web page hit counter
Kamis, 19 September 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Workshop Penerapan Teknologi dalam Pembuatan Awetan Tumbuhan (Herbarium) dan Awetan Hewan (Taksidermi) di SMA Tarakanita Magelang

4.4/5 - (23 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Proses pembelajaran pada kurikulum merdeka menawarkan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang nyata dan bermakna bagi kehidupan mereka. Berbagai kegiatan proses pembelajaran disajikan dalam bentuk proyek, seperti pembelajaran P5 dengan tema Rekayasa Teknologi bagi peserta didik kelas XII SMA Tarakanita Magelang.

Salah satu proyek yang dirancang dalam penerapan pembelajaran P5 Rekaya Teknologi adalah “Workshop Pengawetan Hewan dan Tumbuhan”. Workshop ini dibawakan oleh Ruswita Prawida Lestari. Acara dihadiri oleh seluruh peserta didik kelas XII dan bapak-ibu guru pendamping.

Menurut Joko sebagai guru koordinator P5 kelas XII, workshop ini perlu diangkat dan di implementasikan oleh peserta didik dikarenakan ada dua hal.

Pertama, Pelestarian Keanekaragaman Hayati (SDG 15: Life on Land) Teknik pengawetan tumbuhan dan hewan, terutama serangga, penting untuk dipelajari oleh siswa SMA Kelas XII karena membantu dalam pelestarian keanekaragaman hayati. Dengan memahami cara mengawetkan spesimen biologis, siswa dapat mempelajari dan mendokumentasikan keanekaragaman hayati secara lebih mendalam. Ini sejalan dengan tujuan SDG 15, yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan berkelanjutan ekosistem darat, termasuk mencegah hilangnya keanekaragaman hayati.

Peserta didik SMA Tarakanita Magelang membuat cairan khusus yang digunakan dalam proses pengawetan hewan dan tumbuhan.

Kedua, Pemanfaatan Teknologi untuk Pendidikan dan Penelitian (SDG 4: Quality Education) Mempelajari teknik pengawetan ini memberikan siswa pemahaman praktis tentang pemanfaatan teknologi dalam pendidikan dan penelitian ilmiah. Hal ini meningkatkan literasi sains dan keterampilan teknis mereka, yang penting untuk mencapai SDG 4 terkait pendidikan berkualitas. Dengan kemampuan ini, siswa dapat lebih siap berkontribusi pada penelitian ilmiah yang mendukung keberlanjutan ekosistem dan inovasi teknologi di masa depan.

Workshop tersebut dimulai dengan pertanyaan pemantik sebagai interaksi di awal, seperti “satu kata yang terlintas tentang teknik pengawetan dan hewan”, “apakah kamu pernah melakukan pengawetan tumbuhan atau hewan?”, dan “apa manfaat dari pengawetan?”. Setelah itu dilanjutkan dengan penyampaian manfaat dari pengawetan hewan dan tumbuhan dan korelasinya dengan SDGS (Sustainable Development Goals).

Dengan melihat tujuan utama dari SDGS yaitu pembangunan berkelanjutan melalui gerakan mempelopori kesejahteraan hidup sekaligus merawat lingkungan sekitar secara berkesinambungan. Sejalan dengan tujuan tersebut terlebih pada poin ke 15 “life on land” (ekosistem daratan). Memiliki tujuan melindungi, merestorasi, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan. Selain itu, dapat mengelola hutan secara lestari, menghentikan dan memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kepunahan keanekearagaman hayati. Melalui kegiatan teknik pengawetan hewan dan tumbuhan ini dapat ikut serta dalam mengimplementasikan nilai dari SDGS itu sendiri.

Selanjutnya narasumber yang biasa disapa dengan Ibu Ruswita menjelaskan macam-macam pengawetan hewan dan tumbuhan di antaranya herbarium dan taksidermi. Herbarium merupakan istilah yang lebih dikenal untuk pengawetan tumbuhan. Material yang sudah diawetkan disebut dengan istilah spesimen herbarium.

Sedangkan taksidermi merupakan merupakan istilah pengawetan untuk hewan pada umumnya dan biasanya dilakukan terhadap hewan yang berukuran relatif besar dan hewan yang dapat dikuliti termasuk beberapa jenis reptil, burung, dan mamalia. Organ dalam dikeluarkan dan kemudian dibentuk kembali seperti bentuk asli ketika hewan tersebut hidup (dikuliti, hanya bagian kulit yang tersisa).

Dengan kata lain taksidermi merupakan pengetahuan tentang skinning (pengulitan), preserving (pengawetan kulit), stuffing (pembentukan), dan mounting/opzet/pajangan (penyimpanan sesuai kondisi waktu hidup).

Kemudian Ruswita juga menjelaskan cara pengawetan bisa dibedakan menjadi dua di antaranya, herbarium kering yang cara pengawetannya dengan dikeringkan, dan herbarium basah cara pengawetan dengan disimpan dalam larutan pengawet seperti alkohol 70%, formalin 4 %, atau FAA (larutan yang terdiri dari formalin, alkohol, asam asetat glasial, dengan formula tertentu).

Sebagai tambahan informasi bahwa dari bahan tumbuhan yang sering dijadikan herbarium basah ialah bahan-bahan yang mempunyai sifat-sifat, ukurannya tidak terlalu besar dan merupakan bahan tumbuhan yang berasal dari jenis-jenis tumbuhan yang hidup di air atau mempunyai kadar air yang tinggi, seperti misalnya ganggang dan jamur. Narasumber membagikan cara pembuatan awetan kering dan basah beserta dengan alat dan bahan yang digunakan.

Setelah peserta didik mengetahui cara pembuatan awetan tumbuhan dan hewan secara kering dan basah, Ruswita mengajak untuk melalukan simulasi teknik pengawetan hewan dan tumbuhan dengan menggunakan tumbuhan Pakis (Athyrium filix-femina) dari proses pengeringan sampai pelabelan nama spesies.

Tidak hanya tumbuhan, Ruswita juga sudah menyiapkan sampel hewan untuk diawetan yang terdiri dari capung, kupu-kupu, dan belalang yang dimatikan dengan cara memberikan larutan klorofom. Selain awetan kering pada simulasi tersebut juga dijelaskan pembuatan awetan basah dengan menggunakan tumbuhan Hydrilla yang dimasukkan ke dalam larutan FAA yang sudah disiapkan dengan formula tertentu.

Di akhir sesi, Ruswida mengajak peserta didik untuk merefleksikan kegiatan yang sudah berlangsung dengan memberikan pertanyaan “Hal menarik apa yang kamu dapat?”, dengan melihat respon siswa, hampir semua siswa mengatakan bahwa teknik pengawetan hewan dan tumbuhan itu sangat menarik, ada juga yang mengatakan bahwa ini pengalaman pertama mereka mengetahui pengawetan hewan dan tumbuhan.

Vito, siswa kelas XII.2, menyampaikan bahwa dia sangat menikmati pemaparan materi yang disampaikan dan simulasi praktiknya dikarenakan sesuai dengan jurusan yang diambil sehingga hal tersebut sangat menarik untuk dipelajari, khususnya pengawetan hewan (taksidermi).

Vensa, siswi kelas XII.3, mengatakan bahwa selama workshop, dia sangat tertarik dan penasaran dengan tema yang diangkat yaitu “Pengawetan Hewan”, dikarenakan hal tersebut cukup asing, seperti melakukan praktikum dan kontak fisik dengan hewan. Penyampaian materi sangat jelas dan sangat interaktif. Dari workshop tersebut, belajar banyak hal seperti mengetahui istilah dan tata cara taksidermi dan herbarium.

Ruswida berharap teknik pengawetan hewan dan tumbuhan ini bisa benar-benar di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai perwujudan value proposition SMA Tarakanita Magelang yaitu Leading in Science. (fhs)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles