HIDUPKATOLIK.COM – SETELAH sekian lama melanglang buana, terakhir menjabat sebagai Superior General Serikat Sabda Allah (SVD) Sedunia yang bermarkas di Roma, Italia, akhirnya Pater Budi Kleden, sapaannya, “dipulangkan” oleh Paus Fransiskus ke Tanah Air. Paus Fransiskus, yang akan mengunjungi Indonesia dalam waktu dekat, menetapkannya sebagai Uskup Agung Ende, menggantikan Mgr. Vincentius Sensi Potokota yang telah berpulang.
Pulang kampung Uskup Agung Ende Terpilih disambut sukacita khususnya oleh umat Keuskupan Agung Ende (KAE). Pengangkatannya menambah daftar uskup baru untuk Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Sebelumnya, Paus Fransiskus mengangkat Mgr. Hironimus Pakaenoni sebagai Uskup Agung Kupang, menggantikan Mgr. Petrus Turang yang telah menginjak usia pensiun, dan Mgr. Maksimus Regus sebagai Uskup Labuan Bajo, sebuah keuskupan baru hasil pemekaran dari Keuskupan Ruteng. Kehadiran tiga uskup baru ini merupakan karya Roh Kudus yang terus melakukan pembaruan dan penguatan Gereja Katolik di Indonesia.
Kekayaan pengalaman Mgr. Budi dalam memimpin SVD di dunia diyakini akan berdampak luas terhadap karya penggembalaannya di KAE kelak, sebuah efek domino yang juga dirasakan oleh keuskupan lain di Regio Nusa Tenggara – Kupang, Weetebula, Ruteng, Atambua, Maumere, Larantuka, dan Denpasar – kendati masing-masing uskup memiliki otonomi penuh. Namun semangat kolegialitas yang diusung para uskup menjadi inspirasi bagi sesama uskup, yang terpancar dalam diri Mgr. Budi.
Ia dikenal sebagai pendengar yang baik. Hal ini merupakan anugerah besar bagi umat KAE. Kehadiran seorang gembala utama yang senantiasa siap mendengar suara mereka yang tak mampu bersuara, khususnya umat KAE, sangat penting.
Bagi masyarakat Indonesia, Ende yang masuk wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki nilai historis. Di sana presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, pernah diasingkan oleh pemerintah Belanda. Namun justru saat pengasingan inilah sang proklamator merasakan persahabatan erat dengan para imam SVD. Lebih dari itu, ia mengaku menemukan keimanannya kepada Allah SWT selama masa pengasingan.
Mgr. Budi juga dikenal sebagai pemikir atau intelektual handal. Dari Ende, juga secara umum Provinsi NTT, lahir pula kaum intelektual yang berkiprah di kancah nasional dan internasional. Maka tak berlebihan jika umat KAE, secara khusus, dan umat Katolik di Indonesia, secara umum, menaruh harapan besar di pundaknya. Ia diharapkan mampu menyuarakan suara kritis kenabian bilamana terjadi ketidakadilan, perundungan, dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang menjadi salah satu persoalan besar bagi masyarakat Provinsi NTT.
Tantangan yang dihadapi KAE, juga keuskupan lain di Regio Nusa Tenggara, tak ringan. Pemberdayaan umat di pelbagai bidang, terutama ekonomi, tak terhindarkan kendati hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah. Selain itu, penguatan nilai-nilai moral umat Katolik perlu menjadi bagian dari reksa pastoral. Pemerintahan yang bersih dari praktik korupsi (clean government) juga menjadi tanggung jawab umat Katolik, populasi mayoritas di Provinsi NTT.
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No.30, Tahun Ke-78, Minggu, 4 Agustus 2024