web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus: Teladan Bunda Maria Zaman Ini Sangat Butuhkan

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Hari indah itu, keluarga besar Bruder Maria Tak Bernoda mengantar saudaranya untuk merayakan 25 Tahun Hidup Membiara, Bruder Videlis Suhardi MTB dan 50 tahun hidup membiara, Bruder Petrus Handoko MTB pada hari Kamis, 15//2024.

Kemudian dilanjutkan dengan Kaul Kekal Bruder Alfonsus Perangin Angin MTB dan Bruder Anselmus Marulitua Barasa MTB.

Misa kudus hari itu dipimpin langsung oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus diikuti oleh kuria Keuskupan dan beberapa imam Keuskupan Agung Pontianak.

Para Bruder MTB

Dalam perayaan itu, bertepatan pada 15 Agustus Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda atau yang sering dikenal dengan Bruder MTB mengambil nama Bunda Maria diujung nama setiap anggotanya.

Semangat Bruder MTB

Para bruder misionaris pertama ini meneladani sikap penyerahan diri Bunda Maria. Bunda Maria yang setia dan penuh dengan pengalaman pergulatan batin yang disimpan di dalam hatinya [Luk 2:54].

Para Bruder Misionaris pertama juga melaksanakan hal itu. Yang terbukti kesetiaan mereka adalah merawat karya-karya kongregasi hingga sampai saat ini masih tetap relevan.

Maka, patutlah kesetiaan mereka menjadi pembelajaran yang inspirasi bagi generasi kita saat ini. Kelima misionaris Bruder MTB itu adalah Br. Canisius, Br. Maternus, Br. Serafinus, Br. Longinus dan Br. Leo Geers. Mereka datang ke kota Singkawang pada 11 Maret 2021 sebagai tempat berkarya pertama kali.

Kita lebih mengenal semangat yang mendasar, yang menjiwai Para Bruder MTB menurut RUR 1, 1978 yang disajikan dalam buku semangat dan tujuan MTB menurut dokumen-dokumennya [Tumbarman, 1997:16] menegaskan dua semangat mendasar, yakni: “semangat dalam sejarah yang meliputi semangat beriman, sederhana, siap sedia, tekun, berani mengambil resiko, mengabdi untuk gereja dan masyarakat menurut teladan St. Fransiskus Assisi dan di bawah perlindungan St. Perawan Maria secara khusus bagi mereka yang sederhana dan membutuhkan.”

Semangat Bruder MTB di Indonesia yang sesuai dengan konteks konteks budaya maupun tradisi, yang meliputi: beriman, sederhana, peka, berani beresiko, tekun, mengabdi, disponibel, solider, persaudaraan, doa dan karya.

Semangat ini terus menjiwai pada Bruder MTB sampai saat ini. Suatu kegembiraan besar bagi para Bruder MTB dalam rangka merayakan 100 tahun kehadiran MTB di Indonesia, refleksi tentang hidup doa dan karya terus dimaknai sebagai ‘medan’ untuk menjawab tantangan zaman.

Pertanyaan refleksi yang terus menggema dalam beberapa kali pertemuan virtual adalah usai 100 tahun kebaruan macam apa yang diperlihatkan oleh Kongregasi Bruder MTB? Pertanyaan dibutuhkan jawaban bersama.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga merupakan hari yang dikhususkan untuk menghormati sang bunda Allah yang tetap perawan dan setelah menjalani perutusan di dunia, Maria ikut bersama sang Putera di Surga.

Dogma itu dikeluarkan Paus Pius XII pada 1950 sebagai ajaran Iman Katolik. Hari raya ini merupakan suatu penghormatan kepada Maria yang tetap setia berada di samping Yesus sampai wafat.

Kesetiaan itulah yang menjadi suatu kesaksian hidup Maria dalam perutusan-Nya sebagai Bunda Allah. Kesetiaan itu juga yang mampu meyakinkan Allah bahwa Ia memilih perempuan yang tepat untuk menjadi Bunda Tuhan.

Selain itu, Bunda Maria juga dikenal sebagai Bunda yang memberi kesegaran dan kegembiraanya. Bunda yang mampu mengayomi segala kalangan masyarakat. Bunda yang senantiasa bertekun dalam kerendahan hati dan menjadi ‘obat’ penenang bagi banyak orang.

Selain itu, kemurnian Bunda Maria menjadi salah satu bukti akan ketulusan hati dan kejernihan hati seorang perempuan. Ketulusan hati yang memang jarang dimiliki oleh perempuan masa itu. Ketulusan hati yang mampu mengubah persepsi perempuan sebagai sumber celaka yang telah dilakukan oleh Hawa pada kitab kejadian.

Kala itu, perempuan dilihat hanya sebagai buah simalakama. Namun, kehadiran bunda Maria menjadi oasis baru yang mengangkat perempuan bahwa mereka bukanlah bencana tapi suaka, dimana tempat kita bersimpuh untuk menerima surga dari telapak kaki sang Bunda.

Selain itu, Bunda Maria pun dikenal sebagai orang yang sederhana. Kesederhanaannya tampak ketika sang Bunda mau mengunjungi Elisabeth saudarinya yang sedang mengandung, jarak yang jauh dan dilakukan dengan berjalan kaki menghabiskan waktu hingga 3 hari.

Kala itu tidak se-modern sekarang dengan transportasi yang beragam untuk tujuan kemana pun. Jarak dan waktu sedemikian rupa tidak menyurutkan niat Maria untuk menyapa saudarinya. Maria merangkul saudarinya dari keterpurukan karena mengandung diusia tua menjadi bukti kesederhanaanya. Sederhana dalam pikiran, sikap, dan tindakan.

Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke Surga dirayakan setiap 15 Agustus, dengan tanggal tersebut menjadi tanggal kebanyakan Imam Diosesan Jakarta merayakan ulang tahun tahbisan mereka.

Bunda Maria menjadi teladan para Imam dalam menghayati kesetiaan, kesederhanaan dan kemurniaannya. Para Imam yang dalam menjalankan perutusan serta menghidupi kehidupan Imamat senantiasa bersimpuh di bawah kaki Bunda Maria untuk semakin menghidupi pelayanan di tengah umat.

Baca Juga:  Percakapan Terakhir dengan Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM
Saat seorang bruder mengucapkan prasetia.

Selain itu, Maria diangkat ke Surga juga dipakai sebagai pelindung dari paroki Katedral Jakarta dengan penghayatan dan harapan agar umat Jakarta semakin meneladani sikap bunda Maria yang mampu mengatakan “fiat foluntas tua- terjadilah padaku menurut kehendak-Mu”.

Maria adalah Bunda Tuhan Yesus Kristus, ia adalah juga Bunda kita. Bukan hanya dahulu Maria selalu menyertai hidup Yesus, sekarang pun Maria selalu menyertai hidup kita juga, yang berusaha menghayati hidup kita menurut ajaran dan teladan Yesus puteranya. Maria adalah tanda harapan yang murni bagi segenap umat yang percaya dan melakukan apa yang dilakukan puteranya itu.

Hidup dalam dunia

Dalam Homilinya, Uskup Agustinus mengatakan bahwa dalam dunia banyak orang mudah menjadi angkuh dan sombong. Menurutnya itulah kenyataan yang tidak bisa dihindari.

“Hidup di dunia ini, orang mudah menjadi angkuh dan mudah menjadi sombong. Kecantikan juga bisa membuat orang angkuh, sebaliknya,” kata Uskup Agustinus.

Uskup Agustinus juga menerangkan situasi “fakta pengalaman” Bunda Maria sebenarnya untuk menunjukkan kepada manusia bahwa siapapun adalah manusia yang sangat berharga di hadapan Tuhan.

“Pada diri kita yang saat ini, ada kecenderungan ingin dihargai, ingin juga dihormati bahkan dengan cara yang tidak benar. Orang yang ingin dihargai-kan, dia pikir dengan kekayaan dia bisa dihargai orang? Itulah Dunia,” ujarnya.

Uskup Agustinus juga menggarisbawahi bahwa dengan cara itulah, orang kecil tidak pernah diberikan kesempatan dan tidak pernah juga diberikan hak yang sama dengan yang lain. Baginya itulah tantangan.

Bahwa godaan-godaan seperti itu ada dalam diri kita, lanjut Uskup Agustinus: “Tapi ingatlah bahwa Bunda Maria mengalami hal yang istimewa, orang kecil namun sikap seperti Bunda Maria bisa kita lakukan.”

“Mulai dari hal yang kecil, yakin dan jika kita lihat bahwa orang yang sederhana-pun dipakai oleh Tuhan,” tambah Uskup Agustinus.

Anugerah Tuhan

“Kami disini, merupakan anugerah Tuhan yang diberikan Tuhan kepada kami,” kata Bruder Alfonsus MTB saat menyampaikan sambutan hari itu.
Dia mengungkapkan bahwa, mereka menyadari betul selesai kaul kekal bukan berarti selesai semuanya. Tetapi tetap harus berjuang untuk setia dan bertekun dalam menjalani panggilan.

“Seperti yang telah ditunjukkan dari saudara kami, Bruder Videlis MTB yang merayakan hidup membiara 25 tahun dan Bruder Petrus MTB yang merayakan hidup membiara 50 tahun dan dengan teladan mereka kami mencoba untuk belajar dari kesetiaan seumur hidup kami,” kata Bruder Alfonsus MTB.

Baca Juga:  Sinergi Gereja dan Negara: Menghidupkan Iman, Humanisme, dan Kepedulian Ekologis

Sejalan dengan itu, Bruder Anselmus MTB juga menyampaikan tentang sebuah syair yang dia tuliskan. Dalam kesempatan itu dia mengatakan bahwa, perjalanan bukan hanya sekedar melangkah tetapi lebih dari itu ada suka dan duka, ada canda tawa serta perjuangan untuk sesuatu yang dituju.

“Dalam doa dan refleksi, memampukan kami melangkah dengan pasti walaupun dalam perjalanan jatuh dan bangun tetapi tetap bangkit untuk mencapai pada tujuan mulia setia bersama Yesus,” kata Bruder Anselmus MTB.

Bruder Anselmus MTB menggarisbawahi bahwa dalam kerapuhan, kelemahan bahkan kehampaan, membuat jalan mereka tak berdaya dan terombang-ambing dalam kehidupan.

“Itu semua tak membuat kami goyah dan menyerah, namun kami semakin dikuatkan dengan pengalaman itu dan semakin didewasakan dalam melangkah dengan pasti,” tuturnya.

Mereka berdua berharap, berkat doa dan dukungan semua pihak mereka menyerahkan diri pada ‘Dia’ yang memanggil kami untuk setia. Seperti Rasul Paulus mengatakan: ‘segala perkara dapat ku tanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepada ku.’

“Kami sadar kami bisa sampai pada saat ini karena penyerahan diri seutuhnya pada Tuhan, sehingga kami terus dimampukan untuk terus maju menjadi pelayan dalam persaudaraan Bruder MTB,” tambah Bruder Anselmus MTB.

Hamba Tuhan

“Ditepi dermaga banyaklah duduk pemuda tampan, membawa bekal hendak memancing ikan, kalau bukan karena kesalehan dan iman, tidak akan kekal bruder mengarungi jalan panggilan,” kata Bruder Vianney MTB, Dewan Pimpinan Umum Bruder MTB dalam membuka sambutannya hari itu.

Bruder Vianney MTB, Dewan Pimpinan Umum Bruder MTB

Bruder Vianney MTB mengungkapkan bahwa para Bruder MTB mendasarkan hidup mereka atas injil seraya mengikuti seruan, untuk meninggalkan segala-galanya.

Untuk itu dia berterima kasih kepada para bruder yang sudah memperbaharui kaul, mulai dari profesi pertama, kekal dan berpesta.

“Kita ini menjadi hamba Tuhan, sekali lagi menjadi hamba Tuhan untuk mereka yang miskin lemah dan sakit,” kata Bruder Vianney MTB.

Bruder Vianney MTB menegaskan, lewat keutamaan Santa Perawan Maria dan Santo Fransiskus, mereka berupaya mewujudkan kemuliaan Allah, khususnya pembinaan kaum muda dan mengupayakan mereka yang miskin, lemah dan sakit.

“Ingatlah itu, maka mohon semua mendoakan kami, ingatkan juga kami kalau tiba-tiba misi kami berbeda,” tambah Bruder Vianney MTB.

Tampak sebagian umat yang hadir.

Sebagai Dewan Pimpinan Umum Bruder MTB dia berharap, semoga semua tetap kuat dan setia untuk terus menghayati dan melaksanakan ‘simpliciter et confidenter’ [kesederhaaan dan kepercayaan].

Samuel  (Komsos Keuskupan Agung Pontianak)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles