasan dalam Komunitas. Tantangan yang dihadapi kaum muda saat ini tidaklah kecil. Seringkali mereka merasa sendiri di tengah keramaian lingkungannya. Peran sosial media dan kemajuan teknologi  informasi telah memperkecil ruang pribadi seseorang (privacy). Kualitas hidup makin berkurang karena banyak peran tergantikan oleh teknologi modern dan kehangatan dalam keluarga juga berkurang.  Menurut Ketua Departemen Ilmu Susastra, FIB UI ini, kaum muda perlu secara cerdas menggunakan teknologi untuk memperluas jejaring, mempermudah melakukan riset dan bertemu dengan orang-orang baru guna mengembangkan jejaring bukan sekedar mencari kawan lama atau keluarga yang telah dikenal.

“Dengan demikian kita dapat berjejaring secara global, ‘memasarkan’ kompetensi diri serta mampu bersaing secara internasional. Dalam hal ini kemandirian diperlukan bukan sekedar agar tidak membebani orang lain tetapi juga menjadikan kita mampu menolong orang lain,” tambahnya.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Peka terhadap lingkungan

Sementara itu Veronica Windy yang juga dosen di Fakultas Ilmu Adinstrasi UI ini mengemukakan topik Generasi Sehat dan Peduli untuk Indonesia Emas. Puteri Indonesia Berbakat 2023 ini menekankan pada bagaimana sebagai kaum muda perlu mempersiapkan diri mengisi Bonus Demografi agar sungguh mewujudkan Indonesia Emas.

Kemajuan teknologi AI seyogyanya digunakan dengan bijak terutama dalam kaitan pembuatan tulisan-tulisan ilmiah, mencari sumber-sumber acuan yang aktual, atau berdiskusi jarak jauh dan mencari teman-teman yang memiliki minat yang sama.

Di samping itu Windy yang aktif di Catholic Fellowship Jakarta (CFJ) sebagai pemazmur ini menghimbau agar adik-adik mahasiswa lebih peka terhadap lingkungan sekitar, berkegiatan sosial serta melayani di gereja. Penting juga untuk memilih komunitas yang dapat memberi nilai postif bagi perkembangan diri. “Saya senang menjadi ikan kecil diantara ikan besar agar selalu memiliki passion untuk berkarya lebih baik dan melihat leader yang dapat menjadi panuta,” jelas perempuan yang hobby menyanyi dan bermain musik ini.

Pengalamannya dalam melakukan advocacy matematika di Papua telah berhasil mengajak para siswa untuk memiliki pola pikir, melihat matematika bukan hanya hitung-hitungan semata tetapi juga analisis. “Ternyata adik-adik di Papua tak kalah pintar dengan di kota besar. Banyak dari mereka yang menerima beasiswa studi di luar negeri namun kembali ke untuk membangun daerahnya,” ungkap Puteri Indonesia Best Advocacy (Mathematics for Nation).  Mengatur waktu secara tepat dan memiliki komitmen serta kemandirian menjadi unsur untuk meraih kesusesan.

Windy mengaku, mengajar piano selain hobby tetapi juga melalui honor yang diperoleh mampu  membiayai kuliah S2 nya di UI. Kemandirian diperlukan agar dapat berbuat sesuatu kepada orang lain dan meningkatkan networking.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Rumah sendiri

Pertemuan ini dilanjutkan dengan Misa Konselebrasi oleh Romo Rudianto, SJ (Moderator KMK, Paguyuban Dosen dan Alumni Katolik UI) dan Romo Ismartono, SJ. Menurut keduanya Wisma SY memiliki kenangan tersendiri khususnya bagi para mahasiswa/i yang kemudian menemukan jodohnya di sana. Dalam sambutannya, Romo Rudianto juga menyebutkan bahwa perkembangan phisik Wisma SY adalah upaya bersama,

“Saya mengajak para mahasiswa untuk turut membangun, mengecat, memasang lantai dan sebagainya. Mereka senang dan Wisma SY menjadi seperti rumah sendiri,” jelasnya.

Ditambahkan pula bahwa fasilitas-fasilitas di Wisma telah berkembang demikian rupa dan seringkali digunakan oleh komunitas-komunitas di luar mahasiswa untuk retret atau kegiatan lainnya dimana tersedia kamar yang dapat menampung 80 orang serta sarana studio rekaman. Romo yang sebelumnya menjadi Direktur Sanggar Prathivi ini juga mengembangkan berbagai program kepedulian antar mahasiswa diantaranya makan siang seharga Rp. 5.000,- juga perangkat mandi murah dengan harga minim melalui pendekatan subsidi silang.”Mahasiswa boleh makan sepuasnya di kantin yang dibuka dari pagi hingga sore hari,” jelasnya.

Romo Ismartonoyang juga mendampingi Sahabat Insan mengungkapkan bahwa para mahasiswa bahkan alumni yang tergabung dalam KMK akan selalu merasa ada kebersamaan yang saling meneguhkan.

“Terutama jika mereka menghadapi tantangan untuk melakukan sesuatu yang tidak benar atau dianggap dosa, maka mereka akan saling mengingatkan satu dengan lainnya untuk kemudian terhindar dari perbuatan yang salah,” katanya.

Romo Ismartono yang seringkali diminta membawakan misa pemberbekatan nikah bagi anak-anak didiknya, dengan berkembangnya waktu  kini memberikan pemberkatan nikah kepada ‘cucu-cucu’nya. Kedua Romo sama-sama berharap agar para mahasiswa dapat menjalin kerjasama dan jejaring saat ini maupun nanti ketika sudah lulus dan menduduki posisi-posisi penting dalam masyarakat. Mereka juga mengakui akan sangat baik jika mereka bisa menemukan jodohnya dalam komunitas Katolik.

Mathilda AMW Birowo

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles