web page hit counter
Selasa, 17 September 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Uskup Agung Ende yang Baru, Melangkah dengan Iman, Menginspirasi dengan Kasih

4.3/5 - (6 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – GEMURUH tepuk tangan umat memenuhi Katedral Kristus Raja Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Mereka tengah merayakan momen pembacaan surat dari Nuncio Piero Pioppo di Jakarta yang berisi penunjukan Uskup Agung Ende baru. Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Ende (KAE), Yosef Daslan Moang Kabu, memimpin upacara pengumuman pada Sabtu, 25/5, yang mengakhiri masa sede vacante KAE sejak wafatnya Mgr. Vinsensius Sensi Potokota pada November lalu. Keputusan resmi Takhta Suci memilih Paulus Budi Kleden, SVD, telah menjawab doa-doa dan mengakhiri enam bulan penantian penuh harap umat KAE. Sorak gembira pun ramai memenuhi media sosial.

Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD dikenakan mitra oleh Penahbis Utama, Mgr. Piero Pioppo di Katedral Ende, Kamis, 22/8/2024.

Banyak pihak yang tak menyangka pemimpin Serikat Sabda Allah (SVD) sejagad, Pastor Paulus Budi Kleden, SVD akan terpilih untuk mengisi posisi tersebut. Pengumuman penunjukan ini datang ketika Pastor Budi tengah dalam pelaksanaan Kapitel Jenderal SVD ke-19 di Roma, Italia. Sejak tahun 2012, Pastor Budi telah menjadi anggota Dewan Jenderal SVD yang berkedudukan di Roma. Enam tahun berselang, dia diangkat menjadi Superior Jenderal SVD, mengokohkan pengaruh dan kepemimpinannya dalam Gereja Katolik global.

Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC menyambut Mgr. Paulus Budi Kleden SVD dalam kolegialitas para Uskup di KWI.

Tukang Kayu

Pastor Budi, imam SVD Provinsi Ende ini, lahir pada 16 November 1965 di tengah keluarga yang hangat di Waibalun, Flores Timur, sebuah wilayah dengan tradisi kekatolikan yang sangat kuat. Ayahnya, Petrus Sina Kleden, adalah tukang kayu yang sangat memengaruhi Budi. Darinya, Budi menjadi gemar bertukang kayu. Sore hari ketika sang ayah pulang dari bengkel, Budi akan dengan semangat mengerjakan sesuatu secara kreatif dari bahan-bahan pertukangan yang dibawa, mulai dari pemahatan hingga pemasangan.

Mgr. Paulus Budi Kleden SVD menyampaikan sambutan setelah ditahbiskan menjadi Uskup Agung Ende di Katedral Ende, Kamis, 22/8/2024.

Kendati berprofesi sebagai tukang kayu, ayahnya adalah figur yang dihormati di kampung, sering menjadi penyelesai masalah dalam suku dan masyarakat. Sebagai penengah, sang ayah mempunyai kecakapan untuk mendengarkan berbagai pihak untuk mengambil keputusan yang bijak. Menurut kakak sulung Budi, Simon Kleden, Budi belajar menjadi pendengar yang baik dari sang ayah. Hobi sang ayah membaca koran pun memupuk hobi membaca Budi.

Budi Kleden kecil membantu sang ibu menenun.

“Kami tidak punya koran sendiri, tetapi seorang tetangga yang adalah guru, sering membawa koran dari sekolahnya. Pada hari Minggu, Bapa menghabiskan waktu dengan membaca koran. Saya juga ikut membaca. Waktu itu, buku merupakan barang langka,” kenang Budi dalam wawancara dengan HIDUP, 18/7/2024.

Budi tumbuh dalam keluarga yang disiplin. Kondisi ini melatihnya bekerja sejak kecil. Kakak perempuan Budi, Gabriela Kleden, mengatakan, selain membantu ayah bertukang, Budi juga kerap bekerja di ladang dan membantu ibu mereka, Dorotea Sea Halan, menenun kain sarung. Dorotea adalah ibu rumah tangga sekaligus pendoa yang telaten. Menurut Budi, dari keluarganya dia belajar nilai-nilai seperti berserah pada Tuhan, berbagi dengan sesama, dan bekerja keras. Dia mengisahkan, setiap malam di rumah mereka selalu ada doa bersama dalam keluarga, kecuali Rabu dan Jumat karena pada kedua hari itu, keluarga-keluarga dalam Kelompok Basis St. Antonius dari Padua berdoa bersama dari rumah ke rumah.

Perjalanan Budi dengan Kelompok Remaja Don Bosco Paroki St. Ignatius Waibalun ke Ledalero, Maumere, turut meninggalkan bekas mendalam dalam pertumbuhan panggilannya. Kunjungan ke seminari tinggi SVD ini meneguhkan kerinduan Budi menjadi biarawan imam misionaris, yang sudah dia bawa sejak kecil dari pengalaman di rumah dan ketika menerima kunjungan Uskup Denpasar kala itu, Mgr. Paulus Sani Kleden, yang adalah kakak kandung dari ayahnya.

Lingkungan di Waibalun tempat Budi dibesarkan kian mengobarkan semangat panggilannya. Budi menyebutkan, hampir semua pastor di Paroki St. Ignatius adalah misionaris SVD, dan terdapat juga biara Suster Kongregasi Pengikut Yesus serta biara Frater Bunda Hati Kudus. Bengkel kayu tempat ayahnya bekerja adalah milik keuskupan dan dikepalai seorang Bruder SVD. Ada kerabatnya yang menjadi anggota Kongregasi Putri Reinha Rosari (PRR) di Larantuka. “Dari keluarga besar, kampung dan paroki, panggilan menjadi imam, biarawan dan misionaris selalu didukung,” ungkap anak kelima dari tujuh bersaudara itu.

Paus Fransiskus menyalami Pater Paulus Budi Kleden SVD saat pimpinan SVD sedunia bertemu dengan Paus di Vatikan.

Semangat belajar Budi bersama teman-temannya tertanam kuat. Di sekolah, dia termasuk anak yang berprestasi dan kerap membantu yang lain dalam belajar. Tamat SD di Waibalun, dia melanjutkan SMP di Larantuka di mana dia harus berjalan kaki sekitar 3 KM pergi dan 3 KM pulang dari sekolah. Dia lalu melanjutkan pendidikannya ke SMA Seminari San Dominggo Hokeng. Di sini, dia menunjukkan dedikasi dan semangat dalam menjalani panggilan hidupnya. Bakat kepemimpinannya ikut terpupuk ketika dia dipilih sebagai ketua OSIS.

Baik di Hokeng, maupun kemudian saat melanjutkan masa novisiat di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, setiap jelang liburan, Budi kerap menulis surat kepada ayahnya, meminta agar menyiapkan pekerjaan pertukangan baginya selama libur. “Di rumah saat liburan, pagi-pagi dia pergi ke gereja, pulang sarapan, lalu melaksanakan pekerjaan tukangnya. Jam 11 dia istirahat lalu mulai membaca,” kenang Ela Kleden, saat dijumpai di Waibalun, 21/6.

Dari Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero – kini Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero – Budi melanjutkan studi teologinya di Sekolah Tinggi Teologi St. Gabriel di Mödling bei Wien, Austria, sejak 1989. Dia lulus lalu ditahbiskan sebagai imam di Mödling dan memulai karyanya di Swiss sebagai pastor rekan sebuah paroki di Steinhausen dan kemudian di Auw. Tahun 2000, Budi meraih gelar doktor di bidang teologi dogmatik di Universitas Albert Ludwig Jerman. Dia lalu kembali ke Indonesia dan berkarya sebagai pengajar di STFK Ledalero sekaligus pembina untuk para frater calon misionaris SVD.

Tahun 2005, Budi didapuk menjadi anggota Dewan Pimpinan Provinsi SVD Ende dan pernah menjabat sebagai Wakil Provinsial SVD Ende. Di STFK Ledalero, dia menjabat Direktur Program Pascasarjana dan memberikan banyak kontribusi. Rektor IFTK Ledalero, Dr. Otto Gusti Ndegong Madung, SVD menuturkan, selain sebagai pengajar, Budi adalah penulis yang kreatif dan produktif. Budi juga turut membidani lahirnya Jurnal Ledalero dan Penerbit Ledalero.

Sebagai dosen, Otto menyebut Budi sangat menekankan pentingnya kebebasan akademik. “Tanpa kebebasan, sulit untuk mengembangkan kreativitas baik bagi mahasiswa maupun dosen,” kata Otto mengutip Budi. Dosen dan pegiat HAM itu menambahkan Budi selalu membangun diskusi yang demokratis dan dialektis dengan mahasiswa di ruang kuliah. Kontribusi ini sangat berarti bagi pengembangan akademik dan kreativitas di Ledalero.

Budi juga dikenal sebagai penulis dan kritikus sastra yang produktif. Artikel-artikelnya diterbitkan di koran lokal dan nasional, serta di luar negeri. Dia juga sering menjadi pembicara di seminar-seminar nasional dan internasional. Sebelas tahun kembali di Ledalero, Budi harus hijrah lagi ke Roma. Pasalnya, dia terpilih menjadi anggota Dewan Jenderal SVD. Kemudian pada Kapitel Jenderal SVD ke-18, Budi terpilih sebagai Superior Jenderal SVD.

Dengan Cara Hidup

Provinsial SVD Ende, Pastor Eman Embu, SVD, menyebutkan Budi memimpin terutama dengan cara hidupnya. Kesederhanaan hidup dan kedekatan dengan banyak sama saudara adalah ciri khas Budi. Dia selalu punya waktu untuk saudara-saudara SVD. “Kesetiaan Budi menjalani hidup sebagai misionaris dan religius telah menjadi suatu kesaksian yang sangat kuat, banyak sesama saudara SVD menerima dia dan rela bekerja sama dengannya,” ungkap Eman. Selama masa jabatannya, Budi mengunjungi banyak wilayah misi SVD di berbagai belahan dunia. Dengan bakat bahasa yang luar biasa, Budi berbicara dalam Bahasa Jerman, Inggris, Spanyol, Italia, dan tentu saja Bahasa Indonesia. Kemampuan ini memungkinkannya berkomunikasi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang. Tak hanya itu, Budi bahkan mengenal banyak saudara SVD dengan nama mereka masing-masing.

Uskup Agung Ende yang baru, Mgr. Paulus Budi Kleden SVD. Ia menggantikan Mgr. Vincentius Sensi Potokota yang meninggal dunia pada bulan November 2023. (Foto: Albert Wibisono)

Profil Budi sebagai teolog, pengajar, penulis, dan Superior Jenderal SVD dengan latar belakang, kerendahan hati, semangat kasih persaudaraan, serta wawasan dan pengalaman yang luas, mengantarnya kepada berbagai tanggung jawab besar dalam Gereja. Kini dia memikul tanggung jawab sebagai Uskup Agung Ende yang baru. Banyak harapan umat yang diletakkan di pundaknya, agar pada masa kepemimpinannya ada dampak positif untuk pengembangan iman umat dan perkembangan masyarakat. Tak sedikit pula yang mengharapkan agar uskup dengan latar belakang imam misionaris dan religius memberikan tempat selayaknya untuk kepentingan misi Gereja sejagad.

Mgr. Paulus Budi Kleden SVD tampak duduk di kursi (catedra) Gereja Katedral Ende.

Budi mengakui pengalaman-pengalamannya menempa kepribadiannya dan memengaruhi cara dia berpikir dan bertindak. “Saya menjalani tugas yang diberikan kepada saya seperti adanya, sebagaimana semua orang lain berusaha melaksanakan tanggung jawab apa saja yang diembankan kepada mereka,” ujarnya dengan rendah hati.

Hermina Wulohering (Kontributor dari Ledalero)

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 31, Tahun Ke-78, Minggu, 4 Agustus 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles