HIDUPKATOLIK.COM – Sabtu sore, 24 Agustus 2024, Tugu Adipura Bandar Lampung menjadi ajang pertemuan lintas agama dan lintas budaya.
Ini adalah acara Festival Seni Budaya Lintas Agama yang digelar oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung. Acara ini diikuti oleh berbagai agama di Indonesia: Islam, Protestan, Katolik, Budha, Hindu dan Konghucu. Peserta yang terlibat pun mencapai sekitar 2.500 orang dari 20 Kecamatan di Bandar Lampung.
Menurut Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana saat membuka acara ini, kegiatan ini merupakan kali pertama di Pulau Sumatera. Ia berharap festival ini dapat menjadi wadah persatuan bagi masyarakat Bandar Lampung yang multietnis dan multireligius.
Partisipasi
Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) dan Kerawam Keuskupan Tanjungkarang turut berpartisipasi di dalam parade ini. Total peserta Katolik yang bergabung dalam FKUB Katolik ini mencapai sekitar 150 orang, terdiri dari para suster HK dan FSGM, umat dari berbagai stasi dan ormas seperti: WKRI, PMKRI, Vox Point, Lagio Maria, dan Orang Muda Katolik.
Kontingen dari FKUB Katolik ini bertema: ‘Kasula’. Ada tiga atribut yang digunakannya. Pertama, patung Bunda Maria yang dihiasi dengan bunga-bunga mawar merah yang dibawa dengan tandu. Patung Bunda Maria ini merupakan devosi kepada Bunda Maria. Selain itu, ucapan syukur karena Bunda Maria senantiasa melindungi dan mendoakan anak-anaknya. Kedua, kasula sebagai pakaian resmi dalam Perayaan Ekaristi. Ketiga, bendera Keuskupan, bendera devosi, bendera ormas-ormas Katolik. Selain itu, tulisan-tulisan yang mengajak untuk membangun kerukunan dan damai dengan sesama.
Membangun persaudaraan
Koordinator Pelaksana Festival Seni Budaya Lintas Agama Kota Bandar Lampung 2024 Agustinus Warso mengatakan tema yang diusung oleh Kontingen FKUB Katolik ini adalah ‘Membangun Persaudaraan Sejati.’ Tema ini merujuk bahwa hidup beriman kepada Allah yang tidak kelihatan harus nampak kepada perlakuan dan keinginan hidup rukun dengan tetangga dan masyarakat. “Adalah orang munafik yang menyatakan dirinya beriman tetapi tidak mau rukun dengan tetangganya,” kata Agustinus. Selain itu, orang Katolik adalah warga Indonesia yang memiliki tanggungjawab yang sama untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.
Harapan
Setiap insan pasti ingin hidup damai dan bersaudara. Begitu pula ungkapan Agustinus Warso. Festival ini hendaknya hidup rukun beragama terwujud dalam berbagai aspek kehidupan baik yang bersifat rutin mau pun terkait dengan pendirian tempat ibadah.
“Semoga masing-masing agama semakin terbuka, memiliki jiwa saling menghormati dan menghargai. Akhirnya, pembangunan di Bandar Lampung bisa menghasilkan masyarakat yang sejahtera, aman, damai, tenteram,” imbuh Agustinus.
Ketua Komisi HAK dan Kerawan Keuskupan Tanjungkarang Pastor Philipus Suroyo memberikan apresiasi kepada para rasul awam umat Katolik yang terlibat dalam karnaval lintas budaya dan agama ini.
Dengan momen ini ia berharap semakin tumbuhya rasa naionalisme dan toleransi. Terciptanya persaudaraan, perdamaian, dan harmoni di tengah keberagaman. “Perbedaan itu bukan suatu ancaman tetapi sebuah anugerah serta berkat dari Allah yang patut kita syukuri dan kita rayakan bersama,” ujarnya.
Parade ini, kata Pastor Roy panggilan akrabnya, juga menjadi ajang untuk mengungkapkan bahwa kami sungguh-sungguh Katolik 100 % sekaligus 100 % Indonesia. “Kami ingin mengungkapkan keberimanan dan keberagaman dalam konteks Indonesia yang kaya dengan budaya, kearifan lokal, dan nilai-nilai yang tumbuh yang dibawa oleh tradisi-tradisi yang ada. Dengan karnaval ini kami juga mau bersama dengan yang lain bahwa mereka adalah sahabat, saudara, rekan peziarahan, rekan musafir yang sama-sama berjuang menuju tujuan yang sama yakni: syalom, damai, dan menuju kebersatuan Tuhan Yang Maha Esa.
Sr. M. Fransiska FSGM dari Lampung