web page hit counter
Selasa, 17 September 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Light of Jesus Family Indonesia: Menjaring Murid

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – SATU per satu umat memasuki sebuah ruang di Gedung House of Blessing, Jakarta Barat. Di sana sebuah altar bertaplak putih telah tertata rapi, lengkap dengan dua lilin bernyala. Sementara sebuah salib dan sebuah patung Bunda Maria terletak di atas meja kecil di sisi kiri altar. Juga, sebuah layar lebar bergambar interior gereja terpampang di belakang altar, menambah suasana sakral. Tak ayal, ratusan orang, mulai anak-anak hingga dewasa, selalu memadati ruang ini setiap Sabtu sore pukul 16:00 WIB untuk merayakan Ekaristi bersama Light of Jesus Family (LOJF) Indonesia, sebuah komunitas Katolik di bawah naungan Yayasan Laksana Oase Jaya Famili dan terafiliasi dengan LOJF Filipina.

Perayaan Ekaristi biasanya berlangsung sekitar satu jam dan berlanjut dengan puji-pujian dan penyampaian firman Tuhan. Khusus anak-anak dan remaja, mereka mengikuti program bina iman di ruang terpisah. LOJF Indonesia menyebut rangkaian kegiatan ini sebagai The Feast.

David Adinata dan intro (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

“Mungkin ada pertanyaan: Kok Misa di luar paroki?’ Kami ada misi khusus untuk menjangkau teman-teman muda Katolik yang terhilang dari Gereja. Banyak yang suka ‘jajan’ ke gereja lain. Mereka melihat kemasan, sesuatu yang mungkin selama ini mereka tidak peroleh di paroki. Ini yang kami fasilitasi. Tapi kami sadar bahwa kami adalah komunitas Katolik. Itulah mengapa kami ingin mengembalikan mereka yang sudah lama tidak merayakan Ekaristi untuk kembali mengikuti Perayaan Ekaristi,” ujar David Adinata, salah satu pendiri LOJF Indonesia.

Rasa Haus

Selain David, yang akrab disapa Brother David, tiga belas orang muda Katolik lainnya turut mendirikan LOJF Indonesia pada Maret 2011. Ia dan para pendiri LOJF Indonesia, sebagian besar orang muda Katolik yang pernah bekerja atau mengenyam pendidikan di luar negeri, telah terbiasa melakukan pelayanan dalam komunitas sel (komsel) atau cell group.

“Kami sudah coba cari keliling Jakarta, Persekutuan Doa (PD) dan komunitas. Tapi enggak ada format yang fokus pada cell group. Sedangkan kami sebelumnya sudah bertumbuh dalam komsel. Itulah kenapa akhirnya kami sepakat mendirikan LOJF Indonesia, tepatnya pada 12 Maret 2011. Ada kehausan. Kami merasa sebenarnya komsel yang jadi support system kami,” ungkapnya.

LOJF Indonesia terbentuk seusai rekoleksi. Kisahnya bermula ketika dua komsel yang telah terbentuk tidak memiliki identitas. Maka mereka berkumpul dan melakukan penajaman kehendak. Kala itu ada dua opsi: masuk komunitas lain atau membentuk komunitas sendiri. Namun setelah melewati saat-saat hening, mereka memperoleh sebuah pandangan tentang bagaimana menjadi terang bagi sesama. Tak ada kata kebetulan, seorang awam yang mendampingi rekoleksi mereka belum lama pulang dari Filipina dan memperkenalkan LOJF Filipina kepada mereka. 

Umat sedang mengikuti Perayaan Ekaristi (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

“Itu jadi kayak peneguhan. Waktu masih di Surabaya, saya sendiri beberapa kali melakukan pelayanan bersama Bo Sanchez, pendiri LOJF Filipina. Jadi kami sangat setuju. Dia itu walk the talk. Itu yang kami suka. Banyak yang bisa ngomong bagus tentang Tuhan, tapi mereka belum tentu melakukan firman Tuhan begitu turun dari panggung,” imbuhnya.

Sejak berdiri hingga kini, LOJF Indonesia memiliki sekitar 60 komsel dengan lebih dari 1.450 anggota yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Mereka adalah orang muda Katolik yang belum menikah dan pasangan suami-istri (pasutri) Katolik. 

Bahkan sejak 2022 lalu, beberapa komsel beranggotakan sekitar 120 orang di Surabaya, Jawa Timur, mulai mengadakan The Feast, sebuah nama yang merujuk pada “Perumpamaan Anak yang Hilang” (Luk. 15:11-31).

Tiga Pilar

Selain The Feast, dua pilar LOJF Indonesia lainnya adalah light group dan social outreach. Light group adalah kelompok lebih kecil beranggotakan 7-12 orang yang terdiri atas anggota The Feast dan memiliki dedikasi untuk berbagi, memperkuat dan menjalani hidup bersama serta bertumbuh dalam persekutuan sebagai sebuah keluarga. Mereka bertemu sekali dalam satu minggu di rumah anggota secara bergantian. Sementara itu, social outreach merupakan sebuah divisi yang mengatur berbagai kegiatan sosial untuk melayani sesama. 

“Kami ingin ada tindakan kasih nyata. Kami sudah support program ASAK (Ayo Sekolah Ayo Kuliah) di beberapa paroki. Setiap tahun ada hampir 150 anak. Kami juga berpartisipasi dalam program Makan Siang Natal. Selain itu, ketika ada bencana alam, kami juga support. Kami kerja sama dengan LDD KAJ,” ujar David.

Tentu, ketiga pilar ini tak lepas dari visi-misi LOJF Indonesia. Visinya adalah pengembangan generasi terang Indonesia yang mengasihi Allah dan memancarkan kasih Tuhan kepada dunia. Sementara misinya adalah pemuridan, yang mencakup tiga hal yakni menjadi perpanjangan tangan Gereja untuk menjangkau dan memuridkan orang-orang yang menggereja dengan fokus karakter dan membangun relasi melalui komsel; menjalankan berbagai program yang relevan terkait musik, edukasi, dan penguatan ekonomi dan kesehatan; dan mengembangkan dan melengkapi pelayan dan pemimpin yang memancarkan kasih Tuhan dan melakukan pemuridan kembali di mana pun ia ditempatkan.

Anggota LOJF memimpin puji-pujian seusai Perayaan Ekaristi (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

“Jadi kami melakukan pemuridan. Kalau mengikuti misi dari Filipina, mereka punya kerinduan untuk memiliki satu juta anggota, berhasil melakukan pemuridan sebanyak satu juta orang. Ini cuma numbers. Tapi kami perlu numbers. Kalau bisa lebih banyak lagi yang bisa kami muridkan,” ungkapnya.

LOJF Indonesia juga menghayati enam nilai yang populer dengan singkatan HIGHER: His will and glory first, Inclusivity and loving, Generosity, Humility, Excellence over perfection, dan Relevance. 

“Kehendak dan kemuliaan Tuhan itu utama dalam hidup, menjadi komunitas yang inklusif dan terbuka untuk semua orang sesuai ajaran Gereja Katolik, belajar memberi, kerendahan hati, memiliki semangat untuk memberikan yang terbaik dan bukan mencari kesempurnaan, serta melakukan pemuridan yang relevan,” imbuhnya.

Terang Dunia

Layaknya komunitas lain, LOJF Indonesia juga berpegang pada ajaran orang kudus tertentu. Menurut David, LOJF Indonesia belajar dari Santo Yohanes Paulus II yang sangat peduli terhadap orang muda – generasi masa kini dan masa depan Gereja – dan Santa Teresa dari Kalkuta yang sangat rendah hati dan penuh kasih dalam melayani orang miskin.

Kutipan ayat Kitab Suci (Mat. 5:13-14) pun turut memperkuat komunitas tersebut. “Kamu adalah garam dunia, kamu adalah terang dunia. Garam dan terang sebenarnya berarti tidak memikirkan diri sendiri. Semakin kami dewasa dalam iman, semakin kami menyerupai Kristus. Kristus menanggalkan identitas kemuliaan-Nya, mengosongkan diri, dan mengambil rupa sebagai hamba untuk melayani. Sekali pun tindakan kami kecil, tapi kami memberi dampak luar biasa. Kami harus keluar dari ego kami,” pungkasnya.

Katharina Reny Lestari

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 31, Tahun Ke-78, Minggu, 4 Agustus 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles